Ch.2 Rasanya Punya Pacar Satu Rumah

"Yuta ...,"–Giza mencium pipiku–"Giza sayang banget sama Yuta ..."

"Yuta juga sayang sama Giza"

"Yuta ...."

"Giza ...."

Bibir Giza yang merah merona itu menghampiri bibirku ..., lalu ....

"Yuta!"

Cubitan keras yang terasa di pipiku membuatku terbangun dari mimpi indahku.

"E-eh, kenapa Giza?"–aku mengelus pipiku–"Kok tiba-tiba nyubit pipiku?"

Padahal mimpinya lagi bagus itu!

"Ini udah jam berapa Yuta?"

"Jam ...,"–aku mengambil HP-ku di meja–"eh, Giza! Udah jam 7!"

"Tuh, kan! Aku bangunin dari tadi tapi Yuta-nya gak bangun-bangun!"

Iyalah gak bangun! Orang mimpinya lagi bagus.

"Terus juga ..., itu ...." Giza menutup mulut menggunakan kedua tangannya.

"Kenapa Giza?"

Muka Giza kok jadi merah begitu.

"K-kamu tadi mimpi apa?"

"Eh ...?"

Aku bilang gak ya? Alasan dulu deh.

"Memangnya kenapa Giza?"

"Yuta tadi pas tidur ngomong 'Giza ..., Giza...' gitu"

Astaga! Udah ketahuan dong kalo kayak gini! Ah, yasudahlah bilang aja.

"Enn ... itu ...,"–aku menggaruk-garuk kepala belakangku–"aku mimpiin Giza"

"O-oh ...."

Oh, my God! Muka imut paginya itu cantik banget, oi! Pipinya yang merah itu karena malu, hoki banget pagi ini!

"Y-yaudah, Yuta mandi sana. Kata ibu, nanti kita berangkat bareng"

"Eh? Berangkat bareng, nih? Kamu gapapa?"

"Emangnya kamu gak mau? Yaudah kalo gitu aku—"

"Iya, iya, sayang aku mau"

"Sstt ...,"–Giza mengacungkan telunjuk ke depan mulutnya–"jangan panggil aku 'sayang' kalo di rumah, nanti ketahuan!"

"Iya, sayang"

"Yuta!"

"Ehehe, iya, iya"

Seru juga ngejahilin Giza. Aku bangun dari tempat tidurku lalu bergegas ke kamar mandi.

Semenjak kejadian kemarin, kini Giza telah resmi menjadi bagian dari keluargaku sebagai adik. Aku dan dia harus berusaha beradaptasi dengan lingkungan baru ini.

Nama dia di sekolah nanti gimana ya? Tetap nama aslinya atau ganti jadi Giza Mayasaki? Apapun itu gak terlalu penting sih asal teman-temanku tidak tahu kalau Giza itu jadi adikku sekarang .

***

"Kita berangkat, Bu"

"Iya, hati-hati di jalan, ya" Ibu melambaikan tangannya.

"Iya Bu"

Kami berdua berangkat ke sekolah jalan kaki. Jarak dari rumah ke sekolah emang gak terlalu jauh, sih. Jadi kita gak bakal telat walau sekarang sudah jam 7:30. (Bel masuk sekolah jam 7:45).

"Giza"

"Hnn ...?"

"Gimana perasaan kamu?"

Giza memiringkan kepalanya. "Maksudnya?"

Gila imut banget–Ehem.

"Tentang kejadian kemarin malam, secara tiba-tiba kita menjadi kakak beradik"

"Emm ..., gimana ya ...,"–Giza menundukkan kepalanya–"sebenarnya aku gak mau kita jadi kakak adik, karena kalau kita menjalani hubungan seperti ini, sama saja kayak kita menjalani hubungan terlarang walaupun Yuta bukanlah kakak kandungku ...."

Yang dikatakan oleh Giza itu bener, sih. Secara hukum, hubungan seperti ini tetap dianggap terlarang walaupun kita tidak ada keterkaitan darah.

"Tapi ..., kalau aku menolak hubungan mereka, Ibuku akan sedih ...," lanjut Giza.

"Yoshi, yoshi,"–aku mengelus kepala Giza–"udah gausah dipikirin lagi, Giza"

"Mhm ...."

***

Di kelas Yuta.

"Oi, Yuta!"

"Eh! Ah, iya kenapa?"

Aku yang sedang melamun dikagetkan dengan tangan yang menepak pundakku sambil memanggil namaku.

Oh, ternyata si Rito.

"Kelihatannya suram banget muka kau dari tadi pagi,"–Rito menunjuk mukaku–"ada apa?"

Peka banget nih orang.

Aku melambaikan tanganku "Gak ada apa-apa"

"Gak usah gitu sama temen, aku tahu pasti kau lagi ada masalah"

"..."

Mana mungkin aku bilang 'kan? Untuk sekarang aku diam dulu.

"Tapi kalo emang gak mau cerita sih yaudah, aku gak maksa"

"Lebih baik seperti itu"

Fyuh~, untung dia gak nanya lebih lanjut.

"Ngomong-ngomong, dimana Fujii?" Aku bertanya.

Sejak pagi tadi aku tidak melihat sosok lelaki itu. Jarang-jarang dia gak masuk sekolah. Fujii termasuk salah satu orang yang rajin masuk sekolah.

"Oh, tadi dia nge-chat aku katanya dia sakit"

Aku menggebrak meja karena kaget "Eh! Dia bisa sakit juga?!"

"Hei, kau kira temanmu ini dewa?"

"Yah, habisnya aku jarang melihat dia tidak masuk sekolah karena sakit"

"Kalau begitu mau menjenguknya gak setelah pulang sekolah nanti?"

"Boleh aja"

"Baiklah, apa kamu mau mengajak Giza juga?"

"Hum ... kalau dia mau sih"

"Oke, deh"

*Kring-kring

Bel masuk sekolah telah berbunyi, tanda jam pelajaran pertama sudah dimulai ....

***

"Yuta~!" Giza berlari dari luar kelas menuju tempat dudukku. Aku dan Giza berada di kelas yang berbeda.

Seperti biasa, suara yang menghangatkan jiwa dan ragaku. Suara Giza yang ingin mengajakku makan bekal bersama di atap sekolah.

"Oh, hai Giza" Aku melambaikan tangan ke Giza.

"Etto ... kamu bawa bekal 'kan?"

"Bawa kok,"–mengeluarkan kotak makan–"nih"

"Oke, kalo gitu kita langsung ke atap sekolah aja, ayo Yuta" Giza mengulurkan tangannya

"Oke ayo~" Aku meraih tangan Giza

Ngomong-ngomong bau samponya Giza sama kayak sampo punyaku. Apa jangan-jangan dia memakainya juga?

Dan juga, Giza cantik seperti biasanya.

***

Di atap sekolah.

"Ngomong-ngomong bekal kita sama ya Giza"

"Iya dong, kan yang bikinin sama"

"Bener sih, ehehe"

Aku teringat soal Rito yang ingin menjenguk Fujii. Rito bilang padaku untuk mengajak Giza juga, jadi aku ajak aja sekarang ya?

"Giza"

Giza membuka kotak makannya. "Hnn ...?"

"Si Fujii 'kan sakit"

"Eh? Benarkah?"

"Hu'um, aku ingin mengajakmu ikut bersamaku menjenguk Fujii. Oh iya, sama Rito juga"

"Hum ... boleh deh, toh kita pulangnya ke rumah yang sama, jadi aku tidak khawatir karena ada Yuta" Giza memakan suapan pertamanya.

"... Oke deh"

Ngomong-ngomong saat melihat Giza makan, aku teringat kejadian kemarin saat Giza menyuapiku. Rasanya nyaman banget, aku jadi pengen disuapin lagi ...

"Giza, suapin aku dong"

Bodohnya, kenapa aku ngomong kayak gitu dengan muka polos.

"E-eh? Yuta"

"Ah, maaf lupakan itu"

Mana mungkin Giza mau nyuapin aku lagi 'kan? Kemarin aja udah beruntung aku–

"Oke ..., sini, ahn ..."

"A–ahn ..."

Disuapin Giza memang yang terbaik.

"A–anu ... Yuta ..."

"Kenapa Giza?"

"Giza juga mau disuapin ..."

Sebentar, Huft .... Haah .... GILA CUY! GIZA MINTA DISUAPIN! Eh, ini benarkah? Giza kamu imut banget.

"Ah ... oke, sini Giza, ahn ..."

"Ahn ..."

Mulut Giza menghampiri sendokku lalu menyantap makanannya. Rambut panjangnya itu ia pegang menggunakan jarinya ke arah kuping agar tidak kena ke makanannya.

Sumpah, kalo cinta itu bom, aku udah mati berapa kali sama Giza.

"Ah iya, ngomong-ngomong, urusan osis gimana Giza?" sambil memakan makananku.

"Umm ... sebenarnya osis sedang kekurangan orang"

"Loh? kok bisa? Bukannya minat orang untuk menjadi anggota osis di sekolah ini sangat tinggi?"

"Memang benar sih ... tetapi mereka semua yang sudah daftar memutuskan untuk mengundurkan diri"

"Hee ..., kok bisa gitu?"

"Kata mereka sih karena ketua osis yang sekarang galak"

"Ketua osis sekarang kak Ayane 'kan?"

Ayane Kamiyata, dia itu putri dari seorang pengusaha yang terkenal di Jepang. Banyak yang bilang dia itu gak suka ngobrol sama orang yang dianggapnya tidak layak.

Aku sendiri belum pernah ketemu sama dia sih. Aku hanya pernah melihatnya saat pelantikan ketua osis, dan kebetulan aku memilih dia saat itu.

"Yuta ..." Giza menggenggam tanganku.

"I-iya?"

Ada apa nih? Kok tiba-tiba suasananya jadi serius begini.

"Kamu ... mau gak jadi anggota osis?"

"Eh ...?"

***

Terpopuler

Comments

ALBEDO

ALBEDO

Hmm

2024-03-28

3

Hendra Hendra kepingoi

Hendra Hendra kepingoi

hehehe😇

2024-01-07

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!