Pekerjaan di butik mamanya sudah selesai, Leysa kemudian pamit pulang lebih dulu.
"Ma, aku pulang dulu ya. Apa Mama mau pulang bareng sekalian?"
"Mama masih ada beberapa kerjaan yang belum beres. Udah kamu pulang duluan aja," pinta sang mama.
"Oke deh." Sahut Leysa seraya beranjak keluar dari butik.
Sampai di rumah, karena mama dan papanya belum pulang. Leysa memilih masuk ke kamarnya.
"Masih jam 16.30, entar aja deh mandinya," monolog Leysa ketika melihat jam di ponselnya.
Di waktu santainya, tetiba Leysa teringat dengan sang kakak yang saat ini tengah melanjutkan pendidikan S2 nya di negara yang sering mendapat julukan kota singa.
"Bang Candra apa kabar, ya? Lama juga gue nggak denger suaranya, video call aja deh," pikir Leysa yang kemudian ia meraih ponsel untuk menghubungi kakak satu-satunya itu via WhatsApp.
Beberapa menit pertama hanya sambungan operator yang terdengar.
Tut, Tut, Tut
"Ah elah kemana sih ini orang, berdering tapi nggak diangkat," gerutu Leysa ketika sambungan video callnya tidak segera menyahut.
Tidak sabar menunggu, Leysa pun hendak mematikan sambungan vc. Tetapi belum jadi dimatikan, wajah sang kakak muncul di layar ponselnya.
"Kemana aja sih lo bang, lama banget angkat vc-nya?"
["Iye maaf, Bang Candra tadi lagi di kamar mandi."]
"Masa?"
["Enggak percayaan banget dah. Papa, Mama gimana kabarnya? Abang telfon mereka tiga hari lalu kayaknya."]
Bahkan, dengan kakaknya sendiri Leysa lebih senang memanggil dengan sebutan lo gue. Tapi tidak dengan sang kakak, Candra tetap lembut berbicara kepada adik semata wayangnya.
"Baik Bang, Mama sama Papa sehat kok. Bang Candra sendiri apa kabar?"
["Alhamdulillah Bang Candra juga sehat. Gimana kuliah kamu di sana?"]
"Lancar-lancar aja kok. Bang, kapan balik kangen tau gue sama lo?"
["Kangen ajak ribut kan?"]
Leysa pun menyahut dengan cengiran kudanya.
["Palingan sebulan lagi, Bang Candra balik ke Indo. Masih banyak tugas soalnya."]
"Hmm, masih lama dong. Ya udah deh, kalau gitu sambung nanti lagi ya Bang. Mau mandi gue, udah jam segini juga," ucap Leysa sebelum mematikan sambungan video call.
["Iya. Jaga Mama, Papa terus ya."]
"Siap Bang, pasti gue selalu jagain Mama Papa," sahut Leysa seraya mengangkat telapak tangan layaknya sedang hormat upacara bendera, "Bye, Bang Candra."
*****
Malam harinya saat mama dan papanya tengah di ruang keluarga. Leysa yang turun dari kamarnya menghampiri orangtuanya.
"Tuan dan Nyonya Maheswara lagi pada kumpul tapi diem-dieman, yang satu fokus ke hp. Satunya sibuk milih gambar-gambar design baju," sindir Leysa yang suka guyon memanggil mama papanya dengan sebutan seperti itu.
"Ini, Papa masih ada beberapa hal yang harus diurus sama klien," sahut papa Leysa yang pandangannya tidak lepas dari layar ponsel.
"Klien Papa yang menjadi korban penipuan itu, Pa?" Tanya anak bungsu papa maheswara.
"Iya, Ley."
"Belum kelar Pa kasusnya?" Tanya Leysa lagi seraya memakan cemilan di hadapannya.
"Udah hampir kelar sidang perkaranya, hanya butuh beberapa bukti untuk memperkuat bahwa klien Papa memang sudah ditipu."
Sedangkan di samping Leysa duduk, nyonya maheswara yang sedang memilah dan memilih design pakaian. Meminta putrinya untuk memberi masukan, mana design yang cocok buat anak-anak muda.
"Ini bagus Ma, sesuai sama trend outfit anak jaman sekarang." Ucap Leysa yang menunjuk salah satu gambar design baju.
Awalnya Leysa pikir, malam ini dirinya bisa mengobrol banyak hal bersama mama papanya. Ternyata orangtuanya masih saja sibuk dengan pekerjaan masing-masing.
Lantas, seraya mendengus kesal Leysa memilih masuk ke kamarnya lagi.
"Aku balik ke kamar aja kalau gitu. Mama sama Papa sibuk sendiri sama kerjaan."
"Maaf sayang, kalau Mama dan Papa belum bisa ngasih family time malam ini," ujar sang mama merasa tidak enak hati pada putrinya.
"Iya Ma, Pa nggak apa-apa kok." Leysa pun langsung beranjak menuju kamarnya.
Di dalam kamar, Leysa yang tengah berbaring di kasur empuknya kembali menggerutu, "Coba aja ada Bang Candra, pasti gue enggak bakal kesepian."
Kemudian, ponsel yang ia letakkan di nakas samping ranjangnya berbunyi.
Ting
"Siapa sih, ganggu orang lagi rebahan aja," ucapnya lirih.
Malas untuk bangun, tangannya pun meraih keberadaan ponselnya.
Dipta, nama yang muncul paling atas di deretan layar notifikasi ketika Leysa menyalakan gawainya.
[Malam Leysa.]
Begitulah pesan yang tertulis di kolom chat.
Bukannya dibalas, Leysa justru men-scroll pesan-pesan lama yang pernah Dipta kirimkan. Awal-awal Dipta mengirimnya pesan, Leysa slalu saja mengabaikan. Kalaupun dibalas hanya sekedarnya.
"Gue balas nggak ya." Sejenak ia berpikir.
Kemudian, karena Leysa sudah menyatakan kalau dirinya mulai jatuh hati pada Dipta. Ia pun membalas pesan tersebut.
"Iya, malam juga."
[Akhirnya pesan gue dibales.]
[Langsung aja deh, tanpa ba-bi-bu. Besok gue mau ketemu sama lo di taman belakang kampus, tapi lo jangan ajak temen. Soalnya ada hal penting yang mau gue omongin empat mata sama lo.]
Tanpa di ketahui, sebenarnya Dipta sudah mengatur rencana untuk menjalankan misinya.
"Serius banget kayaknya, mau ngomong apa emang sampai gue harus dateng sendiri?" Tanya Leysa yang penasaran melalui balasan chatnya.
[Intinya, besok lo temuin gue setelah mata kuliah pertama lo selesai. Besok lo bakal tau jawabannya.]
"Sok main rahasia, lo."
Setelah menyampaikan maksudnya, Dipta tidak lagi membalas pesan terakhir yang dikirim Leysa.
"Lah, cuma diread doang. Kira-kira apa ya, yang mau diomongin Dipta, kok gue jadi deg-degan gini," batin Leysa yang penuh tanya.
Ke esokan hari, seperti yang Dipta katakan melalui chat. Leysa menemuinya setelah mata kuliah pertamanya selesai.
"To the poin aja deh, Lo mau ngomong apa?" Tanya Leysa begitu menghampiri Dipta di taman belakang kampus.
Dipta yang tengah duduk seraya memainkan ponsel, seketika langsung menoleh ke sumber suara.
"Eh, lo udah dateng duduk dulu dong. Santai, baru juga lo nyampe," sahut Dipta yang membuat Leysa semakin tidak tenang.
Leysa yang enggan untuk duduk, secara paksa ditarik tangannya dan ia pun jatuh terduduk tepat di samping Dipta. Atensinya saling bertatapan dengan cowok sok penuh rahasia, kata Leysa.
Sadar jika dirinya saling pandang, kemudian Leysa mendorong Dipta, "Please lah, nggak usah basa-basi. Langsung aja, l mau ngomong apa?" Todong Leysa, "Lo nggak akan macem-macem kan sama gue, kalau enggak-"
"Kalau enggak apa?" tanya Dipta menyahut.
"Kalau lo macem-macem gue bakal teriak sekencang mungkin, supaya yang lain pada dateng ke sini." Tukas Leysa seraya mengacungkan jari telunjuk tepat di hadapan Dipta.
"Biar gue sering di kata playboy, tapi gue cowok baik-baik asal lo tau." Ucap Dipta yang malah menyondongkan wajahnya ke arah Leysa.
Gadis itu pun secara spontan menutup wajah dengan kedua telapak tangan, sangking paniknya.
"Gue minta lo ke sini, karena gue mau mastiin. Apa yang lo nyatain ke gue pas di kantin kemarin itu beneran atau hanya candaan?" Tanya Dipta dengan sorot mata yang tak lepas dari wajah Leysa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments