Acara ulang tahun perusahaan berlangsung dengan lancar dan mewah seperti biasa. Pak Handan Reindeer, pemilik sekaligus pimpinan tertinggi di International REI's Group yang menaungi begitu banyak bidang bisnis, yang salah satunya adalah REI's Property, memberikan kata sambutan yang menyegarkan semua orang. Semua orang tahu bahwa Handan Reindeer mempunyai dua orang pewaris, namun yang selama ini muncul pada hadapan publik hanyalah putri pertamanya, Aleina Kishava. Wanita yang membuat semua orang kagum termasuk Juliana.
Aleina seperti role mode bagi Juliana, putri pertama Handan adalah bentuk kesempurnaan wanita terhormat dan bermatrabat di mata Juliana. Ia memiliki kelas yang sangat berbeda dengan dirinya apa lagi dengan wanita-wanita bodoh yang mau saja dibodohi oleh Harsa.
"Ih! Kenapa aku jadi mengaitkannya dengan si kutu busuk?!" Juliana bertanya dalam kepalanya dan bergidik jijik sendiri.
Setelah sambutan-sambutan dari para petinggi management, tibalah acara hiburan. MC memimpin acara dengan sangat menyenangkan dan tidak membosankan, tapi tidak bagi Juliana, dia sudah benar-benar akan kehabisan batrai kehidupannya jika saja ia tidak dapat melihat Ditto disana. Berada dalam satu ruangan yang sama, berjarak hanya beberapa meter, dapat melihat pria yang disukainya tersenyum dan bergerak membuat Juliana mampu bertahan meski terombang ambing dalam putaran angin ****** beliung.
Ditto tidak seperti si Harsa, yang suka tebar pesona dan menggoda dan merayu dan merusak banyak wanita. Ditto sangat elegan, bermatrabat dan sopan. Juliana memang tidak pernah berinteraksi langsung dengan pria pujaannya itu, tapi Juliana pernah melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Ditto membantu seorang wanita yang tak sengaja terserempet oleh mobilnya, ia tak pergi begitu saja meninggalkan wanita itu, ia menawarkan bantuan untuk membawanya ke rumah sakit bahkan meminta maaf saat tangannya harus menyentuh bahu wanita itu untuk membantunya. Kalau Harsa yang berada diposisi Ditto, Juliana yakin hanya ada dua kemungkinan. Pertama, Harsa akan pergi begitu saja tak peduli dengan apa yang terjadi. Atau kemungkinan kedua, Harsa malah akan merayu dan menodai gadis tak berdosa itu.
"Astaga! Kenapa jadi si kutu busuk itu lagi! Enyah lah kau dari pikiranku!" Maki Juliana dalam hatinya.
Seperti biasa, ultang tahun perusahaan tidak benar-benar acara ulang tahun jika tidak ada orang-orang yang saling memuji penampilan satu dengan yang lainnya. Membicarakan soal outfit dan uang yang mereka pakai untuk membeli pakaian modis dan merias wajah-wajah mereka dengan penuh warna. Hanya Juliana duduk sendiri pada salah satu meja agak disudut, dengan segelas oren jus dan sepiring kue-kue manis yang membuat giginya mulai terasa ngilu.
Omongan-omongan yang mengomentari penampilan Juliana pun tetap terdengar meski Juliana bersembunyi di dalam lubang semut. Omongan tentang bagaimana penampilannya yang tidak menarik, usianya yang semakin matang tapi tidak memiliki teman kencan apa lagi menikah. Mereka berpikir, hanya lelaki membosankan dan bodoh yang mau menikah dengan wanita seperti Juliana. Dimata para wanita modis yang mengklaim diri mereka menyenangkan menganggap seorang seperti Juliana pasti tidak akan pernah bisa memuaskan pasangannya.
Hati Juliana sudah terlalu keras untuk tersinggung dengan segala makian mereka. Bibir juga telinganya telah terlatih untuk tertutup secara otomatis untuk tidak membalas pun mendengarkan. Herannya bibir dan telinganya selalu eror setiap kali berhadapan dengan Harsa.
Acara selesai dua jam kemudian. Ya, tepat dua jam. Acara yang telah disusun sejak jauh hari, mengeluarkan biaya yang tidak sedikit hanya berlangsung selama dua jam saja. Tidak lebih. Dan mereka yang telah mati-matian memilih outfit akan tetap kembali di balik meja kerja mereka dan bekerja seperti biasa, hingga acara makan malam masing-masing divisi.
Jam usai kantor pun membawa tim divisi legal dan perencanaan keluar dari sangkar, mereka bersama-sama menunggu pintu lift terbuka. Juliana masuk lebih dulu, ia menempati sudut lift, sejauh mungkin dari keberadaan Harsa, pintu lift kembali terbuka, beberapa orang masuk, dan orang-orang yang sudah lebih dulu berada di dalam mulai bergerak, bergeser untuk memberikan ruang. Pintu kembali terbuka, beberapa masuk lagi, keadaan di dalam semakin padat, hingga tak Juliana sadari seseorang berdiri tepat di depannya, dada bidang dari tubuh seorang pria menutupi jarak pandangnya. Tubuh Juliana yang hanya setinggi seratus enam puluh senti harus mendongak untuk melihat siapa pria yang melindunginya dari desakan orang-orang di dalam kotak besi itu.
"Kau!" Bisik Juliana dengan tajam begitu melihat siapa yang dia sangka awalnya adalah pria gentleman yang melindunginya dari desakan orang-orang. "Jangan kai pikir bisa mencuri kesempatan dalam kesempitan!"
"Apa?" Harsa mendengkus. "Apa kau tidak lihat bagaimana tanganku menahan dorongan orang-orang ini agar tubuhku tidak sampai menyentuh tubuhmu yang rata itu." Balas Harsa. "Atau jangan-jangan kau yang kegeeran?"
"Aku harus segera menyemprotkan disinfektan keseluruh tubuhku nanti!"
Harsa terkekeh mencemooh.
Pintu lift kembali terbuka, namum belum juga sampai di lantai dasar, justru menambahkan penumpang, tangan Harsa mau tak mau menekuk pada sisi kanan dan kiri Juliana, semakin mengikis jarak mereka. Juliana bahkan dapat menghirup aroma tubuh Harsa yang segar beraroma mint. Juliana memiringkan wajahnya, menghindari agar ujung hidungnya tidak menyentuh salah satu kancing kemeja Harsa.
"Jangan melawan, Jul, nikmati saja moment ini."
Juliana mendongak dan mendapati seringaian jahil dibaik kumis dan bewok itu.
"Jul?!" Juliana melotot. "Aku akan sangat menghargai jika pria tidak terhormat sekalipun seperti kau tidak menyingkat nama pemberian orang tuaku." Sinis Juliana menatap Harsa.
Alih-alih memperbaiki panggilannya pada Juliana, pria itu malah terkekeh tak peduli.
Orang-orang yang berada di dalam kotak besi itu bukan tidak mendengar pertengkaran dua musuh bebuyutan itu. Mereka hanya sudah terlalu bosan dengan pertengkaran mereka yang tak pernah akan menemukan garis akhir dan pita putih lambang perdamian.
Juliana benar-benar menyemprotkan cairan disinfektan pada bagian-bagian tubuhnya yang terjangkau begitu keluar dari dalam lift dan menghirup udara kebebasan. Dan si Harsa itu langsung melenggang begitu saja seolah tidak ada yang terjadi di dalam lift tadi. Yah, walau pun memang sebenarnya tidak terjadi apa pun di dalam sana kecuali Juliana yang merasa kesal dipanggil Jul oleh musuhnya.
"Kau ikut dengan mobilku atau mobil Mona?" tanya Novi pada Juliana.
"Kirimkan saja alamatnya, aku naik taksi online."
Novi menatap Juliana dengan tatapan skeptis.
"Aku tidak akan kabur jika itu arti tatapan matamu. Aku akan bertanggung jawab atas pilihan tempat makan malam tim kita. Kirimkan saja alamatnya."
Harsa memakai helmnya ketika melihat Juliana masuk ke dalam taksi online dari pada ikut pada mobil salah satu rekan mereka. Harsa pun tak membuang waktu untuk menghalangi sejenak taksi online itu bergerak.
"Kau tidak berpikiran untuk kabur, kan, Jul?" tanya Harsa ketika ia meminta supir membuka kaca agar dirinya bisa menyapa Juliana.
"Juliana!" Juliana memberikan penekanan pada setiap huruf namanya mengoreksi panggilan yang dilakukan Harsa.
"Yeah, oke, Jul." Seringai jahil menghiasi wajahnya yang terangkum dalam helm sport hitam pada kepalanya.
"Kenapa kau selalu saja menemukan cara untuk membuatku jengkel, sih?!"
"Itu karena kau selalu saja memberikanku cara untuk membuatmu jengkel."
"Pergi sana kau! Kau menghalangi mobil ini!" Omel Juliana.
"Ya, tapi pastikan kau datang, atau aku berjanji akan membawamu dengan motorku. Siapa tahu kau ingin tahu rasa punggung lebarku dan perut six pack-ku."
"Kau menjijikan! Jalan Pak! Tabrak saja orang itu!"
.
.
.
TBC~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Kiky Mungil
Hai... terima kasih sarannya :)
2022-10-27
0