“Waktumu terbatas, jadi jangan sia-siakan dengan menjalani hidup orang lain. Jangan terjebak oleh dogma – yaitu hidup dengan hasil pemikiran orang lain.” – Steve Jobs
"Kenapa?" Tasya yang melihat Evelin diam bertanya dengan heran.
"Ah..nggak kok. Bukan apa-apa." Evelin melambaikan tangannya sembarangan dan kembali berjalan.
Dia ingat salah satu tokoh pendukung di dalam novel bernama Tasya Alinda. Dia salah satu tokoh penting yang akan menjadi sahabat tokoh utama wanita di dalam novel.
Namun, dia tidak berpikir bahwa gadis culun yang dia tarik sembarangan akan menjadi salah satu tokoh penting di dalam novel.
Sekarang masih tanggal 22 Oktober 2023 yang berarti masih ada dua bulan lagi cerita aslinya akan di mulai. Dia ingat kalau cerita novel di mulai setelah tokoh utama wanita pindah ke sekolahnya pada bulan Januari.
Walau dia tidak tahu tanggal tepatnya karena tidak di jelaskan dalam novel. Tapi, karena tokoh utama wanita masih belum pindah berati ceritanya masih belum di mulai.
Dia tidak tahu apa yang di inginkan sahabatnya dengan mengirimnya ke dalam novel. apakah dia ingin Evelin mengikuti jalan cerita asli dan mati dengan tragis? atau dia ingin Evelin mengubah alur ceritanya?.
untuk sekarang dia akan bertindak seperti biasa lalu mencari tau keinginan sahabatnya dan cara kembali ke dunianya sendiri.
"Di sini kelas kak Reyhan."
Karena terlalu larut dalam pikirannya, Evelin tidak sadar kalau mereka sekarang sudah sampai. Dia melihat ke dalam kelas untuk mencari orang yang ingin dia temui namun dia tidak melihatnya di manapun.
"Sebentar.." Evelin menarik lengan seorang siswa yang keluar dari kelas tersebut.
"Lihat kak Rey nggak?" Dia bertanya dengan suara cerah dan ekspresi ceria.
Tasya yang melihatnya terdiam di tempatnya. Padahal beberapa waktu lalu dia melihat Evelin dengan ekspresi seperti ingin membunuh orang. Tapi, sekarang dia terlibat seperti gadis polos dan murni.
"Ah.. Reyhan udah pergi ke kantin tadi." Cowok yang tangannya di tarik Evelin, berbicara dengan gugup, pipinya terdapat rona merah.
"Oh.. makasih." Evelin kembali berjalan dengan riang, tidak lupa dia juga menarik tangan Tasya karena dia tidak tahu dimana letak kantin.
'Imut banget.'
Cowok yang di tanya Evelin masih berdiri di sana dengan linglung sambil punggung Evelin yang semakin jauh. Entah karena terkejut atau malu dia tidak berfikir kalau gadis yang dia bilang imut adalah gadis sombong dan angkuh yang terkenal di sekolah.
***
"Rey.. Lo pulang sekolah nanti pergi ke markas?" Seorang pria yang memakai kacamata bertanya kepada Reyhan.
"Nggak.. gue bakal kesana sore aja. kalo Lo Daffa?"
Reyhan kembali melahap makanan di depannya sambil melirik teman-temannya.
"Gue ada janji sama cewek gue nanti. Jadi, gue juga nggak ke sana." Daffa berbicara tanpa melihat Reyhan, dia masih sibuk menggoda gadis di meja seberang mereka.
"Dasar Playboy, kemarin ceweknya lain hari ini beda lagi. Huft.." Rian menggelengkan kepala pasrah melihat kelakuan temannya.
Setelah percakapan singkat itu mereka kembali sibuk dengan aktivitas masing-masing. Daffa sibuk menggoda cewek, Reyhan sibuk dengan teleponnya dan Rian sibuk dengan makanan di depannya.
"Kak Rey.."
Seorang gadis cantik memeluk Reyhan dari belakang tanpa aba-aba, suaranya sedikit keras hingga beberapa pasang mata menatap ke arah mereka.Banyak siswi yang melihat hal tersebut memberikan tatapan iri dan marah.
Tiga pemuda yang ada di meja tersebut termasuk dalam siswa populer di sekolah. Jadi, tidak heran jika banyak gadis yang menyukai mereka baik secara diam-diam atau secara langsung.
"Ada apa? hm.." Reyhan yang awalnya kaget ingin melepas tangan yang memeluk lehernya.
Namun, setelah melihat pemilik tangan dia mengubah niatnya sebelumnya menjadi memegang tangan gadis cantik tersebut dengan ringan.
"Ke kantin kok nggak ngajak sih?!" Evelin mengerutkan bibirnya, tangannya di lipat di depan dadanya setelah dia duduk di samping Reyhan.
"Kakak pikir kamu udah ke kantin duluan." tatapan matanya menunjukkan rasa bersalah. Reyhan menepuk kepala Evelin seperti sedang menenangkan anak kecil.
seluruh kantin yang melihat interaksi dia bersaudara itu tidak bisa tidak terkejut melihatnya. Padahal, kemarin mereka masih melihat Evelin bermusuhan dengan kakak tiri yang sangat dia benci.
Tapi, sekarang mereka melihat Evelin memeluk bahkan berbicara dengan Reyhan. Karena biasanya Evelin akan sangat menghindari orang yang sangat dia benci itu bahkan tidak akan menyapa apalagi berbicara dengannya.
"ini tadi kakak udah pesan buat kamu." Reyhan tidak peduli dengan tatapan bingung semua orang.
Dia masih mencoba membujuk Evelin, Reyhan memberikan jus alpukat miliknya yang belum dia sentuh lalu yogurt, buah dan kentang goreng.
"Ya udah.. cuma kali ini aja aku maafin." Evelin mengambil kentang goreng dan memasukkannya ke dalam mulutnya. Dia mulai makan dengan fokus tanpa memperhatikan tatapan orang lain.
"Dek.. teman kamu nggak di ajak duduk?" Reyhan melihat ke belakang kepada gadis yang berdiri diam sedari tadi.
"Ah.. iya lupa." Evelin menarik tangan Tasya agar dia duduk.
"Makasih.." Tasya duduk dengan canggung di bawah tatapan banyak mata.
Dia tidak terbiasa menjadi pusat perhatian, namun sekarang hampir seluruh kantin menatap ke arahnya. Bahkan, ada yang berbisik tidak suka dan mengejeknya.
Murid 1 : "Si cupu kok bisa duduk di sana sih?"
Murid 2 : "Entah.. nggak tau malu banget jadi cewek."
Murid 3 : "Caper banget sih jadi cewek. Cantik juga nggak."
Tasya hanya diam mendengar semua bisikan dari yang lain. Walau seperti bisik-bisik namun mereka tidak berusaha mengecilkan volume suara mereka.
"Kamu nggak makan?" Evelin mendorong makanan ke depan Tasya. Dia tahu kalau Tasya tidak nyaman hanya dari gerak geriknya, tapi apa lagi yang bisa dia lakukan? dia sudah terlanjur menyeretnya ke sini.
"iya.. iya aku makan kok." tangannya sedikit gemetar saat mengulurkan tangan.
kedua teman Reyhan hanya diam melihat kejadian di depan mereka.
"Rey.." Daffa yang sudah tidak bisa menahan diri memanggil Reyhan yang sibuk memperhatikan adiknya.
"hm.." Reyhan mengangkat kepalanya dan bertemu dengan tatapan bingung dari dua sahabatnya.
Reyhan menaikkan alis heran melihat kedua sahabatnya.
"Adik Lo hari ini kenapa? kok aneh banget." Daffa mengecilkan volume suaranya saat berbisik kepada Reyhan.
"Aneh gimana?"
"Ya kan biasanya dia cari masalah mulu sama Lo. Tapi, sekarang kok baik banget? ke sambet apa adik Lo?"
Reyhan mengerutkan kening kesal saat mendengar sahabatnya, namun dia tetap berbicara dengan tenang.
"Dia baik-baik aja.. justru Lo tu yang ke sambet." Reyhan menjitak kepala Daffa sebelum kembali memperhatikan Evelin yang makan dengan fokus.
Evelin bisa mendengar pembicaraan mereka namun dia hanya diam tanpa memedulikannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments