Ternyata Ibu Kandung

Bu bidan melajukan mobilnya menuju ke rumahnya. Dan pada saat Nayla masuk ke dalam rumahnya, duduk di ruang tamu. Dia terhenyak kaget pada saat melihat foto keluarga yang terpampang di dinding ruang tamu.

Bu bidan juga merasa heran pada saat melihat Nayla terus memandangi foto dirinya bersama suami dan anaknya.

"Nayla, kenapa kamu menatap foto keluarga ibu seperti itu?" tanya Bu Bidan heran.

"Itu foto suami dan anak, ibu?" tanya Nayla dengan mata berkaca-kaca.

"Iya, Nayla. Tetapi karena suatu hal ibu terpisah dengan suami dan anak ibu. Ceritanya panjang, Nayla. Dan mungkin jika saat ini tak terpisah anak ibu seusia kamu," perlahan air mata Bu bidan meleleh.

"Bu, itu kan foto almarhum papahku dan foto kecilku. Berarti ibu ini adalah ibu kandungku?" tanya Nayla ragu.

"Hah, kamu jangan bercanda Nayla. Karena anak ibu bernama, Nayaka bukan Nayla." Ucap Bu bidan merasa ragu.

"Bu, di rumah aku sempat melihat sebuah foto keluarga seperti ini. Tetapi sudah tidak lengkap, bahkan aku selalu tanya apakah itu foto ibu lantas kenapa di sobek dan hanya ada fotoku dengan almarhum papah,"ucap Nayla.

"Astaga, coba ibu lihat punggungmu sebentar saja."

Bu bidan pun melihat di bagian punggung Nayla ada tanda lahir. Sontak dia pun semakin melelehkan air matanya.

"Nak, jadi kamu benar-benar anak kandung ibu yang selama ini ibu cari." Bu Bidan langsung memeluk Nayla.

"Bu, selama ini aku selalu bertanya pada papah tentang ibu tetapi selalu saja ayah mengelak." Tangis haru Nayla.

"Bu, bisakah ibu menceritakan bagaimana ibu bisa pisah dengan almarhum papah dan aku ikut bersamanya?" tanya Nayla penasaran.

Bu Bidan pun tanpa sungkan menceritakan masa lalunya.

"Pada saat itu kamu masih balita, dan ibu belum berprofesi sebagai bidan tetapi sebagai seorang perawat di sebuah rumah sakit. Papahmu sibuk di kantor, hingga kami memutuskan untuk mencari baby sitter."

"Kebetulan ibu punya teman yang sedang butuh pekerjaan, dan dia seorang janda punya anak satu umurnya lebih muda dua tahun dari dirimu."

"Ibu nggak tega hingga akhirnya menerima dia bekerja di rumah untuk merawatmu. Tapi ternyata dia punya niat terselubung yakni ingin merebut papahmu dari ibu."

"Dengan segala macam sandiwaranya dia berhasil melakukan itu, bahkan ibu terusir dari rumah ibu sendiri dan tak di izinkan membawamu serta."

"Bahkan pada saat ibu sudah terima semuanya, mengikhlaskan semuanya. Ibu masih harus menderita karena di larang bertemu denganmu. Papahmu pindah dengan membawamu serta, hingga ibu tak bisa lagi menemui dirimu."

"Mah, siapa nama mamah tiriku?" tanya Nayla untuk mengetes kebenarannya.

"Mamah tirimu Sara dan punya anak perempuan yang bernama Nesa," ucap Bu Bidan.

Setelah cukup lama bercengkrama antara ibu dan anak. Kini mereka benar-benar saling melepas rindu.

"Kasihan sekali kamu, Nay. Harus alami hal seperti ini gara-gara, Sara. Aku tidak akan tinggal diam begitu saja!" ucapnya marah.

"Ibu mau apa dengan mamah tiriku? sebaiknya tak usah, bu. Biarkan saja yang kuasa yang membalasnya, aku tak ingin nantinya malah menjadi berkepanjangan. Lagi pula dia juga punya anak perempuan pasti suatu saat nanti kena karmanya," ucap Nayla mencegah ibunya yang akan mendatangi rumah ibu tirinya.

"Ya sudah, sebaiknya kita ke rumah pria yang telah melakukan ini pada dirimu. Kita minta pertanggungjawabannya atas kehamilan dirimu ya," pinta Bu Bidan.

"Bu, Tuan Muda itu membeliku dari ibu tiriku. Dia takkan mau lah bertanggung jawab dengan anak ini," ucap Nayla.

"Apa salahnya kita mencoba ke sana."

Hingga pagi harinya, Bu bidan dan Nayla menyambangi rumah mewah nan megah milik Tuan Muda Saka. Tetapi ternyata penghuni rumah itu sudah pindah dan tak tahu kemana rimbanya saat ini.

"Kamu yang sabar ya, Nay. Mungkin belum saatnya anakmu bertemu dengan ayah kandungnya," ucap Bu Bidan iba.

"Bu, dari awal aku tak mengharap kan bekas kasihan dari siapapun apa lagi dari pria kejam itu," ucap Nayla.

"Aku yakin mampu merawat anak ini sendiri walaupun tanpa adanya seorang ayah."

Mendengar ucapan Nayla, hati Bu bidan menjadi iba. Dia tak menyangka anak yang selama ini dia rindu dan ingin bertemu. Kini telah di pertemukan tetapi dengan kondisi yang memprihatinkan sekali.

"Semoga anakku selalu di beri ketegaran dalam menghadapi ujian hidupnya ini. Sedih sudah pasti, bahagia ya bahagia karena sudah bertemu dengan anaku. Tetapi aku sungguh tak menyangka di pertemukan dalam kondisi seperti ini. Malang nian nasib anakku ini," batin Bu bidan.

Bu bidan melajukan mobilnya arah pulang, dia benar-benar sedih melihat kondisi anaknya yang harus hamil tanpa suami dan juga karena korban kebiadaban ibu tirinya.

Tak berapa mereka telah sampai di rumah.

"Nayaka, kamu tinggal di sini saja sama ibu tak usah kemana-mana. Nanti ibu akan memberitahu pada nenek jika kamu berada di sini bersama dengan ibu ya. Syukur nenek juga mau tinggal di sini. Karena dia itu susah sekali sifatnya. Dulu ibu pernah memintanya tinggal di sini tapi dia tak mau," ucap Bu bidan.

"Iya Bu. Aku juga merindukan nenek, dia yang pertama kali menolong aku. Terima kasih ya, Bu."

"Iya, Nayaka. Maaf ya ibu lebih nyaman memanggilmu Nayaka bukan Nayla," ucap Bu bidan.

"Sekarang kamu istirahat lah, dan tak usah lagi khawatir ya. Karena sudah ada ibu di sini di sampingmu yang akan selalu mendampingimu. Ibu tinggal ke klinik nggak apa-apa kan? jika mau makan sudah ada makanan di meja makan, jika perlu apa-apa bilang saja sama, Bu Surti."

Saat itu juga Bu bidan melajukan mobilnya menuju ke tempat prakteknya. Dia juga berniat mampir ke rumah si nenek sehabis praktek nantinya untuk memberitahu keberadaan, Nayla.

Sore menjelang, Bu bidan sudah tak sabar lagi ingin ke rumah nenek. Tapi ia begitu terkejut pada saat melihat ada bendera putih terpampang di pelataran rumah nenek.

Dia pun bertanya pada para tetangga, dan ternyata si nenek telah meninggal dunia pada saat dia terjatuh dari kamar mandi.

"Ya ampun, kasihan sekali kamu Nayla. Kamu kangen padanya malah beliau telah meninggal dunia." gumamnya seraya melajukan mobilnya arah pulang.

Setelah menempuh perjalanan beberapa menit, Bu bidan merasa sungkan untuk memberi tahu pada, Nayla tentang kematian nenek.

"Bu, sudah pulang? oh iya bagaimana kabarnya nenek, dia sehat kan Bu? kasihan dia nggak punya siapa-siapa lagi, dan dia harus bekerja membanting tulang sendiri untuk menghidupi diri sendiri," ucap Nayla.

Sejenak Bu bidan hanya diam mendengarkan perkataan anaknya.

Terpopuler

Comments

Hasrie Bakrie

Hasrie Bakrie

Lanjut, seru banget ceritanya

2023-06-02

1

Cleo Tan

Cleo Tan

ya ampun Nay, kasihan sekali dirimu

2022-10-27

0

Nonny

Nonny

siap ka, thank sll komentar positif buatku semangat nulis

2022-10-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!