BACKSTREET

BACKSTREET

Pendekatan

Mobil dengan body berwarna hitam berhenti tepat di depan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, hal itu menarik atensi banyak pasang mata yang melihat. Mereka semua menunggu, siapa kiranya orang di dalam kendaraan yang hanya dengan menekan tombol slide door switch pintu akan terbuka dengan sendirinya.

Tak lama setelah pintu mobil terbuka, seorang gadis dengan perawakan tinggi serta proposi tubuh yang ideal turun seraya menggenggam ponsel di tangannya. Serta ransel yang berukuran sedang, menyelempang di sisi kanan pundaknya.

Setelan outfit kekinian yang dipadupadankan dengan sneakers berwarna putih plus kaos kaki pendek. Juga tatanan rambut panjang yang digelung bak eonni korea dengan poni menutupi dahi. Semakin membuat orang-orang tak melepas pandangan darinya.

Gadis itu kemudian berjalan hendak ke kelasnya. Tetapi baru beberapa jengkal, langkahnya dihentikan oleh cowok dengan postur tubuh kira-kira tingginya hampir 175 cm.

"Makin cantik aja lo," puji Dipta Baskara Putra.

Cowok yang terkenal playboy, senang tebar pesona pada mahasiswi-mahasiswi di kampus. Laki-laki itu kini sedang berusaha melakukan pendekatan dengan gadis yang dicegatnya tadi.

Leysa Cintya Maheswara, itu nama gadis yang menjadi incaran Dipta. Anak bungsu dua bersaudara, dari pasangan Hendrawan Maheswara dan Silvia Margaretha. Ayah Leysa berprofesi sebagai pengacara kondang dengan banyaknya kasus rumit yang berhasil ditangani. Serta sang Mama yang merupakan pemilik Margaretha Boutique, dengan design-design baju paling banyak di minati sebagian masyarakat mulai dari remaja, anak kuliahan sampai ibu-ibu sosialita.

Mengapa Dipta sangat mengincar Leysa? Menurutnya, dari kebanyakan gadis di kampus hanya Leysa yang tidak terpesona akan ketampanannya. Karena hal itu, Dipta merasa tertantang untuk meluluhkan hati gadis yang tidak mudah didekati itu.

Apalagi teman-teman Dipta. Arka, Luki, dan Evan selalu mengompori, "Masa lo nggak bisa deketin Leysa, bro."

Hampir satu semester Dipta berusaha mendekati Leysa. Tetapi kenyataannya, ia tak kunjung mendapat respon baik dari target incarannya. Hingga perkuliahan sudah masuk di semester 6.

"Makasih atas pujiannya, tapi gue nggak butuh. Minggir lo dari hadapan gue," sentak Leysa yang merasa jalannya terganggu.

"Ketus amat jadi cewek. Sesekali nada bicara lo itu yang lembut, pelan, dan nggak nge-gas kenapa. Beda lo dari cewek yang lain," sahut Dipta yang tidak mau beralih dari hadapan Leysa.

"Gue ya gue, jangan lo samain gue dengan cewek lain."

"Makin suka gue sama lo," celetuk Dipta yang dia pikir Leysa akan luluh dengan ucapannya.

"Suka, suka. Makan nih suka!" Ucap Leysa seraya menginjak keras kaki Dipta yang kemudian melenggang pergi.

Lantas, masih di tempat yang sama. Saat Dipta meringis kesakitan, ketiga temannya justru menertawainya dengan sangat puas.

"Lemah lo bro, udah berapa lama waktu yang lo tetapkan untuk menaklukkan hati itu cewek?" Cetus Arka sembari menepuk pundak Dipta, "Sampai sekarang belum berhasil."

"Lo bilang seminggu bakal berhasil, nyatanya sampai semester udah ganti masih nihil hasilnya. Haha," timpal Luki yang ikut mengompori.

"Butuh waktu tambahan atau udah siap ngeluarin seratus juta, bro?" Tanya Evan ikut menimbrung.

Tidak terima mendapat ejekan, lantas Dipta membela diri,

"Berisik lo pada. Tiga hari lagi deh, kasih gue tambahan waktu selama tiga hari untuk buktiin ke kalian kalau gue bisa jadian sama Leysa."

"Kalau nggak berhasil?" Tanya Evan lagi.

"Seperti kesepakatan awal, seratus juta bisa kalian pegang," jawab Dipta yang siap menerima konsekuensi jika dia kalah taruhan.

Taruhan? Ya, Dipta dan ketiga temannya membuat kesepakatan dengan melibatkan Leysa sebagai objek taruhannya. Apabila Dipta berhasil menjadikan Leysa pacarnya, seratus juta akan menjadi miliknya. Begitupun sebaliknya, jika Dipta yang kalah uang itu akan menjadi hak milik ketiga temannya.

Informasi tambahan selain Leysa dan Dipta satu angkatan di kampus. Mereka juga mengambil jurusan yang sama yaitu prodi manajemen dan kebijakan publik, hanya saja mereka beda kelas.

Di sisi lain Leysa yang sudah di kelasnya nampak melamun memikirkan suatu hal. Sampai lamunannya buyar ketika temannya datang mengagetkan.

"Leysa," panggil Gea seraya menepuk pundak sang teman dari belakang.

"Gea, astaga. Bikin jantungan aja deh." Untung saja Leysa bisa menahan mulutnya untuk tidak mengeluarkan kata-kata kasar begitu terkejut.

"Ya maaf, lagian lo serius amat ngelamunnya. Apa sih yang lo lamunin?" Tanya Gea dengan tingkat rasa keponya yang tinggi, "Gue tau, lo pasti lagi mikirin Dipta kan?" Imbuhnya dengan ucapan asal tebak.

Gea, satu-satunya teman yang betah dengan Leysa. Mengapa begitu? Ya gimana, di balik cantik parasnya dan baik orangnya. Siapa sangka ternyata Leysa itu anaknya dingin, cuek, dan tidak banyak kata sama orang yang belum dikenal. Bisa di bilang anti juga sama cowok. Makanya saat Dipta berusaha mendekatinya, Leysa tidak pernah merespon.

Leysa juga bukannya tidak mau berteman dengan banyak orang, hanya saja banyak yang ingin berteman dengannya tetapi tidak tulus. Mereka cuma ingin memanfaatkan Leysa karena status sosial keluarganya yang terpandang.

Berbeda dengan Gea, sejak awal Leysa mengenal Gea. Leysa bisa merasakan jika Gea berteman dengannya tanpa embel-embel karena Leysa anak dari orang terpandang.

Menyambung dari apa yang di tanyakan Gea. Tanpa mengeluarkan sepatah kata, Leysa hanya mengangguk sebagai tanda apa yang di tanyakan sang teman adalah benar.

"Apa gue segitunya anti sama cowok ya, Ge? Pasalnya lo tau kan, gimana Dipta selalu berusaha ngedeketin gue."

"Iya tau, terus?" Respon Gea yang dengan seksama mendengarkan curhatan temannya itu.

"Sebenarnya kalau boleh jujur, gue mulai suka Ge sama Dipta. Tapi-," ujar Leysa yang menggantungkan perkataannya karena dosen sudah tiba di kelas.

"Ah elah, Pak Dosen kecepetan deh masuknya. Ganggu orang lagi curhat," umpat Gea dengan suara lirih tetapi Leysa masih bisa mendengarnya.

"Ya udah sih kita sambung nanti ceritanya pas istirahat." Tutur Leysa seraya berbisik kepada Gea yang duduk tepat di sampingnya.

Setelah pak dosen sudah membuka kelas pagi itu, beliau pun melanjutkan dengan memperkenalkan diri. Karena ini baru awal masuk semester 6 setelah hampir satu bulan perkuliahan libur. Jadi, beberapa dosen yang belum pernah mengajar akan bertegur sapa lebih dulu.

"Ada lagi yang ingin ditanyakan dari Bapak?" Semua mahasiswa terdiam, "Kalau tidak ada, Bapak akan membagikan silabus untuk materi perkuliahan selama satu semester ke depan."

Selesai membagikan silabus, pak dosen mengakhiri kelas karena memang pembelajaran baru akan dimulai minggu depan.

"Ya sudah, kalau begitu Bapak cukupkan pertemuan pertama kita. Bapak akhiri wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh."

Leysa dan teman-teman sekelasnya pun menjawab salam dari pak dosen, "Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh."

Perkuliahan kelas pertama selesai, Leysa dan Gea langsung menuju kantin.

"Leysa, lanjut pembicaraan lo tadi dong. Masih penasaran gue," todong Gea yang ingin tahu kelanjutan sesi curhat temannya.

"Tadi kita ngobrol sampai mana, ya?" Tanya Leysa seraya mengingat-ingat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!