Nasehat Aliyah

"Ceklek."

Aliya membuka pintu rumahnya. Saat pintunya terbuka tampaklah dua sejoli yang cantik dan tampan, iya mereka adalah Arumi dan Azka.

"Lah, bukannya kalian mau nonton?" tanya Aliyah terkejut.

"Awalnya gitu Al, tapi kita kasian sama kamu, jadi kita hanya membeli makanan dan mau nonton di rumah saja bareng-bareng sama kamu," sahut Arumi dan di tangannya sudah penuh dengan tetengan, entahlah apa isinya?

Di tangan Azka juga ada tentengan dan terlihat jelas itu isinya bermacam-macam snack, plastiknya yang transparan dan itu membuat Aliyah tahu isinya.

"Kalian mau pamer kemesraan? Dasar kalian pembuat jomblo resah," sahut Aliyah dan dengan senang hati mempersilahkan kedua sejoli ini masuk ke dalam rumahnya.

Azka dan Arumi saling menatap satu sama lain, tatapan kedua seperti penuh dengan hasrat tapi Aliyah tidak kaget, karena pacaran mereka memang terbilang vulgar.

"Al, kamu di rumah sendirian kan?" tanya Azka dengan senyum nakal pada Arumi.

"Iya sendirian, memangnya kenapa?" sahut Aliyah pura-pura tidak tahu.

Jika tidak sendirian memangnya aku mau dengan siapa? Tante juga sudah lama tidak datang ke rumah, mungkin karena terlalu sibuk dengan urusannya. Tapi aku tidak apa-apa yang penting uang bulanan sudah di transfer dan kebutuhan sehari-hari untuk makanan siap saji, cemilan dan lain-lain sudah tante aku kirim.

"Al, kamu kan sudah gede, jadi kamu paham lah jika orang pacaran itu seperti apa? Kan kamu juga sering lihat film drama romantis," ujar Azka dan di sambut senyum manis oleh Arumi.

"Paham, tapikan kalian belum menikah, apa kalian tidak takut?" tanya Aliyah, kini mereka bertiga duduk di sofa, Aliyah duduk di sofa yang berbeda dari Azka dan Arumi, sedangkan dua sejoli itu duduk berdekatan bahkan tidak ada jarak sama sekali.

"Al, jangan bilang pada mamaku ya!" pinta Arumi pada Aliyah, jika mamanya Arumi tahu kalau Arumi pacaran dengan cara seperti ini, pasti mamanya akan mengamuk.

"Tidaklah Rum, lagian kedua orang tuamu juga jarang sekali di rumah," sahut Aliyah dengan nada lembut.

Arumi terdiam, ia sadar kalau memang kedua orang tuanya memang jarang sekali di rumah, mereka selalu sibuk dengan pekerjaannya mereka, dan itu membuat Arumi sering kali kesepian.

"Mereka terlalu sibuk dengan kerjaan mereka Al," tampak kecewa dan sedih raut wajah cantik Arumi.

"Sayang, kan ada aku, kamu pasti tidak akan kesepian lagi, kalau kamu tidak ada temannya di rumah, kamu telpon saja aku, aku pasti akan datang ke rumahmu," hibur Azka seraya memberikan ciuman hangat di kening Ayumi.

"Aku ke kamar mandi dulu ya sayang," pamit Azka, lalu ia beranjak dari tempat duduknya. Tanpa bertanya kepada Aliyah, Azka langsung berlalu pergi ke kamar mandi, lagian Azka sudah sering datang ke rumah Aliyah, jadi ia tahu dimana letak kamar mandinya?

Aliyah menatap Arumi dengan tatapan lembut, Arumi juga membalas tatapan lembut dari sahabatnya itu.

"Rum, kamu kan perempuan, boleh pacaran tapi tidak berlebihan," nasehat Aliyah, semenjak beberapa bulan ini Arumi memang terlihat berani cara pacarannya dengan Azka.

Bahkan beberapa waktu lalu, Azka berani berciuman dengan Arumi di hadapannya, sungguh itu membuatnya jijik tapi Aliyah hanya bisa menghela nafas saja.

"Al, Azka laki-laki baik, jika terjadi sesuatu dia akan bertanggung jawab," jawab Arumi dengan yakin.

Aliyah menghela nafas dalam hatinya, mana ada laki-laki baik yang ngajak pacarannya tidak benar seperti itu Arumi? Rasanya percuma menasehati dua sejoli yang sedang jatuh cinta ini. Ibaratnya tai kucing saja rasanya coklat.

"Rum,"

"Aliyah, aku akan menjaga diriku dengan baik, aku sudah dewasa," potong Arumi dengan nada lembut. Aliyah hanya bisa manggut-manggut, dengan harapan Azka tidak akan menyakiti hati sahabatnya ini.

Setelah beberapa lama akhirnya Azka kembali dari kamar mandi, ia kembali duduk di sofa.

"Ayo tonton filmnya!" ajak Azka antusias.

"Memangnya film apa?" tanya Aliyah penasaran.

"Film ini," sahut Azka sambil menunjukkan sebuah kaset DVD pada Aliyah.

Aliyah tercengang. "Itukan film dewasa," lirihnya kaget.

"Al, kita sudah bukan anak kecil lagi," sahut Azka dengan entengnya dan langsung menyetel film dewasa itu.

"Al, bukannya kamu juga sering nonton film dewasa, ayo kita nonton bareng!" ajak Arumi sambil tersenyum kecil pada Aliyah.

"Kalian saja yang nonton, itu tidak cocok untuk jomblo sepertiku," tolak Aliyah dengan nada lembut.

Azka malah tersenyum senang. "Baguslah, kalau Aliyah tidak mau nonton film ini, jadi aku bisa lebih bebas dengan Arumi," batin Azka dalam hatinya.

"Kalian nonton ya, aku mau istirahat di kamar," pamit Aliyah dan berlalu pergi ke kamar meninggalkan Azka dan Arumi.

Saat Aliyah masuk ke dalam kamar, Arumi malah tersenyum senang.

"Sayang, kita cuma nonton berdua," kata Arumi dengan tatapan menggoda.

"Lebih bagus sayang, nanti kalau pingin melakukan adegan yang ada di dalam film, kamu katakan saja! Aku sudah membawa alat pengaman takutnya Joni aku tidak tahan sayang," goda Azka sambil mengelus-elus miliknya di bawa sana.

"Ah, kamu jangan menggodaku, ini masih terlalu awal," desis Arumi membuat senyum Azka seketika menjadi mesum.

Kini keduanya memulai menonton film dewasa itu.

Sedangkan Aliyah lebih memilih membaca novel di dalam kamar, ia sudah lelah mengingatkan Arumi jangan pacaran berlebihan, aneh-aneh tapi Arumi selalu bilang kalau Azka itu laki-laki baik, kita lihat saja ke depannya akan seperti apa?

Adegan demi adegan di tonton oleh mereka berdua dengan penuh penghayatan.

"Lihat sayang," sebuah adegan laki-laki sedang menyusu pada kekasihnya dan itu membuat Azka menelan ludahnya dengan kasar.

Tanpa meminta izin dari Arumi, Azka tiba-tiba menyentuh gunung kembar milik Arumi dan Arumi tidak marah.

"Enak sayang," dengan hati-hati Azka meremas salah satu gunung kembar itu, Arumi tidak marah ia malah tersenyum pada Azka.

"Kamu juga mau seperti itu sayangku?" tanya Arumi, membuat Azka langsung mengangguk mantap.

Arumi membuka kancing bajunya, ia masih memakai seragam sekolah, lagian ini bukan pertama kalinya Azka melakukan hal ini, Arumi juga sangat menikmati saat Azka bermain-main dengan kedua gunung kembarnya.

Saat sudah terbuka, di arahkan satu gunung kembar miliknya ke mulut Azka, dengan tatapan penuh nafsu, Azka langsung menerima itu, lalu dengan lembut mulai di hisap pelan, membuat Arumi menggelidik nikmat, Azka terus memperdalam kenakalannya itu. Membuat Arumi mengeluarkan sebuah suara yang semakin menggugah hasratnya sebagai seorang laki-laki.

"Satunya sayang, biar adil!" pinta Arumi dan Azka beralih ke gunung kembar satunya, kini satu gunung kembarnya tampak mengeras dan begitu tegang.

Setelah beberapa lama dan merasa puas, Azka melepaskan mulutnya dari permainan itu.

Aliyah tercengang tidak percaya, ia yang hendak mengambil air putih untuk minum, kini malah berdiri di ambang pintu kamarnya dan melihat pemandangan yang cukup menjijikkan itu. "Arumi, kamu sudah sangat berlebihan," batin Aliyah dalam hatinya dan ia memilih kembali masuk ke dalam kamar.

"Sakit sayang," lirih Ayumi dengan manja.

"Tapi enakan sayang," goda Azka dengan nakal.

"Kamu mau yang lebih enak lagi tidak?" bisik Azka di telinga Arumi.

Arumi terdiam, ia tahu apa maksud Azka. Tapi saat ini takut untuk melakukan hal yang di tawarkan oleh Azka itu.

"Lihat sayang, perempuan itu sedang merasakan kenikmatan dunia," lirih Azka saat melihat adegan cukup panas.

Tanpa permisi, Azka kembali memainkan gunung kembar milik Arumi secara bergantian.

Aliyah yang kini sedang duduk di tepi ranjang, merasa tidak tenang, jangan sampai terjadi sesuatu lebih. Akhirnya Aliyah beranjak dari tempat duduknya dan langsung keluar dari dalam kamar.

"Ehemm,"

Mendengar suara deheman Arumi dan Azka panik, mereka buru-buru membenarkan posisi mereka, Arumi juga buru-buru merapikan bajunya yang kini telah berantakan tidak jelas.

"Kenapa Aliyah datang tiba-tiba sih? Padahal aku ingin hal yang lebih," gumam Azka dalam hatinya.

Azka memang baik, namun ia selalu membujuk Arumi untuk pacaran layaknya suami-istri, jika Arumi menolak, maka Azka mengatakan kalau Arumi tidak mencintainya. Arumi yang memang tulus mencintai Azka, akhirnya ia terhasut juga oleh kata-kata manis Azka.

"Al, aku pulang dulu ya, sudah sore," pamit Azka dan di anggukin oleh Arumi.

"Iya Al, aku juga harus pulang sudah sore," lanjut Arumi dengan nada gugup.

"Iya kalian hati-hatilah," jawab Aliyah dengan nada lembut.

Azka dan Arumi berlalu pulang. Setelah Azka dan Arumi pulang, Aliyah menghempaskan tubuhnya di atas sofa.

"Arumi, kamu sudah berubah, pacaran kalian sudah berlebihan," tatapan Aliyah penuh rasa kawatir.

Sebagai seorang sahabat Aliyah sudah sering kali mengingatkan Arumi, tapi berulang kali juga Arumi mengatakan kalau dirinya bisa menjaga dirinya sendiri dengan baik. Aliyah bisa apa? Mau bicara lebih juga takut salah.

Bersambung

Terimakasih para pembaca setia

Terpopuler

Comments

❤️⃟Wᵃf✰͜͡ᴠ᭄ᴇʟᷜᴍͣuͥɴᷤ✪⃟𝔄⍣⃝కꫝ🎸

❤️⃟Wᵃf✰͜͡ᴠ᭄ᴇʟᷜᴍͣuͥɴᷤ✪⃟𝔄⍣⃝కꫝ🎸

Angel wes angel...

2022-12-10

1

❤️⃟Wᵃf✰͜͡ᴠ᭄ᴇʟᷜᴍͣuͥɴᷤ✪⃟𝔄⍣⃝కꫝ🎸

❤️⃟Wᵃf✰͜͡ᴠ᭄ᴇʟᷜᴍͣuͥɴᷤ✪⃟𝔄⍣⃝కꫝ🎸

Pasti Azka punya niat buruk ini

2022-12-10

1

Adinda

Adinda

pacaran zaman sekarang memang sudah bebas...

2022-10-25

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!