Hari libur

Pagi menunjukkan pukul setengah 6 pagi, Aliyah terlihat cantik dengan setelan olahraga kaos berwarna putih yang di padukan dengan rok pendek berwarna hitam, lalu rambut yang di Cepol agak berantakan, ia tidak memakai riasan, hanya lipstik berwarna natural yang menghiasi bibir mungilnya.

Seperti hari-hari libur biasanya, ia akan berlari pagi ke taman yang ada di dekat kompleknya. Ia biasa lari pagi bersama dengan Arumi, tapi Arumi pagi ini diajak Azka lari pagi berdua, entah dimana Aliyah juga tidak tahu.

Aliyah juga diajak oleh mereka, tapi Aliyah menolak dengan alasan seperti biasanya tidak mau menjadi obat nyamuk bakar di antara dua sejoli yang sedang di mabuk asmara itu.

Aliyah keluar dari rumah, ia melirik kesana-kemari tapi ia tidak melihat apa-apa, pandangan matanya tertuju ke rumah laki-laki tampan yang rumahnya tepat berada di depannya.

"Aliyah, laki-laki itu bukan jodohmu," lirihnya yang di iringi dengan helaan nafas berat.

Capek-capek naksir saat pandangan pertama ternyata sudah punya istri dan ekor satu, payah Aliyah ini.

"Kakak!!!"

Suara yang tidak asing itu terdengar nyaring di telinga Aliyah, Aliyah yang hendak mulai lari, ia pun menoleh ke sumber suara.

Terlihat senyum gadis kecil yang sedang di gandeng oleh laki-laki tampan pujuan hatinya, siapa lagi kalau bukan Bima?

"Yuna," sapa balik Aliyah dengan senyum manis dan di sambut hangat oleh Ayuna, tapi lain lagi kalau bapaknya ia membalas senyum Aliyah sedingin kulkas dua pintu. Seketika Aliyah mengerucutkan bibir mungilnya. "Kenapa dia begitu dingin, padahal matahari sudah mulai terbit, apa belum cair juga itu es," batin Aliyah dalam hati.

"Kakak, mau lari pagi? Ayo bareng Yuna!" ajak Ayuna, ia melepaskan tangannya dari genggaman tangan papanya.

"Yuna, mau kemana?" tanya Bima, tapi Ayuna sudah berlari ke arah Aliyah.

"Mau ajakin kakak cantik lari pagi bareng papa," ujar Ayuna pada sang papa.

Bima mendelik kaget, tatapannya cukup dingin, ya biasa seperti kulkas pintu dua.

"Adik kecil,"

"Ayolah kakak, boleh ya pa, kakak cantik lari pagi bareng kita," rengek Ayuna sebelum Aliyah melanjutkan kata-katanya.

Dalam hati Aliyah, jika ada mamamu di sini, aku yakin pasti aku sudah di Jambak dan di tuduh pelakor gatal olehnya.

"Ayuna, jika papa kamu lari pagi bersama kakak, nanti ibu kamu akan marah pada kakak," lirih Aliyah dengan nada begitu lembut.

"Kakak, aku tidak punya ibu," terlihat wajah cantik Ayuna berubah menjadi sedih.

Aliyah cukup terkejut, saat ini merasa sangat bersalah sekali pada Ayuna.

"Maaf Yun, kakak tidak tahu," dengan tulus Aliyah meminta maaf pada Ayuna.

Bima kini sudah berdiri di belakang Ayuna, Aliyah mengarahkan kedua matanya ke Bima.

"Maaf tuan, saya tidak tahu kalau ibunya Ayuna sudah tidak ada," dengan perasaan bersalah Aliyah juga meminta maaf secara langsung pada Bima.

"Tidak apa-apa, dari kecil Ayuna memang tidak pernah tahu siapa ibunya," jawab Bima dengan nada lembut, kali ini terlihat wajah tampannya begitu hangat.

Aliyah semakin merasa bersalah, tapi Aliyah juga tidak berani bertanya lebih lanjut tentang ibunya Ayuna, apa beliau sudah meninggal atau masih hidup?

Sejak perceraiannya dengan Bima, Rika memang menyerahkan hak asuh sepenuhnya kepada Bima dan Rika juga tidak pernah datang untuk melihat Ayuna, hingga Ayuna sampai sebesar saat ini tidak pernah tahu seperti apa ibunya? Setiap kali Bima ingin mempertemukan Ayuna dengan ibunya, ada saja alasannya dan Rika selalu menolak untuk bertemu dengan Ayuna. Mungkin karena saat ini Rika sudah bahagia dengan kehidupan barunya bersama dengan keluarga barunya.

"Papa, lari paginya bersama kakak cantik ya," pintanya dengan nada merajuk.

Bima mengangguk. "Ayo Aliyah, lari pagilah bersama kita!" ajak Bima demi putri kesayangannya.

"Baiklah tuan," dengan senang hati Aliyah menerima ajakan Bima.

Akhirnya mereka pergi lari pagi ke taman bertiga, Aliyah juga cukup tenang dan tidak takut di anggap pelakor oleh ibunya Ayuna. Ternyata laki-laki tampan ini seorang duda. "Duda Tampan Pujaan Hati Aliyah," batinnya dalam hati.

Sesampainya di taman karena merasa lelah, kini mereka duduk di rumput-rumput taman.

"Papa, Yuna haus," rengeknya.

"Sebentar nak, papa cari minum dulu." Bima berlalu pergi untuk membeli minuman untuk putrinya.

Bima suka lupa jika kemana-mana untuk membawa air minum tapi wajar sih karena dia adalah orang tua tunggal, jika dia bekerja juga yang mengurus Yuna ada baby sitternya, tapi saat ini sedang libur karena sedang pulang ke kampung halamannya. Hingga Bima harus turun langsung mengurus putri satu-satunya ini.

"Ini minumannya nak." Bima memberikan botol minuman yang sudah di buka untuk Ayuna.

"Oh iya, ini buat kamu," lalu memberikan satu botol lagi pada Aliyah.

Aliyah menerima botol minuman dari Bima, kini mata Aliyah cukup nakal karena ia menatap kedua mata Bima tanpa berkedip sedikitpun.

"Ehemm, ehemm," suara deheman Ayuna membuat Aliyah dan Bima sama-sama salting.

"Papa, aku udah." Yuna memberikan botol minum itu pada papanya. Bima menerima botol itu dari putrinya.

Samar-samar Bima menatap Aliyah, tapi dia berusaha menyembunyikan tatapannya.

"Kakak cantik, apa papaku tampan?" tanya Yuna tiba-tiba.

Aliyah meringis menatap Ayuna. "Tampan, anaknya juga cantik," jawabnya dengan nada lembut.

"Tapi sayangnya papa tidak pernah punya pacar kak, katanya kalau orang dewasa itu pacaran tapi papa tidak," dengan polosnya Ayuna mengatakan hal ini pada Aliyah.

"Yuna, kamu masih terlalu kecil nak, kok kamu ngomong pacar-pacaran?" tanya Bima.

"Kan katanya kalau sudah dewasa boleh pacaran pa, kan itu kata papa pada Yuna," jawab Yuna yang lagi-lagi penuh kepolosan.

Bima menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia bicara seperti ini hanya untuk memberikan nasehat baik untuk anaknya tapi ya mungkin anaknya belum mengerti dengan apa yang di katakan padanya.

"Bagaimana kalau kita makan bubur ayam, papa lapar." Bima mengalihkan pembicaraannya, ia mengelus-elus perutnya.

"Baiklah, ayo kakak cantik kita makan bareng!" ajak Yuna, akhirnya mereka pergi makan bubur ayam bersama.

Mungkin bagi orang yang melihat mereka, pasti akan mengira mereka adalah keluarga kecil yang bahagia. Wajah tampan Bima yang masih terlihat imut biarpun sudah punya anak satu, itu mengimbangi wajah cantik yang begitu manis.

Mereka menikmati bubur ayam bersama-sama dengan begitu nikmat, setelah selesai makan bubur ayam karena hari juga mulai panas, mereka bertiga akhirnya pulang.

Sesampainya di rumahnya, Aliyah merebahkan tubuhnya di sofa. Ia menatap botol yang ia pegang.

"Laki-laki dingin itu membelikan aku minum, Aliyah ternyata dia duda," sumpringah sekali raut wajah cantik Aliyah.

"Aku masih punya kesempatan, tapi bagaimana caranya mendekati duda itu?" Aliyah tampak berpikir keras.

Entahlah bagaimana Aliyah akan mendekati duda tampan pujuan hatinya itu?

Bersambung

Terimakasih para pembaca setia

Terpopuler

Comments

❤️⃟Wᵃf✰͜͡ᴠ᭄ᴇʟᷜᴍͣuͥɴᷤ✪⃟𝔄⍣⃝కꫝ🎸

❤️⃟Wᵃf✰͜͡ᴠ᭄ᴇʟᷜᴍͣuͥɴᷤ✪⃟𝔄⍣⃝కꫝ🎸

Weeeh langsung girang lg deh si Al

2022-12-10

1

Eka ELissa

Eka ELissa

kyaknya gk prlu kmu deketin juga bkln dkt ma kmu alya...
kn ayuna udh jtuh hati dgn mu..😁

2022-10-29

1

Eka ELissa

Eka ELissa

nex....mak...😘💐💐💐
crita mu bguss bgt...maak..💐💐

2022-10-29

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!