Entah sudah keberapa kalinya Nurfa mendapatkan kejutan hari ini. Ya, kejutan yang bukan dalam artian baik, lebih tepatnya seperti musibah. Mulai dari cafe mereka yang tiba-tiba ditutup hanya karena sebuah surat sengketa yang jelas di ada-ada. Lalu sekarang ia yang tiba-tiba dipecat dari kantor tempatnya bekerja, dan disaat dia menanyakan apa alasannya, atasannya berkata bahwa dia tidak kompeten.
Wah, sangat luar biasa sekali. Alasan yang sangat tidak masuk akal melihat bagaimana apa saja yang sudah dicapainya dan track record yang sudah dilaluinya, sungguh ini memang sedang di ada-ada.
Dia tidak ingin sombong, dengan mengatakan bahwa dia sudah banyak berjasa pada perusahaan yang bergerak dalam bidang penerbitan itu. Namun, memang begitulah adanya.
Bahkan, beberapa hari yang lalu ia baru saja mendapatkan penghargaan dari perusahaan itu. Lalu sekarang, ia dipecat dengan alasan tidak kompeten dalam bekerja? Wah, sungguh drama yang sangat cacat, dan dia sudah tahu siapa dalang dibalik ini semua.
Dan disinilah dia sekarang, dirumah orang yang sudah membuat kejutan yang sangat merugikan dirinya. Ya, dia berada di kediaman Mr. Zacky, pemilik perusahan Zacky Corporation. Perusahaan yang bergerak dibidang perhotelan, dan bidang lainnya, yang merupakan perusahaan paling bergengsi di Indonesia, maupun dunia.
Mungkin ini tidak ada hubungannya dengan Mr. Zacky, pria paruh baya yang ada didepannya saat ini. Namun, menjadi berhubungan karena orang yang telah melakukan hal ini adalah anak kandungnya sendiri, CEO Zacky Corporation. Siapa lagi kalau bukan Brayen, pria arogan dan sombong yang berkunjung di cafenya kemarin dengan alasan ingin menyumbang untuk cafe kecil yang tak lain adalah cafenya.
Namun berbeda dengan anaknya, Mr. Zacky terlihat sangat sopan dan ramah. Bahkan senyum tulus tidak luput dari bibirnya. Walaupun umur pria itu tidak muda lagi, namun penampilannya masih terlihat muda dan tampan. Nampaknya, keluarga ini memang memiliki garis keturunan yang tidak main-main.
"Tunggulah sebentar, Nak Nurfa. Aku sudah menelepon putraku. Dia akan segera datang. Silahkan diminum, Nak Nurfa dan Nak Zahra," ucap Zacky dengan lembut namun tetap berwibawa, yang dibalas anggukan sopan dan senyum oleh mereka berdua.
Nurfa memang mengajak temannya Zahra untuk menemaninya, dan ternyata Zahra juga mau. Melihat bagaimana sikap Mr. Zacky kepada mereka, sungguh sangat bertabrakan dengan sifat putranya. Ya ampun dia masih membanding-bandingkan itu lagi sejak tadi. Akhirnya mereka menunggu Brayen untuk datang, dan saat ini mereka berada di ruang tamu yang berukuran besar bahkan sofa yang didudukinya sekalipun.
...***...
Kediaman keluarga Zacky, bukan kediaman biasa, kediaman ini bahkan sangat-sangat luar biasa. Kediaman ini merupakan kediaman termewah yang terdapat di kompleks elit di Jakarta. Pagar hitam yang besar yang melindungi sekeliling rumah besar ini, tidak memungkinkan seorangpun yang tanpa kepentingan serius untuk masuk kedalamnya. Bahkan, terdapat banyak penjaga keamanan yang bertugas untuk memeriksa para tamu yang datang dengan sangat ketat.
Sejujurnya, Nurfa dan Zahra juga diperiksa dengan ketat, bahkan ingin digeledah. Beruntung hal itu tidak terjadi, karena ternyata pak Zacky berada diluar tadi. Dan ketika akan masuk, dia melihat Nurfa dan Zahra dan mempersilahkan mereka berdua tanpa perlu melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Beruntung, pak Zacky adalah pria yang bijaksana.
Brayen tiba dengan menggunakan mobil sport merah, lalu dengan asal melemparkan kunci tersebut ke salah satu pelayan yang menyambutnya. Dengan cekatan pula pelayan itu mengambilnya dan menunduk hormat, seakan telah tahu apa yang akan dilakukan. Dengan gaya jalan seperti di catwalk, pria itu masuk kerumahnya yang mewah dan megah.
Para pelayan dan para maid menyambut kedatangan Brayen, dan membawakan sesuatu yang mungkin akan diperlukan tuan muda tampan mereka. Namun, tak jarang para maid disana curi pandang ke arahnya. Mau bagaimana lagi? Tuan muda mereka itu sangat jarang pulang kerumah ini. Dan saat sudah berada disini, mereka tidak akan membuang kesempatan untuk menarik perhatian dari tuan muda tampan mereka.
"Dimana, Dad?" tanya Brayen pada salah seorang maid, sambil memberikan jas nya asal kepada mereka.
"Tuan sedang berada di ruang tamu, Tuan muda," jawab maid tersebut dengan tersenyum malau-malu.
Setelah mendapat jawaban, Brayen langsung pergi dan berniat untuk ke ruang tamu seperti yang diucapkan oleh maid tersebut. Ya, sejujurnya dia juga sedikit kaget ayahnya meneleponnya dan menyuruhnya untuk pulang. Padahal beberapa jam yang lalu, dia masih bersenang-senang dengan minuman dan para wanitanya. Begitulah konteks bersenang-senang baginya.Liar dan bebas.
"Hello, Dad!" sapa Brayen pada ayahnya dengan nada yang dibuat seantusias mungkin dan melihat ayahnya sedang berdiri seperti sedang menunggunya sejak tadi.
"Ada apa Dad memanggilku?" tanya Brayen pada ayahnya, namun tidak direspon. Lalu dia melihat ayahnya berpaling darinya, dan Brayen mengikuti arah pandang ayahnya itu.
Dan ...
Baiklah, dia paham sekarang.
Brayen melihat dua orang wanita tengah melihat kearahnya kali ini, namun keduanya memiliki tatapan yang berbeda. Yang pertama wanita yang menatapnya dengan pandangan kagum dan memuja. Huh, ayolah dia sudah terbiasa dengan itu. Bagaimanapun pesonanya sangat sulit untuk ditolak bukan?
Lalu pandangan wanita yang pernah ditemuinya kemarin. Wanita itu memandangnya dengan tatapan memicing,dan mungkin terdapat kebencian. Lalu ketika Brayen menampilkan senyum andalannya pada wanita itu, anehnya wanita itu memutar matanya malas. Dan segera berpaling kembali menghadap kedepan seperti sedia kala.
"Kau sudah mengerti bukan?" tanya ayahnya dengan datar.
Brayen tidak ambil pusing, dengan santai ia duduk di sofa yang bersebelahan dengan kedua wanita tersebut.
"Mengapa kau mendatangi ayahku? Kenapa tidak langsung datang kepadaku, Nona?" tanya Brayen dengan santai kepada gadis yang berhijab navy tersebut.
"Jika anda lupa, bukankah anda yang tidak mengijinkanku untuk menemui anda. Bahkan menginjakkan kaki di perusahaan anda," jawab Nurfa dengan nada ketus.
"Hm..., benarkah? Aku tidak ingat pernah membuat peraturan seperti itu," kata Brayen tanpa merasa bersalah sedikitpun.
"BRAYEN!" Sentak Zacky memperingati putranya.
Brayen yang diperlakukan seperti itu, hanya memutar mata jengah, dan tidak terpengaruh.
"Maafkan tingkah anakku, Nak Nurfa. Dia memang memiliki masalah kepribadian," kata Zacky dengan santai, yang dibalas dengan ekspresi terkejut Brayen.
Bagaimana bisa ayahnya berkata seperti itu?.
"What?! Dad,are you kidding me?!"
"Tidak masalah, Pak Zacky. Saya sudah memaklumi hal itu," jawab Nurfa dengan sopan.
"Apa?! Hey Nona! Bagaimana bisa kau memiliki pemikiran seperti itu? Bukannya itu kau?Seumur hidupku, aku baru bertemu dengan seorang karyawan yang mengusir pengunjungnya. Jadi, kata itu lebih cocok untukmu." Brayen berkata sambil melihat memicing kearah Nurfa.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments