MENCURI ISTRI TETANGGA
“Elu kagak ke kantor, El?” tanya Emak.
“Kagak, hari ini mau lihat peresmian peternakan kita Mak, di kampung sebelah, sekalian ngunjungin Mbak Ratna dan suaminye,” jawab El dengan memasukkan roti ke dalam mulutnya.
“El, Emak punya kawan anaknya cantik coba deh nanti kalian ketemuan,” tawar Mak Julaeha.
“Enggak bisa Mak, El sibuk sampai bulan depan,” jawab El jujur.
“Elu sibuk terus tong, kapan elu punya bininya El? Emak sudah mulai tua pengen gendong cucu juga,” ucap emak memulai drama pagi.
“Kan, sudah ada anak-anaknya Mbak Ratna Mak, mereka juga cucu-cucu emak,” sahut El.
“Emang itu cucu-cucu Emak, El tapi emak pengen juga cucu dari elu,” sambung emak tak mau kalah.
“Iya-ya entar El pikirkan,” kilahnya.
“Bukan dipikirkan El tapi dicari, jodoh itu juga rezeki harus rajin dicari, ingat kamu itu sudah duda lima tahun lho sudah lama banget."
“Emak sayang, bukan berarti EL gak mau cari, tanpa dicaripun para wanita datang mau sama EL, umur El masih muda mak, masih tiga lima,” ujar El mau minum tetapi, masih narsis.
“Iye-ye secara anak lakik Emak ganteng begini, tapi noh si Kaira, si Nayla, sampai anaknya pak kades si Juliati, emangnye kagak ada apa yang nyantol ama elu ape?” tanya emak gemas.
“Mungkin, belum jodohnya EL kali Mak, udah ah EL pamit dulu ye udah terlambat ini,” tandasnya seraya berdiri dari meja makan.
“Elu ya! kebiasaan pasti menghindar, ingat El! Emak sudah tua emak pengen lihat elu bahagia,” tutur emak mulai terisak.
“El sudah cukup bahagia ada Emak, ada Mbak Ratna dan ponakan-ponakan El yang sekarang Emak gak usah galau, do'ain aje, anak laki-laki emak ini segera dapat jodohnya yang tepat,” rayu El sambil cium tangan emak Julaeha.
“Iye Amiin, salam buat Mbakmu ye di sana, nanti pesan Emak sabtu ini dia harus pulang,” kata emak melepas kepergian El.
“Iye, El berangkat Mak, ingat jangan cape-cape, bila mau pergi minta antar sama Mang Amat."
“Iye, kenapa jadi elu yang bawel sih, El?” gerutu emak.
“Hehehe … ya udah Mak, Assalamualaikum,” ucap EL berlalu menaiki mobil Pajero putih miliknya.
“Wa'alaikumsalam, ” sahut emak.
...****************...
EL Farizi bin Mahmud Badaruddin namaku, nama pemberian Abah, sebenarnya emak orang jakarte asli Betawi, makanya bahasa sehari-hariku kadang betawi, sedangkan Abah orang Kalimantan, kini kami menetap dan tinggal di daerah yang dijuluki seribu sungai ini.
“Abah ketemu Emak elu, waktu bujangan El, Abah merantau ke Jakarte jadi karyawan pabrik poliyod, di sana Emak dan Abah bertemu kebetulan Emakmu yang cantik ini bahasa kerennya jadi supervisor di pabrik sono,” kata Abah dulu, waktu aku tanya bagaimana ceritanya, pasti akan semangat dijawab oleh Abah panjang kali lebar sama dengan emak yang bernostalgia sambil tersenyum geli.
Semenjak kepergian Abah lima tahun yang lalu menyisakan kenangan pilu dihati kami, bagaimana tidak? Abah mengalami serangan jantung mendadak karena, perceraianku dengan Nia, ah mengingat itu semua membuka kembali luka yang tersimpan di hatiku.
Ya, Nia Anantasya bukan Nia Daniati apalagi Nia Ramadhani tetapi gayanya sama, dia yang mengoreskan luka di hati ini, dan membuatku trauma dan tak pernah percaya lagi dengan wanita, Itu menjadi momen massa terburukku.
Nia mengkhianatiku dengan seseorang laki-laki yang juga orang kepercayaan Abah, Alias kaki tangan Abah di perkebunan sawitnya, mereka hendak kabur dengan membawa uang hasil panen sawit mencapai satu milyar lebih, untung aku lebih dulu mengetahui perseligkuhan dan ulah curang mereka. Tak berselang lama Abah juga menghembus nafas terakhirnya, membuat Emak mengalami syok berat, makanya aku dan saudaraku Mbak Ratna selalu menjaga dan menemani Emak.
Ketika Nbak Ratna memutuskan menikah dan mengelola peternakan Abah bersama suaminya dikampung sebelah, Akulah yang ditunjuk menjadi Presdir utama di PT. Eka Raksa bergerak dalam eksporter buah sawit keberbagai negara, awalnya aku enggan mengambil amanah ini karena takut meninggalkan emak sendiri di rumah tetapi, kalau bukan aku siapa lagi? kata emak, terpaksa aku jalani namun akhirnya aku keasyikan dalam berbisnis sampai lupa bahwa sudah lima tahun menduda.
...****************...
Perjalanan ke rumah mbak Ratna hanya memerlukan waktu tiga jam. Mbak Ratna ditugaskan ke kampung ini karena memang tugas dinas dia sebagai bidan, sedangkan suaminya lah yang mempunyai usaha perternakan, tak hanya perternakan sapi potong yang akan di kelola bersama El tapi juga usaha budi daya ikan tambak, tanah seluas dua hektar warisan dari almarhum Abah mereka lebih dari cukup untuk menampung semua usaha itu.
“Nah yang ditunggu akhirnya datang juga, ” desis Ratna.
“Siapa itu, Bu Ratna?” tanya ibu-ibu tamu.
“Oh, itu adik saya bu, dari kota dia yang nantinya akan meresmikan acara ini,” ungkap Ratna.
“Baru tahu kalau Bu bidan Ratna mempunyai adik.”
“Iya ibu-ibu, karena adik saya harus menemani ibu saya tinggal di kota jadi jarang main ke sini,” jelasnya lagi.
“Ooh begitu …,” sahut ibu-ibu serempak
“Assalamualaikum Mbak,” sapa El.
“Waalaikumsalam ayo mari masuk, kok Emak gak ikut?” tanya Ratna heran.
“Emak sibuk mau arisan sosialitanya.”
“Ye elah sibuk arisan apa sibuk cariin kamu jodoh sih, El?” cibir Ratna.
“Ingat umur El jangan kelamaan, Mbak aja udah punya anak dua, masa elu kagak pengen kawin-kawin?”
“Ya ampun Mbak, kagak di sini kagak di rumah, selalu bahas kapan kawin.” El jenggah menanggapi.
“Hehehe ya udeh, elu samperin aja tuh lakik gue di sana dari tadi nungguin elu!”
...****************...
“Bapak ibu para handal taulan, saya mewakili keluarga besar Almarhum jurangan Mahmud Badaruddin yaitu Abah saya, sangat berterima kasih atas kedatangannya pada acara syukuran peresmian peternakan kami, selanjutnya acara do'a dipandu oleh Ustadz Mukarrim.” Papar El menutup sambutannya.
Serangkaian acara syukuran telah selesai,
Terdengar bisik-bisik dari para ibu-ibu tamu undangan.
“Huwaa … mami itu cowok ganteng banget! Mirip So-ji sub oppa, siapa sih dia mam?” tanya Puspita antusias.
“Ooh, tadi yang mami dengar itu adiknya, bidan Ratna yang datang dari kota,” jelas Mami Puspita
“Tapi, nih ya berdasarkan gosip lambe minyak curah, dia itu duda tanpa anak.” Ibu Desi langsung ikut menyahut dari samping.
“Ah, masa sih Bu Desi? Biarpun duda juga tetap aku mau, duda ganteng, keren begitu jadi istri keduanya pun aku rela,” terang Puspita senyam senyum sendirian menatap El
“Pokoknya aku mau kenalan sama dia mami!” pinta Puspita merenggek dengan maminya.
“I-iya nanti biar sekalian mami mau juga kenalan sama dia, kali aja dia naksir mami, secara kan? mami janda dia duda, cocok,” ujar mami Puspita.
“Idiih, mami ingat di umur ya! Gak boleh pokoknya biarkan itu jadi milik Puspita,” cibir Puspita yang mulai merajuk.
“Lha kenapa gak boleh? Mami kan masih cantik bohay begini,” sergah Mami Puspita tak mau kalah dengan anaknya sendiri.
“Udah ayuk, kita kesana dekati Ratna,” ajak Ibu Desi segera berdiri
“Hayuuk... mami cepetan!” risik Puspita mendesak.
Maminya Puspita dengan terburu-buru menelan semua makanannya, dan segera menyusul mereka, dengan langkah pelan dan pasti akhirnya mereka bisa mendekat ke arah Ratna.
“Hai Bu Bidan, selamat ya akhirnya usaha perternakannya kembali buka,” ucap ibu Desi menyalami Ratna
“Allhamdulillah, terima kasih ibu-ibu sudah hadir, dan mendo'akan.”
“Oh iya, Bu bidan yang membuka peresmian itu tadi siapa?" tanya Puspita paling kepo.
“Oh itu adik saya, dia yang sebenarnya punya lahan tetapi, karena gak sanggup untuk mengelola dikasihlah tanggung jawab ke suami saya yang sudah punya pengalaman berternak, maklum dia mah sibuk kerja di kota,” jelas Ratna.
“Oh begitu … terus boleh kenalan gak sama adik Bu bidan?” Tanya Mami Puspita, malah dapat tatapan tajam dari anaknya sesekali saling singkut menyingkut tangan.
“Oh tentu boleh, El sinii!”
“Ini kenalin ibu-ibu, adik saya,kebetulan adik saya ini duda, sedang mencari jodohnya,” kelakar Ratna diiringi tatapan tajam mata El, yang menyipitkan mata untuk meminta penjelasan dari ucapan kakaknya itu.
“Salam kenal ibu-ibu saya El Farizi,” sapanya dengan sopan.
“Saya Puspita Kumasari babang El tampan, kebetulan saya juga jomblowati alias single.” Cepat-cepat salamin tangan El sambil kedipin mata sebelah, malah ditabok tangannya sama maminya.
“Eh, ni anak main nyosor aja, Maafin anak saya, ya Mas El, saya Maminya Puspita nama saya Arumi, saya juga seorang single parent alias janda anak satu, saya siap dilamar,” kata mami Arumi ganjen.
“Hehehe, kalau saya ini Bu Desi, tapi gak pakai Ratnasari, saya punya anak gadis lajang cantik sedang kuliah juga di kota, kalau nak El mau nomor wasthappnya nanti ibu kasih,” sahut Bu Desi yang tak mau kalah mempromosikan anaknya.
Semuanya hanya direspon anggukan senyuman tipis oleh El. Sedangkan Ratna tak bisa menahan tawa cekikikannya sedari tadi melihat wajah sang adik yang bad mood. Setelah basa basi sebentar dengan para tamu, El memutuskan cepat masuk kedalam rumah, karena dari tadi ia terus menjadi pusat perhatian para wanita.
“Lho kok kamu sudah mau pulang aja sih El?” tanya Abidin suaminya Ratna.
“Iya nih, bete aku jadinya, bang."
“Bete kenapa? Ada masalah di kantor?” tanya Abdidin.
“Bukan begitu bang, masa iya Mbak Ratna sibuk mempromosikan aku sama ibu-ibu tamu, aku kan jadi malu,” tungkas El.
“Hahaha … bukannya bagus, siapa tahu nanti kamu dapat jodohnya di sini,” timpal Abidin.
“Kagak di rumah ya emak, kagak di sini ya Mbak Ratna, suka banget jodoh-jodohin El,” omel El lagi.
“Hehehehe … makanya cepat kawin nanti keburu tower,” ejek Ratna datang dari arah pintu yang masih ketawa pada El yang masih bad mood.
“Emang elu gak minat gitu sama janda bohay?"
“Ogah, janda bohay apanya malah jangkar,”
“Apaan tuh jangkar?”
“Janda Karatan,” jawab El sekenanya membuat kakak iparnya dan Mbak Ratna kembali tertawa terbahak-bahak.
Bersambung ....
Visual
El Farizi
Visual Nia AnantasyaAnantasya (Mantan Isteri El)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Mommy QieS
like and subscribe, plus gift 🌹 and vote mingguan untuk mu, Kak😊
2023-03-13
0
Mommy QieS
hahaha, ibu dan anak 😅😅
2023-03-13
0
Mommy QieS
sangat dramatis 😢😢
2023-03-13
0