Arum memberikan sebuah benda yang katanya adalah cermin di masa itu. Tapi daripada sebuah cermin benda itu lebih mirip kaca butut yang berdebu dan retak sana sini. Ketika Soraya bangkit berdiri, dan akan berjalan menuju ke cermin itu, kakinya tiba-tiba terasa sangat lemas dan dia bahkan terjatuh.
Arum yang tadinya memegang cermin itu pun langsung terkejut hingga melepaskan cermin itu begitu saja hingga pecah berkeping-keping di lantai untuk menolong gustinya yang terjatuh.
Sementara Soraya menjadi sedikit heran kenapa kakinya begitu lemah dan dia melihat bahkan tubuhnya tangannya seperti hanya tinggal kulit dan tulang saja.
'Apa aku terlahir sangat miskin hingga aku seperti orang yang tiga hari tidak makan dan minum. Tak ada daya sama sekali di tubuhku ini. Menyebalkan!' keluh Soraya dalam hatinya.
Arum yang badannya tak kalah kurus dari Soraya sedang berusaha untuk memapah gustinya itu berdiri dan kembali duduk di atas ranjang. Sementara pandangan Soraya malah tertuju pada cermin yang dijatuhkan oleh Arum.
"Ya ampun, kenapa kamu jatuhkan sih. Gimana aku bisa bercermin coba?" protes Soraya yang memang sifat aslinya seperti itu sangat terang-terangan dan ketus kepada setiap orang yang melakukan kesalahan di hadapannya.
Arum langsung menjadi ketakutan ini bahkan bersujud di depan Soraya yang sudah duduk di atas ranjangnya.
"Ampuni hamba Gusti... ampuni hamba, hamba tidak sengaja!" ucap Arum begitu ketakutan membuat Soraya hanya bisa memegang dahinya yang terasa pusing.
"Sebenarnya kamu ini siapa ku sih? kenapa sih setiap tadi memanggilku Gusti? itu seperti panggilan seseorang pelayan bukan kepada tuannya?" penasaran pada Arum yang masih bersujud di bawah kakinya memohon.
Soraya yang tak kunjung mendengar jawaban dari Arum pun segera membantu pelayannya itu untuk duduk dengan benar.
"Sudah... sudah aku sudah memaafkanmu, sekarang jawab pertanyaanku yang tadi!" perintah Soraya dengan ada suaranya yang tegas.
"Gusti putri memang adalah tuan hamba, hamba Arum, Gusti. Pelayan satu-satunya yang masih hidup di tempat ini...!"
"Satu-satunya? memangnya ada yang lain seharusnya?" tanya suara yang semakin bingung dengan situasi dan keadaan tempat dia berada saat ini.
"Coba jelaskan!"
Namun saat Soraya memberi perintah itu kepada Arum pelayan itu malah menatap Soraya dengan raut wajah bingung seperti sedang bertanya-tanya kenapa Soraya meminta penjelasan kepada Arum. Padahal mereka berdua sama-sama mengalami hal yang terjadi di tempat itu.
"Aku rasa aku hilang ingatan, aku tidak apapun. Aku rasa sakit parah di kepala mu akhir-akhir ini membuatku jadi hilang ingatan sekarang jelaskan sebenarnya apa yang terjadi!" perintah Soraya pada Arum.
Pelayan yang bertubuh kurus itu pun langsung menceritakan asal mula putri Prajna Soraya masuk ke kerajaan Gumunake. Arum menceritakan bahwa kala itu raja Anyakra Kusuma sedang pergi berburu ke sebuah hutan dan tidak sengaja para perompak dan penjahat hendak mencelakai beliau.
Kemudian ketika semua anak buah raja berhasil dikalahkan oleh para perompak itu sang raja dengan terluka berhasil mereka melarikan diri ke dalam hutan dan tanpa sengaja kala itu bertemu dengan Putri Prajna Soraya yang memang tinggal di dalam hutan bersama neneknya. Namun neneknya itu malah meninggal saat menyelamatkan raja dan Soraya dari para perampok. Meskipun berhasil lolos, demi membalas Budi sang raja membawa sang Putri ke istana dan menjadikannya salah satu selir.
Namun entah bagaimana caranya Putri Prajna Soraya berhasil memikat hati sang raja yang lebih banyak menghabiskan waktunya bersama dengan Putri Prajna Soraya hal itu tentu saja membuat para selir bahkan permaisuri menjadi tidak senang.
Dengan berbagai macam intrik dan trik paraselir yang lain yang tidak menyukai Putri Prajna Soraya pun merusak reputasi Putri Prajna. Pada suatu malam dia ditemukan sedang berduaan di dalam sebuah kamar bersama dengan seorang panglima. Sang raja pun murka bahkan panglima yang ditemukan bersama dengan Putri Prajna itu pun langsung dipenggal sementara saat itu Putri bahkan sedang tidak sadarkan diri.
Keesokan harinya Putri Prajna Soraya bahkan sudah diasingkan ke tempat yang paling tidak layak di kerajaan.
Kehidupan sang Putri bertambah sulit karena memang dia masuk ke dalam kerajaan ini tanpa embel-embel anak panglima atau anak Adipati. Bahkan Prajna Soraya tidak memiliki saudara. Hingga lengkaplah sudah penderitaannya saat sang raja sudah tidak lagi menemuinya dan tidak lagi memperhatikan dirinya.
Terakhir kali sang raja menjenguk sang Putri, Putri sedang sakit parah dia bahkan sakit kulit tapi sebenarnya sakit kulitnya itu tidak wajar karena itu ulah para selir yang ingin sang raja tidak berbelas kasihan lagi kepada Prajna Soraya.
Semakin hari kehidupan Prajna Soraya semakin mengenaskan dia bahkan hanya diberi makan 3 hari sekali oleh petugas dapur yang bahkan diperintahkan oleh raja untuk memberikan makannya sehari tiga kali.
Tapi karena semua anak buah atau pelayan pribadi Putri Prajna Soraya sudah dihukum bahkan sampai kehilangan nyawa mereka karena hukuman kejam dari para selir yang mencelakai Soraya. Maka mereka hanya bisa menerima semua kekejaman dari para selir raja itu bahkan para pembantunya juga.
"Huh, mengenaskan sekali hidup ku. Jadi hanya tinggal kita berdua yang hidup" tanya Soraya getir setelah mendengar semua cerita dari Arum.
Arum yang masih berlinangan air mata pun mengangguk sedih.
"Iya Gusti, itu juga karena hamba selalu menampung air hujan di kolam belakang untuk kita minum, dan para pelayan para selir raja yang lain tidak mengetahuinya. Kalau mereka tahu, kolam itu juga pasti di hancurkan. Mereka ingin kita mati Gusti.. hiks .. hiks..!" Arum menangis sesegukan.
Soraya sangat kasihan pada nasib pemilik tubuh ini sebelumnya dan juga Arum. Soraya lalu mengangkat tangannya dan menyentuh kepala Arum dengan lembut.
"Terimakasih banyak kamu sudah setia padaku selama ini. Mulai sekarang. Kita tidak akan membiarkan mereka menindas kita lagi!" Seru Soraya membuat Arum terpana.
Di penglihatan Arum, dia seperti melihat seorang Dewi yang bersinar saat berkata seperti itu.
"Sekarang yang pertama aku harus lakukan adalah mandi. Dimana kolam itu?" tanya Soraya.
Arum lalu menunjukkan kolam penampungan air hujan itu yang bahkan airnya tinggal sedikit. Soraya memperhatikan gubuk sekitar tempat tinggalnya yang sebenarnya subur. Bahkan ada banyak pohon mangga dan juga kelapa, ada juga pohon jambu biji yang begitu lebat namun pohonnya sedikit tinggi.
Dengan cepat Soraya membenarkan kain yang dia pakai. Membuatnya sedikit nyaman agar bisa memudahkan dirinya memanjat pohon jambu.
"Gusti, Gusti putri mau apa?" tanya Arum cemas.
"Memetik jambu, apalagi. Lumayan buat ganjal perut!" ujarnya.
Ternyata skill Soraya masih sama dengan dirinya yang sebenarnya, terbatas pada raga yang lemah dan kurus saja. Mata Arum membelalak sempurna melihat buah jambu yang berjatuhan di tanah. Arum sangat terkejut, pasalnya selama ini mereka hanya menunggu buah yang jatuh saja untuk bisa memakannya. Dia tidak menyangka kalau Soraya bisa melakukan semua itu.
Arum kemudian tersadar, dia bahkan langsung memunguti buah jambu biji itu satu persatu dan meletakkannya di kain yang dipakainya.
"Gusti putri, aku tidak menyangka setelah anda pingsan dan bangun lagi, anda bisa melakukan semua ini, memanjat pohon tinggi seperti itu?" tanya Arum yang sangat senang memunguti buah jambu biji yang di jatuhkan Soraya satu persatu dari atas.
"Jangan terkejut, masih banyak lagi yang bisa aku lakukan!" ujarnya bangga.
***
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Ayu Dani
like
2024-08-24
0
Itoh
belibettt bner bcanya
2023-11-07
0
ella
keren-keren 👍🤸🤸
2022-10-28
2