Jonash berjalan tergesa-gesa mengejar Evan yang sudah memasang wajah kesal karena dirinya terlalu lama disana.
“ Kau sedang apa disana? Kenapa kalian bertiga membuatku kesal, bukannya mempercepat pekerjaan kalian malah memperburuk suasana!” Evan kesal dan berakhir mengomeli ketiga temannya yang absurd itu.
Mahesa dan Leo memalingkan wajah mereka ke arah lain berpura-pura tidak melihat pria itu dengan wajah tidak berdosa mereka.
"Kalian berdua.. arkkhhh sudah ku bilang tetap tinggal di sana tapi kenapa kalian... grhhhh sialan, mengesalkan sekali!” Evan masuk ke dalam mobil van hitamnya dan membanting mobil itu sekuat tenaga saking kesalnya.
Jonash si pria berkacamata kutu buku dan workaholic, Leo si jenaka pirang, dan Mahesa si pemilik nama lokal tapi wajah interlokal, menjadi pembuat masalah sekaligus teman, keluarga dan orang terdekat Evan.
Evan duduk di dalam mobil dan menatap ketiga orang yang sibuk dengan urusan mereka masing-masing menghindari amukan si raja hutan yang siap menerkam mereka jika ada satu orang saja yang berbicara selama perjalanan.
“ Aku mau mati, dia sangat marah , ini kan idemu...” geram Mahesa sambil mencubik lengan bayi besar yang memeluknya sambil menyembunyikan wajahnya di bawah ketiak Mahesa, untung Mahesa pakai deodorant, jika tidak maka aromanya pasti sudah membuat Leo teler.
“ Diam... kau tidak tahu kan kalau dia sedang marah tidak boleh ada yang bicara sampai dia memulai pembicaraan... jangan berisik dasar Bule kesasar,” kesal leo.
Evan menatap tajam ke arah kedua orang itu, dia tidak suka ada yang berbicara saat dia merasa kesal atau marah, dan ini berlaku untuk semua orang di dekatnya tanpa terkecuali. Ada alasan mengerikan di balik itu.
Sementara itu masih di bandara.
Eka, gadis cantik nan mempesona berdarah Swiss itu menatap kesana-kemari seolah mencari seseorang. Padahal tangannya sudah penuh dengan koper dan tas belanja yang baru dia ambil dari tempat pengambilan barang.
“ Eka, kamu lihatin apa sih?” tanya Nadira, perempuan cantik yang tak kalah auranya dengan Eka. Tetapi penampilannya sangat sederhana, rambutnya dikepang dua seperti anak PAUD tentu kreasi gadis bar bar di sampingnya. Memakai rok A berwarna cokelat susu dengan kaos putih sebagai atasannya dan sendal tali spagethi yang jadi alas kakinya.
Mereka berdua sedang membantu Ibu dari Eka si gadis yang sebutannya Mochi, baru tiba dari negeri asing bersama sang ayah setelah perjalanan bisnis mereka yang panjang dan melelahkan tetapi dihadapkan dengan kegabutan putri tunggal mereka.
“ Tau ini anak aneh, Mami dan Papinya pulang bukannya di sambut malah heboh kayak petugas parkir lagi mundurin mobil,” celetuk ibu Eka.
“ Tahu gak sih kalian, there is someone... ada yang suka nge gas juga sma kayak ini anak Mom, Dad.. hahh.. aku penasaran siapa orangnya, mana suaranya besar banget, kalian gak dengar?” celetuk Eka dengan wajah berbinar binar dan penuh energi.
Ceetttsss.......
Tangan kekar sang ayah mendarat di telinga gadis nakal itu,” dasar kau ini... jangan mengoceh terus, kau membuat telinga Papi sakit , dasar anak durhaka!”
“ Idihhh si Papi... sakit tau..... “ Eka menatap mereka dengan tatapan kesal sambil mengerucutkan bibirnya dan mendengus di depan mereka.
“ Tahu gak sih, ada yang namanya orangtua durhaka, gak bisa si Papi lihat anaknya seneng, iihhh nyebelin...
“ Ihhh nyebelin, dasar anak laknat, durhaka kamu, ya Tuhan kenapa aku punya anak perempuan seperti ini? Hahhh.....” Tuan Bernard menghela nafas seraya memijit pelipisnya.
“ benar papi, anak kita nggak menyayangi kita lagi, kita sampai bukannya di sambut malah sibuk pelukan sama laki laki asing.. hiks hiks hiks... Nadira sayang... kamu saja ya yang jadi anak Mami dan Papi... Eka kita karungin terus di jual!” celetuk si Nyonya Diana sambil menggenggam tangan Nadira.
Gadis cantik bertahi lalat di bahunya itu tertawa geli melihat keluarga konyol di depannya ini. Jangan tanyakan soal keharmonisan sebab mereka itu keluarga paling absurd yang pernah di jumpai oleh Nadira seumur hidupnya.
“ Nadira, ijinkan kami mengadopsi kamu ya, anak Papi dan Mami baterai nya lagi habis makanya nge bug begini... bentukannya agak lain dan perkakasnya kurang makanya otaknya belum di sambung sempurna...” tambah tuan Bernard sambil menggenggam tangan Nadira di sisi yang lain.
Gadis desa itu hanya tertawa cekikikan melihat wajah mereka berdua yang begitu serius menikmati drama mereka.
“ Hahaha... Eka... kamu mau di jual itu.. ini sih beneran absurd wahahhaaa....”
“Hishhhh... apa apaan sih Papi, Mami , tega jual anak semanis dan seimut Eka? Kalau mau ambil Nadira ambil saja tapi Ekanya jangan dibuang dong, sayang loh biaya besarinnya gede, entar kalian rugi, “ celetuk Eka yang menimbrung dan memeluk kedua orangtuanya dari belakang.
“ Hahhahahahaha....” Tawa mereka pecah di dalam bandara itu.
“ Welcome Mom, Dad.. Eka kangen banget sama kalian, sangat sangat sangat dan sangat rindu hahahhaaa.....” celetuk Eka sambil memeluk erat kedua orangtuanya.
Tuan Bernard dan Nyonya Diana berbalik dan membalas pelukan Eka dengan erat.
“ we miss you too litle naugty girl...” ucap mereka berrdua sambil mengecup kepala putri mereka dengan lembut.
“ Ahhhrrhh.. kalian bagaimana sih, dasar Bernard tua dan Diana keriput, kenapa ninggalin Eka sampai tiga bulan kangen berat tauukkkk...” celoteh gadis itu.
“ Hahhaha, siapa yang kemarin diajak ikut tapi gak mau, alasannya inilah itulah.. dasar kamu anak nakal...”
“ Kan kamu yang menolak sayang, seharusnya jadi quality time keluarga kita, tapi kamu ngeyel sih dibilangin, sekarang jadi anak laknat yang berani beraninya nyebut nama Papi maminya begitu saja, dasar kamu ini...”
“ hahahha hmmm.... kangen banget soalnya, kalian lama banget,” ucap Eka memeluk mereka lagi.
Sementara itu, Nadira tampak berdiri di sisi lain dan menjauh dari mereka memberikan ruang dan waktu bagi mereka yang punya keluarga untuk reuni sedang dia memastikan barang-barang yang dibawa oleh mereka sudah tepat.
“ Apa ada yang kurang lagi?” tanya Nadira pada asisten tuan Bernard.
“ Sudah semua, terimakasih atas bantuannya Nadira,” ucap pria muda bernama Chiko itu. Tubuhnya gemuk, rambutnya di sisir rapi ke belakang dengan wajahnya yang tembem dan ada beberapa jerawat di wajah pria itu.
Sekalipun penampilannya demikian, dia adalah pria muda yang sangat kompeten dan disukai oleh tuan Bernard sehingga pria itu menerima Chiko menjadi sekretarisnya di perusahaan dan sudah bekerja selama 6 tahun.
Nadira membantu Chiko, dia menatap iri ke arah Eka yang hidup dengan kelimpahan kasih sayang dan tentu saja materi. Sebagai seorang anak yang hidup sendirian sejak dia tiba di dunia ini dia tentu saja ingin merasakan kasih sayang seperti itu.
“ ahhh.. cheer up Nadira, semua akan berjalan baik,” gumamnya menyemangati dirinya sendiri.
“ Nanad... sayangku.... kemari... kok jauh jauh ihhh.. biar kak Chiko dan pak supir yang masukin, sini gabung...” teriak Eka.
“ Iyaa... bentar aku masukin ini dulu nanggung Mochi....” balas Nadira dengan senyumannya yang indah.
Dia berjalan mendahului Chiko, membawa tas dan kantongan hijau di tangnnya. Nadia menatap ke lantai, dia berjalan dengan fokus hingga...
Brukkk...
“ Aduh... ma..maaf tuan.. saya tidak sengaja...”
Kepalanya membentur bidang keras nankekar karena tidak memperhatikan sekitarnya.
“ Ck.....”
Pria itu hanya berdecak dan pergi dari sana tanpa membalas ucapan Rara. Dia menjatuhkan sesuatu dari dalam kantong celananya, sbeuah foto berlatar tahun 90-an.
“ Ummm? Ini miliknya ya?” pikir Nadira sambil menatap sosok Evan. Dia kembali ke bandara karena ada barang yang tertinggal. Pria itu masih perang dingin dengan ketiga temannya.
“ Nadira, kamu lagi apa hei!” Eka menghampiri Nadira dan menaruh tangannya di bahu gadis itu, “ Uhhh cogan tadi siapa neng?ganteng banget tahu... kayak dingin dingin es loli begitu...” celetuk Eka .
“ entah!” jawabnya sambil meneymbunyikan foto itu ke dalam kantongnya.
.
.
.
Like, vote dan komen
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Dian
alur.y masih abu abu nihh,, agak males aq sebenar.y Thor tpi penasaran 🙈🙈
2022-12-02
0
Cherry🍒
Nadira adik Evan?
2022-11-16
0
As Lamiah
masih ikut alur nih 🤔
2022-10-27
0