Terusir Dari Desa

Mendengar cerita dari Nayla, si nenek begitu iba. Dan nenek mengizinkan Nayla tinggal bersamanya. Nayla sangat senang karena dia meras terlindungi dan ada tempat untuk berteduh.

Sementara saat ini Sara sedang gundah gulana, karena Nayla tak kunjung sampai rumah.

"Kenapa sih, Nayla. Kata Tuan Muda Saka, dia sudah pergi dari rumahnya dua Jan yang lalu. Lantas kenapa tak kunjung sampai?" gerutunya sampai Nesa mendengarnya.

"Bisa jadi dia kabur, mah," ucap Nesa.

"Aduhh, sialan dech. Padahal Nayla akan mamah jadikan sumber keuangan, dengan menjual dia ke orang kaya. Kemarin saja mamah dapat uang banyak dari hasil jual keperawanan Nayla pada Tuan Muda Saka," ucapnya tanpa ada rasa berdosa sama sekali.

"Serius, mah. Tuan muda yang ganteng itu mau dengan, Nara?" tanya Nesa tak percaya.

"Iya, dia memang sedang mencari gadis yang benar-benar masih perawan. Katanya sih penasaran saja, karena selama ini dia itu tertipu dengan wanita yang mengaku perawan ternyata sudah bolong," ucap Sara terkekeh.

Nesa hanya menggelengkan kepalanya saja mendengar celoteh mamahnya.

*********

Berjalannya waktu cepat sekali, tak terasa sudah satu bulan Nayla tinggal di rumah nenek. Bahkan dia rajin membantu neneknya membuat keripik singkong.

"Hoek Hoek Hoek"

Nayla merasakan mual muntah pada saat dirinya sedang membantu nenek menggoreng kripik singkong.

"Cu, apa kamu sakit? sudah kamu istirahat saja tak usah bantu nenek, kalau tidak kita ke bidan saja untuk periksa ya? kebetulan tak jauh dari sini ada bidan desa yang buka praktek," ajak si nenek.

"Nek, jika kita periksa nanti uangnya kepake. Kasihan nenek dong," ucap Nayla tak tega.

"Kamu nggak usah khawatir, Bu bidan itu baik banget sama nenek. Dia itu sering bantu nenek, bahkan kalau nenek sakit berobat tak pernah bayar," ucap si nenek.

"Tapi nggak enak juga sama Bu bidan, nek."

"Sudahlah, cu. Menurut saja sama nenek, karena nenek nggak mau kamu sakit. Nenek sudah anggap kamu cucu kandung karena nenek sebatang kara tak punya sanak saudara. Nenek nggak ingin kamu kenapa-kenapa."

Mendengar apa yang di katakan oleh nenek, Nayla sudah tak berani membantah lagi. Dia pun menuruti saja kemauannya. Mereka ke bidan dengan berjalan kaki, karena jarak yang tak begitu jauh.

"Nek, ini siapa ?" tanya Bu bidan ramah.

"Ini cucu nemu hhee cucu neneklah."

Tanpa ada rasa sungkan nenek cerita sedikit tentang Nayla.

Kemudian bidan tersebut memeriksa si nenek, dan hasil pemeriksaan membuat shock Nayla.

"Apa, Bu. Saya hamil?" Nayla menangis saat itu juga membuat bu bidan heran.

Hingga pada akhirnya, nenek menarik tangan bu bidan agak menjauh. Dan nenek menceritakan kisah tragis yang menimpa Nayla pada Bu bidan tersebut.

"Astaga, jadi seperti itu nek? jahat sekali ibu tirinya?" ucap Bu bidan merasa iba.

"Iya, nak. Makanya Nayla nggak mau pulang karena dia takut terjadi lagi hal mengerikan itu," ucap si nenek.

********

Perjalanan waktu begitu cepatnya, tak terasa usia kehamilan Nayla kini sudah tujuh bulan. Di sinilah dia mulai penderitaan yang baru.

"Nek, itu cucu angkatnya sedang hamil ya?"

"Mana suaminya, nek? kok kami tak pernah melihat suaminya datang kesini?"

"Iya, nek. Jangan-jangan cucu nenek ini nggak punya suami ya?"

"Haduh, ini nggak bisa dibiarkan. Masa iya di desa kita ada seorang wanita pendosa seperti ini?"

Serentak para warga menghakimi Nayla dengan tuduhan macam-macam. Dan ada pula salah satu warga yang melaporkan kejadian itu pada Pak RT. Hingga saat itu juga Pak RT datang ke rumah si nenek.

"Nayla, apa benar jika kehamilan kamu ini karena tidak ada suami?" tanya Pak RT.

Sejenak Nayla terdiam, dia bingung harus berkata apa. Hingga para warga terus saja memojokkannya.

"Iya, saya hamil tanpa suami! tapi bukan berarti saya telah melakukan perbuatan yang hina! saya hamil bukan karena keinginan saya! Puas kalian!" Nayla sudah tak tahan lagi.

"Nayla, kenapa kamu tidak meminta pertanggung jawaban dari orang yang telah menghamilimu?" tanya Pak RT.

"Pak, sudahlah tak usah mengorek pribadi saya. Jika kalian ingin saya pergi dari desa ini, saya akan pergi malam ini juga!" ucap Nayla.

Dia tak ingin menceritakan hal yang memalukan itu pada semua orang. Menurutnya tak penting.

"Cu, kalau kamu pergi lantas mau kemana? nggak mungkin kamu kembali pada ibu tirimu kan? pak RT dan warga, tolong jangan usir Nayla. Dalam hal ini dia sama sekali tak bersalah, dia ini hanyalah korban dari keserakahan ibu tirinya yang menjualnya pada pria...

"Nek, sudahlah. Jangan di ceritakan kisah hidupku, aku juga tak ingin di kasihani oleh mereka. Semoga saja anak gadis kalian tidak ada yang mengalami hal seperti saya."

"Nek, sebenarnya aku tak tega meninggalkan nenek sendiri. Tapi kehadiranku tak diharapkan di desa ini."

"Terima kasih ya, nek. Selama ini sudah baik padaku, tapi aku harus pergi dari sini. Karena aku juga tak ingin tinggal di desa dimana mereka hanya bisa melihat sisi luar orangnya saja."

"Mereka hanya bisa melihat kesalahan orang lain tanpa mereka sendiri sadari jika diri mereka juga penuh dosa."

"Kalian bisa melihat selumbar di mataku, tapi balok di mata kalian tak bisa di lihat. Dengan mudahnya kalian menghakimi tanpa menyelidiki dulu yang sebenarnya!'

Nayla mencoba menahan air matanya, dia pun segera pergi dari rumah si nenek. Walaupun dia sendiri tak tahu harus pergi kemana saat ini.

Semua warga hanya diam saja pada saat melihat kepergian Nayla. Hanya nenek yang terus saja menangis meraung-raung. Dia tak terima dengan tuduhan warga pada Nayla.

Nenek menangis sambil marah-marah pada warga, sementara warga bukannya meminta maaf. Mereka malah satu persatu pulang ke rumah masing-masing.

Nayla terus berjalan kaki sendirian di tengah malam, dia tak tahu entah harus kemana.

"Nak, walaupun kehadiranmu secara tiba-tiba. Tapi mamah tak akan menyia-nyiakan dirimu. Mamah akan berjuang sekuat tenaga untuk bisa membesarkanmu kelak." Nayla mengusap perutnya sendiri sesekali.

Pada saat Nayla sedang berjalan perlahan, tiba-tiba ada sebuah mobil berhenti tepat di hadapannya. Dan turunlah seorang wanita seumuran ibu tirinya.

"Bu Bidan"

"Nayla, kamu mau kemana malam-malam jalan sendirian?" tanyanya menyelidik.

Nayla pun menceritakan apa yang barusan terjadi pada dirinya. Bu Bidan merasa iba padanya.

"Nayla, sebaiknya kamu ikut ibu sekarang ya. Bahaya loh malam-malam kamu jalan sendirian seperti ini," ucapnya.

"Nggak, Bu. Nanti jika aku ikut ibu, yang ada ibu yang akan kena marah warga. Birlah saya pergi dari desa ini saja, Bu." Tolak Nayla.

"Nayla, jika kamu sayang anakmu sebaiknya kamu turuti ibu ya."

Bu bidan menuntun paksa Nayla masuk ke dalam mobilnya.

Terpopuler

Comments

Dwisur

Dwisur

hidup Bu bidan...

2024-02-29

0

azura alesha

azura alesha

wow😃

2024-02-17

0

azura alesha

azura alesha

wow😃

2024-02-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!