Dihari yang cerah nan sejuk, Anggara bersama ayah asuhnya mulai kembali untuk berlatih. Damar yang telah mengetahui kepandaian Anggara dalam berlatih, langsung memerintahkan Anggara untuk menggunakan serapang miliknya.
"Sekarang Ayah menginginkan dirimu untuk lebih mahir lagi dalam seni senjata serapang ini, wahai anakku. Berpusatlah dengan senjata ini, dan menyatulah dengannya dengan sebaik mungkin." Ucap ayah asuhnya.
"Baik, Ayah. Anggara akan terus mencobanya dengan sebaik mungkin." Jawab Anggara dengan tegas.
"Penggunaan serapang yang ayah ajarkan kepadamu, bisa dikombinasikan dengan jurus lain yang ayah ajarkan.Gunakanlah serapang dengan baik.Jika dirimu mampu mengkombinasikan serapang ini dengan jurus lain,maka itu akan lebih baik juga." Terang ayah asuhnya.
"Anggara akan terus mencobanya, Ayah. Dan, tentunya ingin menguasai teknik seni serapang terlebih dahulu, juga ingin menguasai jurus seni penggunaan serapang ini, Ayah.Tapi, jika Ayah memberikan pengajaran yang lebih, Anggara akan melakukan dan mencoba mengkombinasikan dengan jurus lain yang telah Ayah ajarkan." Jawab Anggara.
"Baiklah, jika itu mau kamu, sekarang lakukanlah jurus seni penggunaan serapang yang kamu pegang. Ayah ingin melihat kemahiranmu kali ini." Ucap ayah asuhnya.
Saat itu juga, Anggara langsung memasang kuda-kudanya. Kemudian, ia langsung mengulangi lagi gerakan jurus seni penggunaan serapang milik ayah asuhnya.
Ketika memperhatikannya dengan fokus, ayah asuhnya hampir saja tidak percaya dengan apa yang telah dilihatnya. Gerakan yang Anggara lakukan terlihat sangat luwes, dan juga kelihatan lincah.
Bahkan, gerakan Anggara terdapat sedikit kombinasi, juga gerakannya sangat membuat kagum pada diri ayah asuhnya. Benar-benar tidak menyangka, hanya dalam beberapa hari saja Anggara mampu menguasai penggunaan serapang miliknya.
Anggara yang bersemangat dalam berlatih, terlihat jelas pada dirinya yang terus mengulangi gerakan jurus seni serapang milik ayah asuhnya. Kali ini Anggara benar-benar telah menguasainya dengan baik.
Setelah terlihat lelah karena tanpa berhenti. ayah asuhnya sebagai guru mencoba menghentikan latihannya.
"Berhenti, wahai anakku." Ucap ayah asuhnya menghentikan Anggara yang tengah berlatih.
Anggara yang mendengar seruan dari ayah asuhnya, kemudian menghentikan latihannya. Setelah itu, keduanya beristirahat disela-sela cerahnya langit diatas tanah Lampung yang subur.
"Istirahatlah dahulu, wahai anakku. Tidakkah dirimu merasa lelah."
"Baik, Ayah. Maafkan Anggara yang terlalu bersemangat dalam berlatih."
"Tidak apa-apa, wajar saja jika berlatih harus diimbangi dengan semangat. Kalau tidak bersemangat, bagaimana bisa menguasai ilmunya. Sekarang lebih baik kita istirahat sejenak. Setelah merasa tidak lagi berkeringat, kita lanjutkan lagi latihannya." Ucap ayah asuhnya.
"Ya, Ayah. Anggara mau istirahat sejenak, dan akan dilanjutkannya lagi latihannya." Jawab Anggara penuh bersemangat.
Setelah selesai latihan, Anggara bersama ayah asuhnya kembali beristirahat dibawah pohon beringin yang rindang. Pemandangan hutan tanah Lampung dan hamparan kebun kopi dan lada menjadi saksi betapa gigihnya seorang anak muda untuk berlatih dan menguasai banyak ilmu bela diri.
"Wahai anakku, lihatlah kemakmuran negeri kita ini. Kesejahteraan dan kemakmuran ini jangan sampai dirusak oleh orang-orang yang kejam dan tidak bertanggung jawab. Dirimu mempunyai tanggung jawab dalam menjaga kemakmuran ini juga, maka jagalah kedamaian dan jangan sampai ada pertumpahan darah di negri kita ini. Ayah sangat menginginkanmu untuk menjadi seseorang yang berbudi pekerti luhur, dan mengetahui yang salah dan mana yang benar. Berlatihlah dirimu dengan baik, kelak dirimu akan memerangi kejahatan. Jangan biarkan kejahatan merampas kebahagiaan Negeri kita ini." Terang ayah asuhnya tak lupa memberi nasehat kecil untuk Anggara.
Anggara mengangguk, dan terdiam sejenak saat menerima nasehat kecil dari ayah asuhnya. Setelah mencernanya, dirinya merasa mempunyai sebuah tanggung jawab yang begitu besar dalam menjaga negeri dan keluarganya.
"Baik, Ayah. Anggara berjanji akan menjaga kemakmuran dan kesejahteraan negeri kita ini. Anggara akan berlatih dengan giat, agar bisa melawan kejahatan." Jawab Anggara penuh yakin.
"Sepertinya hari mulai senja, ada baiknya kita pulang sebelum petang. Kita lanjutkan latihannya besok lagi, anakku. Ibumu di rumah pasti sedang menunggu." Ajak ayah asuhnya untuk kembali ke rumah.
Setelah beristirahat cukup lama, senja yang hampir menyingsing membuat mereka harus kembali kekediamannya.
Senja telah menunjukkan sinar keemasannya, Anggara bersama ayah asuhnya harus menyudahi latihannya. Mereka berdua harus kembali kerumah.
Latihan demi latihan telah dilakukan oleh Anggara, gerakan jurus seni serapang yang dipelajari Anggara telah dikuasainya dengan baik. Anggara juga menambahkan gerakan tambahan variasi dalam jurus seni permainan serapang milik ayah asuhnya.
Sesampai di rumah, seperti biasa telah disambut oleh sang ibu dengan masakan yang menggugah selera. Sebuah masakan khas tanah Lampung. Orang dari tanah ini biasa menyebutnya dengan kata seruit.
Seruit adalah sebuah masakan dengan bahan dasar ikan. Biasanya ikan dibakar lalu dicampur dengan sambal, sambal orang Lampung yang berbeda dengan sambal dari tanah lain tentunya. Sambal sruit lebih sering terdapat sebuah campuran terasi udang khas Lampung dan dicampur dengan buah belimbing wuluh yang sangat masam.
Sambal khas seruit yang terasa asam membuat makanan menjadi nikmat ditambah lagi dengan harumnya terasi udang khas Lampung.
Anggara bersama ayah asuhnya setibanya di rumah, disambut dengan sedap harumnya seruit buatan sang ibu.
"Wah, ini pasti sangat enak. Aroma yang begitu menggoda dan menggugah selera." Ucap Anggara saat indra penciumannya dapat menangkap aroma masakan ibunya.
"Ibu sudah menyiapkan seruit khusus buat kalian, sebelumnya kalian berdua mandilah terlebih dahulu. Biar badan kalian terasa enakan, juga terasa segar. Kalian berdua pasti lelah, cepatlah mandi terlebih dahulu. Setelah itu, baru kita makan bersama." Ucap sang ibu sambil menyiapkan makanan untuk suaminya dan putranya.
"Baik, Ibu." Jawab keduanya dengan kompak.
Tidak menunggu lama, keduanya selesai mandi. Kemudian, bergegas untuk menikmati makanan yang sudah disajikan oleh ibu asuhnya Anggara.
Aroma yang begitu menggoda, sudah tidak sabar untuk dinikmati nya.
Masakan sang ibu yang terlihat menggugah selera, membuat ayah asuhnya bersama Anggara sangat lahap menyantapnya.
"Seruit buatan Ibu benar-benar sangat enak, Anggara boleh nambah lagi kan, Bu?"
"Kenapa harus meminta izin, anakku. Habiskan saja kalau kamu ingin menambah porsi makanmu. Tetapi besok kalian harus menggantinya dengan ikan segar dari sungai." Jawab sang ibu meminta imbal balik, tentunya dengan tawa kecilnya di sela-sela makan.
"Tenang saja, Bu. Besok Anggara selesai latihan akan menangkap ikan di sungai." Sahut Anggara di sela-sela makan.
"Sudah makanlah dahulu, ngobrolnya nanti lagi. Lebih baik habiskan dulu makanannya, jangan bicara saat makan, tidak baik. Juga, bisa menghambat pernapasan." Ucap ayah asuhnya ikut menimpali.
Gelak tawa keluarga kecil ini terlihat sangat bahagia,mereka sangat mensyukuri anugerah di tanah Lampung yang telah diberikan Sang Pencipta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Gatot Suharyono
ngomong sama anak kok pakai wahai . . . wahai !?
kaku betul . . . wahai Author. !?
2022-12-12
0
Heri Wibowo
L
2022-10-26
0