Nayla merasa heran kenapa ibunya di tanya bukannya menjawab malah diam saja.
"Ibu sakitkah, kenapa diam saja? atau ada masalahkah di klinik?" tanya Nayla menyelidik.
"Ibu nggak apa-apa kok," jawabnya mencoba tersenyum.
"Lantas kenapa nggak jawab tanyaku, ibu? aku kan ingin tahu bagaimana kondisi nenek saat ini, aku ingin menemuinya tapi aku malas singgah di desa itu lagi," ucap Nayla.
"Nayla, kamu yang sabar ya. Nenek sudah meninggal dunia," ucap Bu Bidan.
"Inalilahi wa innailaihi rojiun, bagaimana bisa Bu? apakah nenek sakit, aku jadi merasa bersalah, Bu. Karena aku pergi dari rumahnya, padahal nenek telah menolongku tapi aku justru tak membalas budi baik nenek."
Wajah Nayla berubah murung mendengar kabar kematian nenek.
Sejenak dia teringat pada saat dia berada di rumah nenek, hingga tiba-tiba tak kuasa air matanya meleleh.
"Nayla, kamu jangan menyalahkan diri sendiri. Semua itu sudah takdir dari Allah SWT. Kita hanyalah sebagai pelaku saja," hibur ibunya.
"Tetap saja, Bu. Aku merasa bersalah, karena orang setua nenek itu seharusnya hidup tidak sendirian tetapi ada yang menemaninya hingga tidak terjadi hal seperti ini," ucap Nayla.
"Nayla, jangan seperti itu nak. Pasti nenek nggak akan tenang jika kamu terus merutuki diri sendiri. Sebaiknya kita perbanyak doa saja untuk nenek supaya dia tenang di sisi Allah SWT," hibur ibunya lagi.
**********
Berjalannya waktu cepat sekali, tak terasa kini sudah waktunya Nayla melahirkan. Dia tak perlu repot, hanya dengan bantuan ibunya dia pun melahirkan seorang anak perempuan yang sangat cantik.
"Alhamdulillah, Nay. Anakmu perempuan, lantas akan kamu beri nama siapa?" tanya Bu bidan.
"Adila, Bu. Yang singkat saja dech, biar mudah di ingat," ucap Nayla.
"Hem, iya nggak apa-apa. Adila juga nama yang sangat bagus kok," ucap Bu Bidan.
"Bu, aku bersyukur dech. Di kala aku hadapi kepahitan hidup, ada saja yang membantuku. Apalagi aku jadi bertemu dengan ibu," ucap Nayla tersenyum.
"Nay, ibu bangga padamu. Walaupun kamu menghadapi hidup yang tak manis, tapi kamu masih bisa tersenyum bahkan bersyukur. Ibu juga tak mendapati kamu itu menangis, meratapi diri sendiri," ucap Bu Bidan.
"Alhamdulillah, Bu. Lagi pula untuk apa menangis, memangnya hanya dengan menangis semuanya akan kembali lagi seperti sediakala kan nggak, Bu. Lagi pula aku bisa ambil hikmah dari semua kejadian yang aku alami, yakni bisa bertemu dengan ibu," ucapnya menyunggingkan senyumnya.
"Nay, ibu doakan semoga kedepannya kamu dan anakmu segera menemukan kebahagiaan," ucap Bu Bidan berkaca-kaca.
*********
Kini usia Adila sudah satu bulan, dan pada saat ini kondisi Bu Bidan sedang sakit keras.
"Bu, sebaiknya kita ke rumah sakit saja ya? supaya ibu cepat di tangani, tidak seperti ini," saran Nayla merasa khawatir melihat kondisi ibunya.
"Tak perlu, Nay. Karena waktu ibu sudah tidak lama lagi, ibu hanya ingin berpesan satu hal padamu. Jaga dirimu dan Adila baik-baik ya. Di almari ada tabungan sudah ibu ganti nama dirimu, dan ada sedikit perhiasan juga. Ibu minta maaf karena tak bisa menemanimu lebih lama lagi," Bu bidan menitikkan air mata.
"Ibu, kita baru bertemu beberapa bulan. Masa iya ibu tega pergi begitu saja. Hanya ibu yang aku punya di dunia ini, tolong ibu bertahan ya. Aku akan menelpon ambulance supaya datang kemari membawa ibu ke dokter."
Namun pada saat Nayla akan melangkah pergi, lengannya di cekal oleh ibunya.
"Nay, nggak usah. Ibu benar-benar sudah nggak kuat lagi."
Ucapan Bu bidan lirih, kondisinya semakin melemah. Matanya mulai redup dan dia terus saja memegangi dadanya. Tiba-tiba napasnya memburu dan dia pun menutup matanya saat itu juga.
Tak bisa lagi Nayla menahan air mata, saat itu juga tangisnya pecah. Dia benar-benar nggak menyangka jika pertemuan dengan ibunya sesingkat itu.
Tak berapa lama, Nayla meminta tolong pada warga setempat untuk mengurus jenazah ibunya supaya lekas di makamkan.
*******
Beberapa jam kemudian, suasana di rumah almarhumah Bu Bidan sunyi karena hanya ada Nayla dan Baby Adila yang baru berumur satu bulan.
"Ya Allah, aku pikir hidupku sudah akan bahagia karena bisa berkumpul dengan ibu kandungku. Tetapi malah seperti ini. Aku benar-benar harus berjuang seorang diri guna membesarkan Adila," gumamnya seraya mengusap air matanya.
"Aku tak ingin cengeng, aku yakin mampu menaklukkan dunia ini. Aku yakin aku mampu membesarkan Adila walaupun hanya seorang diri.
Tak terasa malam menjelang, di tengah malam yang dingin karena gemericik air hujan, terjadi hal yang tak terduga. Yakni ada dua perampok masuk rumah dan mengambil semua uang perhiasan juga surat-surat penting milik peninggalan almarhumah Bu Bidan. Hanya buku rekening yang tak sempat di ambil oleh perampok karena sebelumnya telah di simpan oleh Nayla.
Karena derasnya hujan, teriakan Nayla minta tolong tidak terdengar oleh warga setempat. Perampok pergi dengan suka cita membawa hasil jarahannya.
"Ya Allah, cobaan apa lagi ini? belum juga kesedihanku hilang karena meninggalnya ibu. Kini aku harus alami hal ini. Tapi tak apa-apa, aku masih bisa bersyukur, karena nyawaku dan anakku selamat. Para perampok sama sekali tak melukai kami."
Kembali lagi Nayla bisa bersyukur di atas musibah yang barusan dia alami.
Pagi menjelang, Nayla memutuskan untuk mulai mencari pekerjaan yang bisa dia lakukan sambil mengurus Adila. Dia pun menerima jasa cuci setrika dari para tetangga. Walaupun hasilnya nggak seberapa tetapi dia senang karena ada pemasukan.
Beberapa hari kemudian, dia harus alami hal buruk lagi. Yakni datang sepasang suami istri dan tiba-tiba mengusir dirinya dari rumahnya sendiri.
"Nona, sebaiknya anda lekas kemasi barang-barang anda sekarang juga. Karena rumah ini beserta isinya dan juga mobil sudah menjadi milik kami," ucap si bapak.
"Pak, ini rumah peninggalan almarhumah ibu saya yang meninggal belum lama ini. Bagaimana bisa bapak mengatakan jika rumah ini sudah menjadi milik bapak?" ucap Nayla kesal.
Kemudian si ibu mengeluarkan surat tanah dan surat-surat mobil serta menunjukkan pada Nayla.
"Bu, surat ini sempat di rampok orang beberapa hari yang lalu pada saat ibu saya belum lama meninggal. Tapi saya waktu itu belum sempat melaporkan adanya perampokan ini pada pihak yang berwajib," ucap Nayla.
"Itu bukan suatu alasan yang tepat, karena pada saat itu orangnya mengatakan jika dia membelinya dari anda, dan ia menjual lagi karena butuh uang mendadak," ucap si ibu.
"Ya Allah, lagi-lagi aku harus alami ujian kembali. Ikhlaskan aku untuk menghadapi semua ini ya Allah," batin Nayla serasa sudah tak kuat lagi menghadapi peliknya permasalahan dalam hidupnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Mommy El
maklum dunia pernovelan dramanya diluar kemampuan.
2023-06-11
0
Hasrie Bakrie
Ya Allah kasian skli nasib Nay, semoga Nayla kuat menghadapi semua cobaan hidupnya 😭😭
2023-06-02
1
millie ❣
terlalu haluuu bgt y 😏
2023-05-07
0