***
Di lapangan sekolah.
"Yaudah aku pulang duluan ya Yuta, semangat ekskulnya~!"
"Iya Giza, hati-hati di jalan~!"
Hari ini aku ada kegiatan ekstrakurikuler basket. Karena itulah aku tidak bisa mengantar Giza pulang.
"Enak ya ... punya pacar madona sekolah"
Rito Kazuchi, salah satu dari dua teman baikku. Ia selalu mengeluh masalah cewek, jadi biarkan saja dia.
"Sama nih ... kapan aku punya pacar ya ...."
"Heh, dasar ganteng! Kau itu gak pernah bersyukur! Kalo semua cewek yang nyatain perasaannya kamu tolak, kapan kamu dapet cewenya, hah?!"
Fujii Hakaeru, satu temanku lagi. Dia ini ... ah, sudahlah. Entah berapa banyak cewek yang sudah dia tolak. Dia itu ganteng banget, bukan berarti aku suka cowo ya, tapi emang beneran ganteng.
"Rito ... kau gak akan tau gimana rasanya jadi diriku ...."
"Jadi orang ganteng gitu maksudnya? Ngeledek, hah?!"
"Bukan gitu Rito"
"Terus?"
"Selama ini, semua cewek yang menyatakan perasaannya ke aku hanya sekedar karena aku ganteng. Mereka tidak benar-benar menyukaiku"
"Tau dari mana?"
"Keliatan aja gitu dari raut wajahnya"
"Halah, bilang aja bohong!"
"Eh, eh sudah Fujii, Rito. Kalian kayak anak kecil aja ya, masalah cewe aja di permasala—"
"Diem kau Yuta"
"Diem kau Yuta"
Mereka mencela perkataanku berbarengan. Haduh ... sumpah deh, mereka beneran kayak anak kecil.
"Orang yang pacaran sama madona sekolah gak berhak ngomong!"
"Betul tuh, Rito"
"Hee ...."
Malah aku lagi yang salah 'kan? Mending aku diem kalo gitu.
"Heh, kalian bertiga! Ada apa ini malah ngobrol! Latihan!"
"Iya pak ...."
Kami bertiga menjawab guru ekstrakulikuler yang menegur itu. dua minggu lagi sekolah kita akan mengikuti lomba basket antar sekolah.
SMA Jayakarta, itulah nama sekolah kami. Sekolah ini termasuk ke dalam jejeran sekolah favorit. Tes masuknya saja susah sekali. Aku sampai harus serius belajar untuk masuk ke sekolah ini.
Kalau dibilang pinter sih aku biasa aja, kalau Giza ... dia selalu dapat peringkat pertama di sekolah. Giza itu sempurna banget deh pokoknya.
"Hey Yuta"
"Hnn..?"
"Kira-kira kita bakal ngelawan sekolah mana ya nanti?"
"... Mungkin SMA Suryakarsa? Sekolah kita belum pernah melawannya 'kan?"
"SMA Suryakarsa ... mereka lawan yang kuat, loh"
"Udah, ah, jangan pesimis Rito, mending kita lanjut latihan dan lakukan yang terbaik"
"Oke deh ...."
***
"Sampai jumpa besok, Rito, Fujii!"
"Bye-bye!"
"Hati-hati, Yuta"
Setelah berlatih cukup lama, akhirnya seluruh anggota ekstrakurikuler basket diperbolehkan untuk pulang. Sekarang udah jam 7, Giza udah dirumah belum ya? Semoga pertemuan dengan ayah barunya lancar.
Hnn ... aku beli mie dulu kali ya di minimarket.
Aku harus makan mie setiap hari. Ya, itu adalah sebuah keharusan. Aku adalah Pecinta mie. Ya walaupun kalo ketahuan Giza pasti aku diomelin sih.
Beberapa saat setelah aku membeli mie dari minimarket, aku pulang dan ....
"Ayah ... aku pulang—"
Aku melihat ayahku ngobrol bersama pacar barunya. Tapi, bukan itu yang membuatku tersentak. Anak dari pacar ayahku itu adalah ....
"Giza ...?"
"Yuta ...?"
"Eh ...? Kalian berdua sudah saling kenal?"
Ibu dari Giza itu kebingungan saat melihat kami yang saling mengenal satu sama lain. Tentu saja kami saling mengenal, kami bersekolah di tempat yang sama. Dan juga ... kami berpacaran.
"Ayah, tunggu. Apa ini maksudnya?"
"Ayah sudah bilang 'kan Yuta? hari ini ayah mengajak pacar baru ayah datang ke rumah"
"Tapi ayah tidak bilang kalau dia ibunya Giza"
"Ayah sebenarnya tahu tentang Giza, cuman ayah pikir kamu tidak mengenalnya jadi ayah tidak beritahu"
Kepalaku pusing. Kenapa hal ini bisa terjadi? Aku sudah gak bisa berpikir jernih. Kalau ini dilanjutkan terus sampai mereka berdua menikah, bagaimana nasib hubunganku dengan Giza.
Aku menatap mata Giza, Giza juga menatap mataku seraya menyiratkan "Yuta, tolak hubungan mereka ini, aku takut hubungan kita nanti tidak bisa dilanjutkan".
Giza mungkin gak berani bilang sendiri, jadi aku aja yang bilang.
"Ayah, maaf sekali, aku gak terima hubungan kalian berdua"
"... hah? Apa maksud kamu Yuta? Bukannya kemarin kamu sudah setu—"
"Giza juga gak terima, bu"
"Giza..?"
Giza melanjutkan kata-kataku kepada ibunya.
"G-giza ... ibu sedih banget mendengar kamu berkata seperti itu ...,"-mengelap air mata-"Kamu tahu 'kan? Ibu udah sayang banget sama Lucas ..."
Lucas Mayasaki, nama ayahku. Iya aku tahu nama ayahku ini bagus banget, lebih bagus daripada namaku sendiri.
"I-ibu ...?"
Raut wajah Giza terlihat sedih karena melihat ibunya yang menangis di hadapannya. Sebenarnya aku juga gak tega, tapi—
"Yaudah deh, Giza terima hubungan ibu ..."
Giza?!? Kok kamu tiba-tiba malah terima hubungan mereka sih? Bukannya tadi kamu sendiri yang menolak hubungan mereka? Kalau mereka menikah, berarti hubungan kita—
"Bagaimana denganmu, nak Yuta?"
Aduh, aku harus jawab gimana? Beneran nih aku harus menerima hubungan mereka? Tapi kalau aku tolak, Giza bakalan sedih .... Aku gak mau lihat Giza sedih.
"E-eh ...? Umm ...,"-menggaruk-garuk kepala-"K-kalau begitu, aku juga menerimanya ...."
"Yey! Terima kasih Yuta, lihat 'kan Maria? Anak-anak pasti terima hubungan kita!"
"Iya Lucas!"
Mereka berdua teriak sambil melompat-lompat kegirangan. Yah ... aku seneng sih mereka bahagia, tapi bagaimana nasibku dengan Giza?
"Kalau begitu, Maria, Ayo urus surat nikahnya sekarang!"
"E-eh ...? Malam ini juga?
"Iya dong Yuta, setelah ini mereka akan tinggal di rumah kita,"-memakai jaket-"nah mulai besok barang-barang di rumah mereka akan dipindahkan ke rumah ini"
Ayahku ini kebelet nikah banget ya?
"Kami pergi dulu ya Yuta, Giza, kalian berdua harus akur"
"Jaga adik barumu itu ya Yuta"
"Iya, hari-hati di jalan"
Mereka berdua pergi mengurus surat nikahnya. Suasana di rumah langsung hening.
Masih hening ....
"G-giza—"
"Yuta ...."-menutup mukanya karena menangis-"Apa yang harus kita lakukan ...."
Aku menghampiri Giza lalu memeluknya dengan erat. Kami tahu keputusan ini akan membuat hubungan kami menjadi hubungan yang terlarang antara kakak dan adik.
"Sudah Giza ... yang sabar ya ...,"-mengelus-elus kepala Giza-"tenang aja, walaupun kita berdua sudah menjadi kakak adik, rasa cinta aku kepada Giza gak akan pernah berubah"
Aku terus menenangkan Giza yang menangis dalam dekapanku. Aku merasa sedih juga, tapi aku tidak boleh menangis. Kalo aku ikut menangis, nanti Giza akan merasa bersalah.
Setelah beberapa saat.
"Y-Yuta ...."
Suara lirih Giza yang habis menangis memanggil namaku.
"Iya Giza?"
"Hubungan kita ... gak bakal berubah 'kan ...?"
"Nggak Giza, kita tetap pacaran seperti dulu, tapi mungkin kita harus menyembunyikannya dari orang tua kita"
"Mhm ... aku gak mau gara-gara ini Yuta jadi menjauh ...."
"Aku gak bakal menjauh kok, aku bakal tetap ada di sisi Giza selamanya"
"Makasih Yuta ..."
"Iya ..."
"Aku sayang Yuta"
"Aku juga sayang Giza"
Sebentar, kalo dilihat-lihat muka Giza deket banget! Kalau ini anime, ini adalah situasi dimana Main Character akan mencium bibir Heroin-nya.
"Yuta ..."
Tuh 'kan bener! Mata Giza tertutup seraya menyiratkan "Cium aku Yuta, aku sudah siap". Astaga gimana ini? Haruskah aku Cium bibirnya? Tapi kalo udah kaya begini, bakal terus kebawa suasana nantinya.
"Giza ..."
*Tok tok tok
"Halo, kami udah selesai mengurusnya!"
"E-eh!"
Astaga, mereka berdua mengganggu waktu kita.
"Giza, kamu bisa akrab 'kan sama Yuta"
"Bisa kok Bu ..."
"Oiya, mulai sekarang, Yuta juga harus panggil saya Ibu"
"Iya bu ..."
Begitulah, Giza yang aku kira hanya menjadi pacarku, kini menjadi adik perempuanku juga. Bagaimana hubungan kami selanjutnya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
@suara-pemimpi
cerita nya mirip banget sama anime "mamaha no tsurego ga moto kano" iya, gak si?
2024-04-21
4