Episode 5

"Maaf atas keterlambatan saya,"kata Nurfa sambil menungkupkan tangan kedepan.

"Tidak mas-"

"Dasar lelet!Kau tidak lihat sudah berapa lama kami menunggumu?!"Potong Brayen meluapkan kesesalannya.

"Bukannya tadi saya sudah minta maaf?Sebenarnya wajar kalau saya terlambat,bukannya anda yang datang secara tiba-tiba?"kata Nurfa berusaha sekeras mungkin untuk tidak emosi meladeni pria didepannya ini.

Mendengar hal tersebut,Brayen langsung menatap tajam kearahnya.Bisa-bisanya gadis aneh itu berkata seperti itu,setelah membiarkan dirinya menunggu lama.Jika tidak karena kesepakatan yang dibuat oleh ayahnya,ia juga tidak ingin bertemu gadis aneh ini.Tunggu,apa itu bisa dibilang kesepakatan?Bukannya itu lebih ke-keputusan ayahnya?

Lalu,secara tiba-tiba Brayen langsung melemparkan sebuah map kearah Nurfa.Sontak hal itu membuatnya sedikit terkejut,namun tak berapa lama ia mengambil map tersebut dan membaca surat yang ada didalamnya.Tanpa dia sadari,ia langsung melotot tak terima,sambil memandang sinis ke arah Brayen.

"Bukankah sudah saya katakan,saya tidak tertarik untuk menjadi sekretaris anda!Lalu untuk apa anda bersikeras untuk membuat saya menjadi sekretaris anda?Bukannya anda juga tidak setuju?"kata Nurfa tidak dapat menahan kekesalan yang dirasakannya saat ini.Ya,surat yang ada di dalam map tersebut berisi kesepakatan dan peraturan yang harus dia patuhi,untuk menjadi sekretaris tersebut.

"Aku tidak meminta persetujuanmu.Aku hanya meminta kau menanda tangani surat itu,"kata Brayen santai tanpa mempedulikan bagaimana reaksi Nurfa.

"Apa yang membuat anda berubah pikiran dan berkeinginan untuk membuat saya menjadi sekretaris anda?"tanya Nurfa sambil berusaha agar tetap tenang,walau dia merasakan kepalanya seakan ingin meledak.

"Aku tidak pernah ingin gadis aneh sepertimu menjadi sekretarisku.Jika tidak karena ayahku yang membuat keputusan konyol.Jika kau tidak menjadi sekretarisku,maka perusahaan itu tidak akan jatuh ke tanganku,"jawab Brayen dengan tetap tenang dan memandang sinis kearah Nurfa.

Mendengar hal tersebut,Nurfa tidak tahu bereaksi seperti apa lagi.Bagaimana bisa pria dihadapannya ini mengatakan hal tersebut dengan sangat gamplang,tanpa merasa kesalahan?Dasar pria gila!

"Sudahlah,kau tidak usah memikirkannya.Cepat tanda tangani surat itu!"kata Brayen mendesak,tanpa mau dibantah.Melihat hal itu Alex lagi-lagi menahan diri agar tidak tertawa.Kenapa ini terasa sangat lucu untuknya?

"Sebenarnya yang butuh saya disini itu adalah anda.Bagaimana bisa anda berbuat sesuka hati anda?Saya menolak keras!"kata Nurfa dengan kekesalan yang terlihat diwajahnya.

Mendengar bantahan dari wanita itu,Brayen langsung melototkan matanya.Ekspresinya langsung berubah dingin,dan menatap tajam kearah Nurfa.Sikap tenang yang sedari tadi ia buat, tiba-tiba berubah.

"Hahaha ..."Tawa Alex meledak.

Entah kenapa dia tidak bisa menahannya lagi.Melihat bahwa,baru kali ini temannya diperlakukan seperti ini oleh seorang wanita.Namun sedetik kemudian,dia mendapat tatapan tajam dari Brayen yang seolah mengatakan.

"Diamlah!Dasar gila!"

"Kau memang tidak belajar dari pengalaman ya?"kata Brayen sambil seringai memandang kearah map diatas meja.

"Anda tidak bisa memaksaku seperti ini!"kata Nurfa tidak dapat menahan untuk tidak emosi.

"Terserah apa katamu,intinya kau harus menjadi sekretarisku.Jika memang perusahaan tidak jatuh ke tanganku karena kau,akan kupastikan cafe mu ini akan tinggal bangunan kosong,"kata Brayen dengan penekanan disetiap katanya.

Nurfa tak bisa tidak menatap sinis kearah pria yang ada didepannya ini.Sangat egois.

"Kenapa anda suka sekali mengancam orang kecil seperti kami?"tanya Nurfa dengan kesal.

Brayen yang mendengar itu,hanya terkekeh kecil tapi matanya masih melihat tajam pada Nurfa.

"Ya ampun,sudah tau hanya orang kecil tapi masih berani melawan?Tapi tak apa, akhirnya kau sadar jika kau itu hanya orang kecil."Brayen menatap remeh pada Nurfa dan menekan kata 'orang kecil'.

"Kau tenang saja,Nona.Temanku ini,hanya ingin membuatmu menjadi sekretaris selama enam bulan saja.Jadi,kau tak perlu khawatir,"kata Alex berusaha menengahi pertikaian mereka berdua.

Mendengar penjelasan tersebut,Nurfa berpikir sejenak.Jika dia egois,bagaimana nasib para karyawan yang bekerja disini?Bisa dipastikan,ancaman pria itu tidak bisa di anggap main-main.Ia yakin,pria itu akan berbuat sesuka hatinya untuk keinginannya.Baiklah,mungkin ini jalan satu-satunya.

"Baik,saya menerima kesepakatan ini.Tetapi dengan syarat,anda tidak boleh menyuruh saya melakukan hal diluar pekerjaan,tidak boleh merendahkan harga diri saya,dan jangan mencampuri urusan pribadi saya,"kata Nurfa membuat kesepakatan.

Brayen yang mendengar hal tersebut memutar malas bola matanya,dan menghela napas kecil.Lalu memposisiskan diri dengan duduk tegap mengahadap ke arah Nurfa.Setelah itu ia mengangguk sekali,dan Alex langsung menyerahkan pena kepada Nurfa.

Nurfa mengambil pena tersebut,lalu menanda tangani surat yang ada didepannya.Dengan mengucapkan bismillah ia mulai melabuhkan tanda tangannnya di surat itu.Lalu bertanya dalam hati,'keputusannya sudah benar kan?'.

Melihat hal tersebut,Brayen langsung tersenyum tipis.Akhirnya keinginan pria egois itu tercapai juga.Yah,memang sudah seharusnya bukan?

"Ingat jangan mengingkari janji anda.Seorang pria yang dipegang itu adalah janjinya,"kata Nurfa sok menasehati,tentu saja ia takut pria itu melupakan janjinya.Jika hal itu terjadi,bukankah dia yang akan paling dirugikan disini?

"Kau tenang saja,aku adalah pria yang sangat menepati janji,"kata Brayen sambil tersenyum manis kearah Nurfa.Lalu,bukannya menganggap itu hal yang manis,ia menganggap itu terlihat mengerikan.

"Dasar pria perayu"

"Baiklah,mungkin sampai disini pembicaraan kita.Besok pagi,asistenku akan menjempetmu.Jangan sampai terlamabat!"kata Brayen sambil berdiri dari duduknya, yang dibalas anggukan malas oleh Nurfa.Lalu mereka melangkah pergi meninggalkan cafe tersebut.

Setelah melihat kepergian mereka,barulah Nurfa dapat bernapas lega.Entah kenapa pertemuan tadi itu,seperti pertemuan menguras emosi untuknya.Tak lama setelah itu,ibunya datang dan duduk disampingnya.Ibunya menatapnya seolah bertanya,'Bagaimana?'

"Mulai besok,aku jadi sekretaris pria tadi,Bu"ucap Nurfa lesu.

"Lah,bagus kalau gitu.Jadi kamu ngak perlu pusing carik tempat kerja yang lain"kata Anita dengan ekspresi berbanding terbalik dari Nurfa.

"Lah kok gitu,Bu?Ibu bahagia lihat aku kerja dengan pria sombong itu?"tanya Nurfa memandang bingung kearah ibunya.

"Ngak boleh bilang begitu,Fa.Syukuri aja apa yang Allah kasi"kata Anita dengan lembut memberi perhatian kepada Nurfa,lalu mengusap kepalanya dengan lembut.

Melihat perhatian yang diberikan oleh ibunya itu,perasaan Nurfa menjadi ringan.Setidaknya untuk saat ini.Semoga esok hari,ia dapat menjalaninya tanpa ada masalah.

Semoga.

Bersambung....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!