Belanja Pakaian

Keenan menyajikan makanan di meja, Laura melihat begitu banyak menu yang tersaji. "Kau masak sebanyak ini?"

Keenan tak menjawab.

Laura baru ingat jika tidak ada stok bahan makanan di lemari es, ia berlari membuka benda elektronik tersebut, ternyata di dalam penuh dengan aneka sayur, ikan serta daging.

Laura lantas menutup pintu lemari es lalu mengarahkan pandangannya kepada Keenan yang sudah duduk. "Kau belanja bahan masakan sebanyak ini pakai uang siapa?"

Keenan memegang dan menunjukkan dompet milik Laura.

Laura dengan cepat meraih dompetnya, "Astaga, kau mengambil uang ku tanpa seizinku. Kau sungguh lancang!" ucapnya kesal.

Keenan tak memperdulikan ocehan Laura, ia malah terlihat sibuk dengan makanannya.

Laura menarik kursi duduk saling berhadapan ia menatap Keenan. "Dari mana kau berasal?"

Keenan berhenti sejenak lalu menatap wanita yang ada dihadapannya tanpa ekspresi.

Laura yang ditatap serasa terhipnotis dengan ketampanan yang dimiliki pria itu.

Keenan tak menjawabnya.

"Kau harus pulang, tidak mungkin tiap hari di sini!" Laura memijit pelipisnya.

Keenan menyodorkan sendok yang terisi bakso ke hadapan Laura, wanita itu terlihat bingung.

Wajah Keenan seakan menyuruh Laura membuka mulutnya.

"Aku tidak mau!" tolak Laura.

Keenan menarik kembali sendok lalu diarahkan ke mulutnya, ia mengunyahnya dan begitu sangat lahap.

Laura akhirnya meletakkan beberapa macam masakan ke dalam piringnya dan mulai menikmatinya, "Ini sungguh enak!" pujinya.

Keenan tak membalas pujian wanita itu.

"Apa kau tidak bisa berbicara?"

Keenan menggelengkan kepalanya.

"Huh!"

Keenan membereskan beberapa piring kotor dan hanya menyisakan satu piring yang masih berisi makanan milik Laura.

Keenan mencucinya dengan sangat cepat tak sampai 5 menit, Laura yang melihatnya merasa heran dan bingung. Ia lantas berdiri dan melangkah mendekati pria itu.

"Apa kau makhluk aneh dari planet lain?" tanya Laura.

Keenan belum menjawab, Laura sudah terpental sejauh 2 meter hingga dirinya pingsan.

Keenan mendelikkan matanya, ia berlari lalu meletakkan kepala Laura di pahanya. "Maaf!"

Keenan membopong tubuh Laura dan membawanya ke kamar lalu merebahkannya di ranjang. Merapikan rambutnya dan menyelimuti tubuhnya, ia sejenak memandang wanita itu.

Sejam kemudian Laura terbangun memegang kepalanya, ia mengedarkan pandangannya. "Kenapa aku di sini?"

Laura berusaha mengingat apa yang terjadi sejam yang lalu namun ia tak berhasil menemukannya. Ia lantas turun dari ranjang berjalan ke arah dapur. "Keenan!"

Nama orang yang dipanggil tak kunjung datang. "Di mana dia?" gumamnya.

Laura mencari pria itu di seluruh ruangan apartemen.

"Keenan, kau di mana?" panggil Laura.

Pria yang dipanggil tak menyahut.

"Lebih baik aku ke kantor saja, baguslah jika dia memang sudah pulang ke rumahnya," ujar Laura.

Ia pun berangkat ke kantor, mengendarai mobilnya.

Begitu sampai, Laura sudah kedatangan seorang tamu. "Kenapa kau di sini?" tanyanya ketus.

"Bukankah kita ingin membicarakan kerja sama?"

"Kau bisa mengirimkan perwakilanmu saja," jawabnya.

"Aku sengaja tidak mengirimkan wakil karena ingin bertemu denganmu."

"Mario cemburu padamu, jadi tolong jaga jarak diantara kita."

Martin tertawa.

"Aku serius!" menatap tajam.

"Aku juga serius dengan kamu!" Martin tersenyum manis membuat Laura tak bisa menolak pesona lelaki itu.

Laura menghela nafas.

-

-

Sore harinya, Laura kembali ke apartemennya. Ia ingin mengosongkan isi lemari esnya, karena ia akan pulang dan tidur di rumah orang tuanya.

Laura membuka pintu dan melangkah masuk, namun ia terkejut kala melihat Keenan sedang mengepel.

Laura mengerutkan keningnya, "Pintu terkunci, bagaimana dia masuk?"

Laura mendekati pria itu, "Tadi pagi aku mencarimu tapi tak ada. Kenapa tiba-tiba kau sudah di sini?"

Pria tak menjawab, malah melanjutkan pekerjaannya.

Laura memukul kepalanya, "Apa aku sedang bermimpi?"

Tak mau kepalanya makin pusing, Laura pergi ke kamarnya. Ia membawa pakaian kotor yang kemarin, ke dalam kantong plastik dan akan dibawa pulang biar dicuci.

Laura ke luar kamar, ia menghampiri Keenan yang sedang memasak. "Aku mau pulang dan tidur di rumah orang tuaku, nanti akan ada orang yang membawa pakaian untukmu."

Keenan tetap melakukan aktivitas masaknya.

Laura pun berjalan mendekati pintu, ia berhenti sejenak membuka tasnya mencari kunci mobil. Setelah di dapat, ia mendongakkan kepalanya. Laura kaget dihadapannya ada Keenan yang berdiri.

"Kau mengejutkan ku saja!" Laura mengelus dadanya.

Keenan berdiri dengan tatapan dingin.

"Aku mau keluar, bisakah kau minggir!" pintanya.

Keenan tetap bergeming.

"Kau boleh tinggal di sini dan memakan semua makanan di dalam lemari es," ujar Laura.

Keenan tetap diam.

Laura menghela nafas, ia lalu mendorong tubuh Keenan yang menghalangi pintu namun sangat sulit karena terlalu berat.

"Keenan, bisakah kau minggir?"

Keenan memegang tangan Laura membuat wanita itu mendelikkan matanya.

"Hei, apa yang ingin kau lakukan?" Laura tampak panik.

Keenan memejamkan matanya sejenak lalu kembali membukanya.

Laura lantas berujar, "Temani aku ke tempat laundry, setelah itu kita ke toko pakaian untuk membeli pakaianmu!"

Keenan sekilas menarik ujung bibirnya.

Laura berjalan bersama dengan Keenan ke parkiran. Ia mengendarai mobil ke tempat laundry. Padahal ia berencana akan pulang ke rumah namun tiba-tiba ia lupa dengan rencananya itu.

Laura menitipkan pakaian kotornya ke tempat laundry, Keenan menunggunya di mobil.

Selesai membayar tagihan, Laura berjalan ke mobil dan melesat ke toko pakaian.

Begitu Laura membuka pintu, karyawan dan para pengunjung menatap aneh Keenan karena memakai pakaian perempuan.

Laura melihat ke arah Keenan yang menutup matanya lalu membukanya kembali.

Seketika yang berada di dalam toko sikapnya berubah. Mereka tampak seperti biasanya tanpa tatapan aneh.

Laura semakin tidak mengerti, siapa sebenarnya pria yang bersama dirinya saat ini.

Laura menarik tangan Keenan ke bagian pakaian pria. "Sekarang pilih yang mana kau mau!"

Keenan hanya melihat saja tanpa mengambilnya.

Akhirnya, Laura yang memilihkannya. Mengambil satu persatu pakaian lalu dicocokkannya ke tubuh Keenan sambil tersenyum tanda pantas dikenakan.

Hampir 30 menit memilih, Laura membeli 4 pasang pakaian tuk dipakai sehari-hari, 2 pasang pakaian tidur dan 1 lusin pakaian bagian dalam. Ia kemudian membayar tagihan belanja lalu menyuruh Keenan membawakan kantong belanjaannya.

Di dalam mobil, Laura berkata, "Aku rasa beberapa pakaian ini cukup untukmu, lain waktu kita belanja lagi!"

Keenan mengangguk pelan.

Laura tersenyum, "Aku pikir kau tidak bisa merespon!" Ia menghidupkan mesin mobil dan melesat ke apartemen.

Baru membuka pintu, suara ponselnya berdering. Laura melihat nama yang tertera, "Mama!" lirihnya m

Ia lalu menjawabnya, "Halo, Ma!"

"Kamu di mana?"

"Aku di apartemen."

"Kenapa tidak pulang?"

Laura tak bisa menjawabnya.

"Laura, kenapa?"

"Besok aku harus ke kantor pagi-pagi sekali jadi menginap di sini."

"Kamu tidak berbohong, kan?"

"Tidak, Ma. Mama tak perlu khawatir, aku takkan pergi ke klub malam lagi!"

"Mama pegang janjimu!".

"Ya, Ma."

"Pria yang bersamamu di toko pakaian itu siapa?"

Laura menelan salivanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!