"Ini kamar kamu, tepat di sebelah kamar saya. Jadi kalau kamu perlu sesuatu atau butuh bantuan, kamu bisa mengetuk pintu kamar saya." Bintang meletakkan koper istrinya.
"Hmm," gumam Aluna.
Ya, setelah menghabiskan malam di rumah Aluna. Bintang pun akhirnya memutuskan untuk membawa Aluna ke rumahnya.
Sebagai pasangan suami istri, tentu saja mereka harus satu rumah bukan. Jika tidak, itu akan menimbulkan pertanyaan orang-orang. Apalagi dengan Bundanya yang super cerewet.
Dan jika kalian berfikir malam itu mereka habiskan sebagaimana layaknya suami istri yang menghabiskan malam pertama seperti biasanya. Maka kalian salah besar.
Malam itu justru mereka tidak melakukan apapun yang seharusnya sudah sah mereka lakukan.
Mereka hanya tidur dan mengistirahatkan tubuh mereka, hingga pagi menyapa.
"Tapi jangan coba-coba kamu masuk ke kamar saya tanpa izin." Peringat Bintang sebelum ia benar-benar pergi.
"Ck, iya iya. Lagian siapa juga yang mau masuk kamar lo? Nggak sudi gue, ih."
"Baguslah."
Aluna bersedekap dengan wajah angkuhnya menatap Bintang yang mulai menghilang dari balik pintu kamar barunya.
Aluna menghela, menutup dan tidak lupa mengunci pintu kamar.
Mereka berdua sudah sepakat untuk pisah kamar agar menghindari hal-hal diluar kehendak mereka.
Lagipula mereka hanya akan menjalani pernikahan ini selama setahun, jadi untuk apa satu kamar?
"Huh! Kamar baru gue lumayan juga. Dan kalau dipikir-pikir ini rumah lebih mewah dari rumah keluarga gue." Aluna menatap sekeliling kamar barunya yang jauh lebih luas dari kamar yang sebelumnya.
Kamar dengan nuansa cokelat-putih dipadukan dengan sedikit nuansa biru muda membuat kesan kamar ini cukup terlihat nyaman bagi Aluna.
"Bisalah buat gue beradaptasi dengan lingkungan baru ini selama setahun." Aluna merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk, sambil memikirkan masa depannya nanti setelah cerai dari Bintang.
Baru juga nikah Lun, udah mikir cerai aja -_- ~author~
Dringggg .... Driinggg
Bunyi ponsel membuyarkan semuanya.
"Sialan, siapa sih yang nelpon. Ganggu aja!!"
Dengan kesal Aluna melihat nama yang tertera di sana.
"Ada perlu apa?" ucap Aluna datar.
"LUNAAAAAA!!! LO KEMANA AJA HAH? DOKTER DIMAS NANYAIN LO MULU TAUUU. NGILANG TIBA-TIBA, NGGAK NGASIH KABAR. LO-"
Aluna sedikit meringis mendengar teriakkan lawan bicaranya. Untung gendang telinga nya termasuk gendang telinga yang cukup kuat untuk mendengarkan teriakan orang itu terus.
"Bisa nggak kalau ngomong tuh jangan teriak-teriak," desis Aluna.
"Lagian ngapain si Dimas nyariin gue? Gue kan udah izin sama profesor Heru buat nggak masuk beberapa hari ini."
"Iya lo emang udah izin sama profesor Heru. Tapi lo nggak izin sama Dokter Dimas kesayangan lo itu. Makanya kalau mau izin tuh ke dua-duanya, biar nggak dicariin."
Aluna memutar bola matanya malas.
"Iya deh lain kali gue kalau izin bakalan ke dua-duanya."
"Nah bagus tuh. Btw lo kemana sih? Ngilang kok 5 hari."
"Kan udah gue kasih tau Nay."
"Jenguk Tante lo yang lagi sakit parah di luar kota? Nggak percaya gue."
"Yaudah kalau nggak percaya. Terserah lo." Aluna langsung mematikan sambungan telepon nya, apalagi saat ada seseorang mengetuk pintu kamarnya.
"Siapa?"
"Saya." Suara dingin itu, Pasti adalah Bintang.
"Tuh om-om nggak bisa lihat gue santai dikit gitu."
Dengan kesal Aluna membuka pintu kamar.
"Ada apa sih om Bintang? Gue capek pengen istirahat. Bisa kan kasih gue waktu buat istirahat."
Bintang tersenyum tipis, saking tipisnya Aluna tak menyadari itu.
Berbeda dengan Aluna yang malah dibuat sedikit terkesima dengan penampilan Bintang yang terkesan santai saat ini. Dengan kaos putih yang melekat pada tubuh kekar dan celana panjang hitam, membuat Bintang terlihat sangat tampan di mata Aluna saat ini.
"Ternyata nih om-om keren juga kalau kaya gini. Kek seumuran gue. Tampan."
"Eh, Luna sadar sadar. Jangan gampang terhipnotis sama pesona nih om om." Batin Aluna lagi.
"Luna ..." panggil Bintang sekali lagi membuyarkan Aluna.
Suka banget ngelamun Lun ~Author~
"Eee-eh Iya. Ada apa Om?"
Bintang menghela. "Yang pertama jangan panggil saya 'om' karena saya bukan om kamu. Saya seumuran dengan Alando kakak kamu. Jadi saya tidak setua itu untuk dipanggil om Lun."
Aluna berdecih. "Iya iya deh. Jadi ceritanya lo ngambek kalau gue panggil 'om'? Kalau lo lupa? Gue sama lo beda 7 tahun lho, kaya om sama ponakan nggak sih. Jadi nggak salah dong kalau gue panggil om? Masa gue panggil 'Kakak', lo kan bukan Kakak gue."
"Tapi saya suami kamu. Dan tidak setua itu untuk dipanggil 'om' Luna."
"Suami satu tahun maksudnya? Hehehe. Oh atau lo mau gue panggil Susata?" celutuk Aluna.
"Susata?"
Aluna mengangguk antusias. "Iya Susata. Suami satu tahun. Gimana? Keren kan."
Bintang menggeleng, tak habis pikir dengan jalan pikiran Aluna. Sangat random dan tak masuk akal.
"Wanita aneh."
"Emang gue aneh." Aluna memasang wajah angkuh.
"Dan yang kedua kamu siap-siap gih, kita akan makan siang sama Bunda dan Ayah. Saya tunggu 5 menit. Nggak boleh lebih. Jika lebih maka saya akan melakukan hal-hal diluar kendali kamu."
"Dih ngancem. Wait ...,"
"WHATTT!!!! 5 MENIT? GILA LO."
"Jangan teriak-teriak. 5 menit, saya tunggu dibawah." Ucap Bintang santai.
Bintang pergi meninggalkan Aluna yang masih shock dengan ucapannya.
"5 menit buat siap-siap? Helloowww, mana ada cewek yang bisa siap-siap dalam waktu 5 menit? Mana belum mandi, belum make up, belum catokan, belum milih baju. Banyak yang harus dilakuin. Dan dia malah ngasih waktu 5 menit doang? Nggak salah gue?" gerutu Aluna.
Namun, meskipun begitu dengan tergesa-gesa dia berusaha bersiap-siap dalam waktu 5 menit yang diperintahkan Bintang. Ya, walaupun dia tidak yakin ini akan berhasil.
"Gue ngelakuin ini cuma karena Bunda yang baik hati dan demi melancarkan misi gue sebagai istri satu tahun aja, kalau buat dia? Dih ogah banget. Amit-amit tujuh turunan."
"Lunaaaa!!"
"Perasaan ini baru tiga menit deh," gumam Aluna pada dirinya sendiri.
"Lunaaa!!" panggil Bintang sekali lagi, kini pria itu sudah berdiri kembali di depan pintu kamar Aluna.
"Perasaan baru 3 menit deh. Buru-buru amat sih lho." Ucap Aluna begitu membuka pintu kamar.
"3 Menit?"
"Iya."
Bintang tersenyum sinis." Ini sudah lebih dari 5 menit Luna. Saya menunggu kamu hampir 20 menit."
"Oh 20 menit doang juga. Santai." Aluna kembali menutup pintu kamar.
"20 menit doang? Kamu sudah membuang-buang waktu saya yang berharga, asal kamu tau itu."
Aluna tertawa. "20 menit buang-buang waktu? Heh, buat lo 20 menit nungguin gue siap-siap itu buang-buang waktu, tapi buat gue sebagai perempuan 20 menit itu adalah waktu yang paling singkat untuk siap-siap. Ngerti lo."
"Dasar wanita. Suka membuang-buang waktu."
Bintang meninggalkan Aluna yang sudah dongkol di tempat nya.
"Eh lo bilang apa tadi?" Aluna mengejar Bintang.
"Dasar ya semua cowok sama aja. Nggak pernah ngertiin cewek."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments