Anggara telah menerima serapang milik Damar, yakni ayah asuhnya. Kemudian, dirinya akan memulai untuk mempelajari jenis senjata perdananya. Tentu saja baru kali ini seorang Anggara memiliki sebuah senjata.
"Wahai Ayah, bagaimana cara menggunakan senjata ini?" tanya Anggara yang dipenuhi dengan rasa penasaran.
"Nanti Ayah akan mengajari dirimu tentang kegunaan serapang ini, anakku." Jawab ayah asuhnya.
Damar yang telah mahir menggunakan serapang, memperlihatkan cara penggunaan senjata itu di hadapan Anggara. Kepandaian Damar dalam memainkan serapang, membuat Anggara semakin kagum melihatnya.
"Wahai anakku, lihat baik-baik cara Ayah menggunakan senjata ini. Perhatikan dengan fokus saat Ayah akan mengajari dirimu." Uccap ayah asuhnya.
Setelah sudah mempersiapkan diri untuk mempelajari jenis senjata milik ayah asuhnya, Anggara terlebih dahulu diajari penggunaan jenis senjata serapang secara detail.
Cara seni dalam penggunaan serapang, juga dalam bertahan dari serangan musuh. Kemudian, ayah asuhnya juga mengajari cara menyerang musuh menggunakan serapang.
Dengan fokus, Anggara terus memperhatikan ayahnya dalam memainkan serapang tersebut dengan kelihaiannya. Setelah itu, tibalah giliran Anggara untuk mencoba berlatih menggunakannya serapang milik ayah asuhnya.
"Sekarang giliran kamu, Nak. Kamu harus mencoba menggunakan senjata ini sebaik mungkin, dan pusatkan pikiran kamu seolah dirimu itu pandai menggunakannya." Ucap ayah asuhnya.
"Baik, Ayah." Jawab Anggara dengan tegas.
"Ingat, anakku. Jangan sekali-kali kamu terlalu berambisi dalam berlatih, lakukan selangkah demi selangkah untuk memulainya. Setelah itu, kamu mencoba untuk mempelajari seni dalam penggunaan serapang ini terlebih dahulu." Ucap ayah asuhnya.
Sesuai yang diperintahkan oleh ayah asuhnya, Anggara segera mencoba serapang milik ayah asuhnya. Gerakan demi gerakan seni dalam memainkan serapang dapat di mainkan oleh Anggara dengan baik, meski terdapat sedikit kesalahan dalam penggunaan jenis senjata serapang. Sebagai ayah sekaligus guru, Damar dengan sabar membimbing anak angkatnya itu dengan sebaik mungkin dan juga penuh kesabaran.
"Hari mulai senja, wahai anakku. Apa tidak sebaiknya kita lanjutkan latihan ini besok lagi." Ucap ayah asuhnya mengajak Anggara untuk menyudahi latihannya.
"Baik, Ayah." Jawab Anggara dengan anggukan.
Cukup lama dalam berlatih dengan senjata serapang, senja mulai memperlihatkan dirinya di ufuk barat. Juga langit yang mulai terlihat gelap harus memaksa mereka kembali kerumah.
"Istirahatlah, wahai anakku. Besok kita akan berlatih kembali. Ingat, siapkan dirimu dengan sebaik mungkin." Ucap ayah asuhnya saat baru saja masuk kedalam rumah.
"Baik, Ayah. Besok Anggara akan berlatih lebih fokus lagi, dan mempelajarinya sebaik mungkin, Ayah." Jawab Anggara dengan semangat.
"Ayah sangat mendukungmu untuk berlatih lebih fokus lagi." Kata sang ayah asuhnya.
Sebagai seorang anak yang mempunyai keinginan dan tekad yang tinggi, Anggara tidak serta merta beranjak untuk beristirahat. Kemudian, diam-diam berlatih dimalam hari seorang diri.
Waktu pagi telah tiba, fajar mulai menyingsing di ufuk timur. Damar dan Anggara kembali melanjutkan latihan mereka di tempat yang dijadikan untuk latihan.
"Apakah kamu telah siap untuk melanjutkan latihannya, wahai anakku?" tanya ayah asuhnya.
"Saya sudah siap untuk berlatih, Ayah." Jawab Anggara dengan tegas.
"Baiklah, Ayah akan mengulangi gerakan seni penggunaan serapang sekali lagi. Ingat, perhatian baik-baik wahai anakku." Ucap ayah asuhnya.
Setelah kesepakatan untuk memulai latihan, Damar memulai gerakan seni dalam penggunaan serapang. Secara perlahan, ayah asuhnya membimbing Anggara dengan fokus.
Anggara yang secara diam-diam berlatih dimalam hari, paginya ia mencobanya kembali dengan ayah asuhnya.
"Sekarang giliran kamu, anakku." Uccap ayah asuhnya.
"Baik, Ayah." Jawab Anggara disertai anggukan.
Kemudian, ayah asuhnya menyerahkan serapang kepada Anggara.
Dengan semangat dan juga dengan tekadnya untuk menguasai senjata serapang, Anggara mencoba memainkan senjata tersebut milik ayah asuhnya. Kali ini gerakan ayah asuhnya dapat ditiru oleh Anggara dengan baik, walau masih terlihat sedikit lambat. Namun, gerakan Anggara sudah terlihat lihai dalam memainkan serapang milik ayah asuhnya.
"Berhenti dulu, anakku." Ucap ayah asuhnya untuk menghentikan gerakan Anggara.
Seketika, Anggara berhenti dalam latihannya.
"Ada apa wahai Ayahku, apa Anggara melakukan sebuah kesalahan dalam gerakan latihan?" tanya Anggara penasaran.
"Tidak ada yang salah, anakku. Ayah hanya ingin mengajak kamu untuk beristirahat sejenak.'' Jawab ayah asuhnya.
" Oh, kirain ada yang salah dalam gerakan Anggara, Ayah."
"Tidak ada, wahai anakku. Pagi ini latihan kamu cukup bagus. Karena sudah waktunya untuk istirahat, mari kita istirahat sejenak." Kata ayah asuhnya untuk mengajak Anggara beristirahat sejenak.
"Baik, Ayah. Setelah istirahat, Anggara akan berlatih lagi untuk menguasai senjata serapang milik Ayah." Kata Anggara penuh semangat.
"Bagus, anakku. Ayo kita istirahat dulu, sejenak kita kumpulkan energi kamu." Ucap ayah asuhnya, Aggara mengangguk dan beristirahat sejenak.
Setelah itu, Damar dan Anggara kemudian menghentikan latihannya. Keduanya beristirahat dibawah beringin yang rindang, nan sejuk.
"Baru kemarin Ayah memberikan latihan ini
padamu, rupanya Ayah telah melihat kemajuan yang sangat luar biasa pada diri kamu. Bahkan, kamu mampu menirukan gerakan Ayah dengan baik. Ayah sangat bangga kepadamu, wahai anakku." Ucap ayah asuhnya di sela-sela istirahat.
"Terima kasih, Ayah. Ini semua berkat Ayah yang telah mengajari Anggara. Apakah Anggara masih mempunyai kekurangan dalam latihan ini, wahai Ayah?" jawab Anggara dan bertanya.
"Latihan seni penggunaan serapang ini, kamu telah menguasai semua gerakan dan jurusnya. Namun, hanya sedikit kekurangan dalam memainkannya. Gerakanmu masih terlihat sedikit lambat dan juga canggung. Ayah menginginkan dirimu dapat menyatu dengan serapang ini, anakku." Ucap ayah asuhnya.
"Baik, Ayah. Anggara akan terus berlatih agar bisa menguasai senjata jenis serapang ini, Ayah." Jawab Anggara.
Setelah istirahat, Anggara kembali melanjutkan latihannya ia mencoba mengikuti arahan dari ayah asuhnya. Dalam seharian, mereka berlatih hingga senja mulai datang, tetap memaksa mereka untuk melanjutkan latihannya di esok hari.
Seperti malam yang sudah di lewati, Anggara kembali berlatih dimalam hari. Tentu saja Anggara mengulangi latihannya sendiri.
Tekadnya yang kuat untuk menjadi seorang prajurit sangat terlihat dengan kesungguhannya dalam berlatih.
Dihari berikutnya, Anggara bersama ayah asuhnya kembali melanjutkan latihan. Tanpa menunggu lama, kali ini tanpa panjang lebar untuk berkata, ayah asuhnya langsung menyuruh Anggara untuk menggunakan serapang miliknya.
Damar yang mengetahui Anggara yang telah diam-diam berlatih dimalam hari, sepenuhnya percaya akan anak asuhnya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Budi Efendi
lanjutkan
2022-12-03
1