Keputusan Yang Terpaksa

Bapak RT langsung mengatakan apa tujuan dirinya datang ke rumah Nayla bersama beberapa warga.

"Sebelumnya kami minta maaf ya, Mba Nayla, terutama saya. Saya hanya mewakili kegelisahan dan ketidak nyamanan para warga di sini melihat Mba Nayla sering menerima tamu pria, sedangkan status mba yang saya dengar, maaf sebelumnya ya. Hamil di luar nikah, bahkan hingga saat ini kami jgatak tahu siapa ayah dari Adilla," ucap Pak RT.

"Astaghfirullah aladzim, kalian mencurigai saya berbuat yang tidak-tidak? asal kalian tahu saja ya, jika ayahnya Dilla itu sudah meninggal dunia," ucap Nayla.

"Mba Nayla, jika memang sudah meninggal setidaknya mba memberikan data pada saya. Selama mba tinggal di sini saja tak pernah memberikan data berupa kartu keluarga. Kartu identitas mba juga statusnya masih lajang."

"Saya yakin, mba menyekolahkan Dilla juga menggunakan data palsu kan? karena yang saya tahu, jika masuk sekolah itu harus ada akte si anak."

"Mba, saya juga bisa melaporkan hal ini loh. Dengan kasus pemalsuan data pribadi."

Ucapan Pak RT membuat Nayla mati kutu, karena ia memang melakukan hal itu guna bisa menyekolahkan Adilla.

"Pak RT, tolong jangan memojokan Nayla. Katakan saja inti dari maksud kedatangan bapak dan para warga," ucap Sandy merasa iba melihat kepanikan yang sangat terlihat pada wajah Nayla.

"Baiklah, kamu tidak akan berbasa-basi lagi. Selama ini kamitelah bersabar dan berbaik hati pada Mba Nayla dengan mengizinkan tinggal di desa kami."

"Kami tak ingin resah dan tak ingin kampung kami tercemar karena perbuatan Mba Nayla. Kami ingin jika mba memang punya hubungan dengan Mas, sebaiknya menikah saat ini juga."

"Jika Mba Nayla, nggak bersedi. Kami minta Mba angkat kaki dari kampung kami sekarang juga."

Mendengar apa yang di katakan oleh Pak RT, sontak membuat Nayla terbelalak. Tapi tidak dengan Sandy. Ini malah hal yang sangat menguntungkan baginya.

"Pucuk di cinta ulam pun tiba, aku jelas tidak akan menolak jika di nikahkan paksa dengan Nayla," batin Sandy.

"Baiklah, pak. Saya sangat bersedia jika saya menikah hari ini juga di hadapan bapak dan para warga jika ini membuat nama Nayla tak tercemar lagi," ucap Sandy dengan sangat yakinnya.

"Mas Sandy, apa yang barusan mas katakan?" Nayla merasa tak suka.

"Maaf, pak. Jika memang saya harus pergi dari desa ini hanya karena hal seperti ini, baiklah saya akan pergi sekarang juga,' ucap Nayla.

"Nay, kamu jangan egois seperti itu. Dilla juga butuh sosok seorang ayah, tidak mungkin juga selamanya kamu hidup sendiri dan mengurus Dilla seorang diri," ucap Sandy mencoba membujuk Nayla.

"Iya, mah. Aku juga cape, masa iya kita pindah-pindah rumah terus seperti kucing boyong/ pindahan? apa yang dikatakan oleh Papah Sandy ada benarnya, aku juga ingin punya papah seperti anak yang lainnya," ucap Adilla dengan polosnya di depan para warga dan Pak RT.

Sejenak Nayla terdiam, ia bingung harus bagaimana. Dia akui di dalam hati, jika pindah mendadak juga akan pindah kemana. Sementara ia saat ini juga tak punya cukup uang untuk membeli rumah yang baru. Masa iya, ia harus terusir dari rumah sendiri hanya karena masalah ini. Terus saja Nayla berpikir dan berpikir.

"Mba Nayla, kenapa anda diam saja? waktu kami tidak lama di sini, cepat katakan apa yang akan mbak putuskan. Jika memang mbak bersedia menikah, kami akan segera membantu mengurus proses pernikahannya, tetapi jika mbak tidak mau sebaiknya saat ini juga mbak berkemas dan tinggalkan desa kami ini," ucap Pak RT sudah tak bisa bersabar lagi.

"Aduh, bagaimana ini, jika aku terpaksa menikah dengan Mas Sandy, aku sama sekali tidak ada rasa cinta padanya. Dan aku juga takut mengalami sakit hati, apalagi Mas Sandy itu adik kandung dari Tuan Muda Saka yang pernah membuat aku benar-benar merasakan trauma di dalam kehidupanku," gerutu Nayla di dalam hatinya.

Ia benar-benar dilema dan bingung untuk memutuskan hal ini. Ia tak habis pikir karena para warga dan Pak RT begitu usil dengan kehidupan pribadinya. Padahal apa yang menimpa pada dirinya itu bukan keinginannya. Melainkan sebuah kesalahan dari Ibu tirinya yang sangat jahat.

"Mba Nayla, ya sudah jika anda diam saja berarti anda telah memutuskan untuk pergi dari desa ini. Kami beri waktu anda untuk berkemas dari mulai sekarang, hingga tiga puluh menit mendatang," ucap Pak RT mengagetkan lamunan Nayla.

"Tidak Pak RT, saya bersedia untuk menikah dengan Mas Sandy," ucap Nayla dengan bibir gemetar.

"Ya Allah, semoga keputusan yang aku pilih ini tepat. Aku pasrahkan saja hal ini kepadaMu," batin Nayla.

"Alhamdulillah" ucap serentak Pak RT dan para warga serta Sandy dan juga Adilla.

"Terima kasih ya Allah, kamu buka jalan untukku bisa bersama dengan Nayla dan Dilla. Aku tidak akan mengobral janji, tapi aku akan berusaha sekuat tenaga menjadi suami dan ayah yang baik dan penuh tanggung jawab untuk Nayla dan Dilla," janji Sandy di dalam hati.

Saat itu juga Pak RT dan para warga membantu untuk acara ijab qobul Nayla dan Sandy.

Sementara Sandy juga sekenak pulang ke rumah untuk mengambil surat-surat yang di perlukan. Karena di samping Pak RT akan membantu mencarikan penghulu, ia juga akan membantu untuk pernikahan secara resmi. Karena kebetulan ia juga kenal baik dengan beberapa petugas yang ada di Kantor Urusan Agama.

Supaya pernikahan Sandy dan Nayla, bukan hanya resmi di mata agama tapi juga di mata negara.

Saat Sandy berada di rumah, Mamahnya heran karena melihat gelagat Sandy yang menurut dirinya itu aneh.

"Sandy, kamu sedang mencari apa?" tanya Mamah Nany.

"Surat-surat penting, mah. Dari akteku dan kartu keluarga," ucap Sandy.

"Untuk apa, Sandy?" tanya Mamah Nany lagi.

"Mah, nanti ya ceritanya. Karena aku sedang butuh sekarang juga tak bisa berlama-lama. Apa mamah melihatnya, aku lupa menyimpannya." Sandy terus saja mencarinya.

"Sandy, semua itu kanamaj yang simpan, tapi katakan dulu Untu apa?" Mamah Nany terus saja memojokan Sandy.

"Mah, tolong berikan sekarang karena ini sangat penting. Aku katakan nanti saja, please mah," ucap Sandy memelas hingga pada akhirnya Mamah Nany pun mengambil surat-surat penting milik Sandy yang ia simpan di almari kamarnya.

"Ini, Sandy. Sebenarnya untuk apa?" tanya Mamah Nany lagi.

"Mah, terima kasih ya. Aku pergi dulu." Sandy mengecup pipi Mamahnya seraya mencium punggung tangan mamahnya.

"Aneh, sebenarnya untuk apa Sandy membawa akte kelahiran dan juga kartu keluarga?" Mamah Nany semakin bertambah penasaran saja.

Terpopuler

Comments

Nonny

Nonny

mff ka semua hr ini aku g up date anakku sakit dr semlm demam😭😭🙏🙏🙏 bahkan aku g tidur semalaman

2022-11-13

0

Tarwiyah Nasa

Tarwiyah Nasa

jangan pisahkan shandy n Nayla ya thor ...biar mrk bhgia..dn tuan muda nya menyesal

2022-11-11

1

Nonny

Nonny

aminnn terimakasih doanya buat semua, yukk pada datang ke pernikahan mereka😘😘😘🤭🤭🤭

2022-11-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!