Keluarga Nelson

“Kehidupan adalah 10 persen apa yang terjadi pada Anda dan 90 persen adalah bagaimana Anda meresponnya.” - Lou Holtz.

Evelin melangkahkan kakinya satu persatu menuruni tangga. Dia sekarang telah siap dengan seragam sekolah yang di pakai dan tas di punggungnya.

'Aku menyukai senyummu. Jadi, kuharap kau bisa selalu tersenyum.'

Sebuah suara lembut melintas di kepalanya dan pada saat itu juga sudut bibir Evelin perlahan terangkat membentuk sebuah lengkungan yang indah.

langkah yang awalnya pelan, perlahan semakin cepat. Evelin menuruni tangga dengan cepat dan saat sampai di bawah.

"Good morning all. Evelin kesayangan semua orang udah tiba."

Dia sedikit mengeraskan suaranya saat mengucapkan kalimat tersebut yang membuat beberapa pasang mata langsung melihat ke arahnya.

"Good morning too dear."

Ayah Evelin, James Fortes Nelson duduk di kursi dengan senyuman lembut sambil melihat anaknya yang sedang berjalan ke arahnya.

Evelin mencium pipi ayahnya sebentar dan melangkah pergi menuju ke kursinya.

"Sepertinya mood kamu sedang baik hari ini."

Evelin biasanya tidak mau sarapan bersama mereka dan akan sarapan di kamarnya sendiri atau dia bahkan tidak akan sarapan di rumah dan langsung pergi sekolah.

Apalagi, melihat kelakuan anaknya barusan yang mungkin agak sedikit berbeda dari biasanya. James menyimpulkan jika sesuatu yang baik telah terjadi kepada anaknya yang cantik itu.

"Evelin kan selalu baik tiap hari."

Di selimuti tawa ceria dan senyum hangat di bibirnya Evelin menjawab ayahnya dengan penuh semangat.

Semua orang terdiam saat mendengar hal tersebut.

Evelin melihat sekeliling, ada empat orang di meja makan seorang pria muda yang memakai seragam sekolah sama sepertinya dan yang lainnya adalah seorang wanita paruh baya yang di perkirakan Evelin sebagai ibu tirinya.

Salah satu alasan Evelin menjadi antagonis adalah karena ibu tirinya. Evelin tidak suka ayahnya menikah lagi dengan orang lain. Dia menganggap jika ayahnya tidak mencintai ibunya, karena itu dia menikahi wanita lain.

Seorang pria muda di depan Evelin adalah anak yang di bawa ibu tirinya, dia satu tahun lebih tua dari Evelin dan dia juga bersekolah di sekolah yang sama di sekolah Evelin.

Berkali-kali Evelin pernah mencoba melukai dan mengusir mereka. Tapi, semua rencananya selalu gagal karena di ganggu ayahnya.

Evelin menganggap ayahnya tidak menyayanginya lagi dan dia pun mulai berbuat nakal di sekolah, luar sekolah bahkan di rumah saat ayahnya tidak ada.

Bolos sekolah, Bullying, pergi ke bar, merokok, minum-minuman keras, boros dan segala macam hal buruk lainnya dia lakukan.

Jadi, tidak aneh jika mereka menatapnya dengan aneh.

"Dad.. hari ini Evelin berangkat sama bang Reyhan.. ya?"

Setelah berkelana dengan pikirannya untuk waktu yang lama. Dia kembali melihat ayahnya yang sedang makan.

"Uhuk.. "

Reyhan yang mendengar hal tersebut tersedak makanannya sendiri.

"Makanya kalo makan itu pelan-pelan."

Selia Amelia Nelson yang merupakan ibu kandung Reyhan Nelson dan ibu tiri Evelin Keyrie Nelson memberikan air kepada anak laki-lakinya.

"Iya.. Mom."

Reyhan sedikit cemberut saat ibunya mengatakan itu. Padahal dia tersedia karena terkejut.

"Oke.. kamu bisa berangkat sama Reyhan kalau dia setuju."

Ayahnya menyayangi Evelin lebih dari apa pun di dunia ini bahkan saat Evin berbuat nakal dia selalu mengirim orang untuk mengawasinya.

Jika ada yang bertanya kenapa dia tidak menghentikan anaknya yang berbuat nakal maka bukan karena dia tidak melakukannya.

Tapi, dia sudah mencoba berkali-kali tapi semakin dia menegur Evelin semakin keras Evelin memberontak.

"Bolehkan.. bang Rey?"

Evelin memberikan tatapan seperti seorang anak yang meminta di belikan permen. Siapa pun yang melihatnya tidak akan bisa untuk menolaknya.

"Oke.."

Reyhan yang melihat pemandangan tersebut tidak bisa menahan senyum bahagia di bibirnya.

Saat tahu dia akan memiliki adik perempuan dia sangat senang. Namun, berbeda dengan harapannya adiknya sangat membencinya hingga setiap mereka bertemu Evelin akan menghindarinya atau terkadang bahkan menghinanya.

"Kalau begitu.. Evelin berangkat ya dad."

Evelin kembali mencium pipi ayahnya. Namun, kali ini dia juga mencium pipi ibu tirinya.

Selia yang mendapat ciuman di pipi sedikit terkejut namun dia juga bahagia mendapat perlakuan seperti itu dari Evelin.

***

Evelin sekarang sibuk melihat gedung-gedung tinggi di kota Jakarta. Banyak mobil berlalu lalang, ada orang yang mengenakan setelan kantor dan ada yang mengenakan pakaian santai.

Evelin bisa melihat bagaimana sibuknya kota. Dia terus melihat pemandangan dari jendela mobil dengan bosan.

"Stop.."

Teriakan Evelin membuat Reyhan menginjak rem mendadak. Orang di belakang mobil langsung berteriak marah dan mengeluarkan kata-kata mutiaranya kepada mereka.

Namun, Evelin hanya mengacuhkannya. Dia melihat Abang tersayangnya dengan mata berbinar.

"Ada apa? kenapa teriak?"

Reyhan menepikan mobilnya dan bertanya kepada adik tersayangnya.

Jadi telunjuk Evelin menunjuk ke seberang jalan. Reyhan memperhatikan arah yang di tunjuk Evelin, di sana ada toko es krim.

"Ya udah.. kamu tunggu di mobil Abang beliin."

Reyhan yang mengerti apa maksud Evelin langsung keluar dari mobil menuju ke toko es krim.

Dia tidak tahu kenapa sikap adiknya bisa berubah seperti ini tapi jika itu adalah hal positif dia akan menerimanya dengan senang hati.

Apalagi, perubahan adiknya membuat dia menerima Reyhan sebagai kakaknya.

Evelin menunggu di mobil seperti seorang bocah yang menunggu orang tuanya. Dia sedikit bermain-main dengan kakinya karena bosan.

Dia tahu sikapnya sekarang kekanakan namun dia tidak bisa dan tidak ingin menahan dirinya.

Dulu, saat dia masih seorang pembunuh bayaran dia pernah ingin memakan es krim. Namun, entah kenapa es krim tersebut terlihat seperti darah di matanya.

Pada saat itu juga dia memuntahkan semua isi perutnya dan tidak pernah menyentuh es krim lagi.

Sekarang mengingat hal tersebut membuat matanya yang berwarna hitam kehilangan binarnya. Itu terlihat seperti mata seseorang yang sudah kehilangan harapan dan jatuh ke dalam jurang keputusasaan.

"Ini es krimnya.. Abang nggak tahu kamu suka rasa apa. Jadi, Abang beli rasa yang Abang suka."

Di ikuti suara pintu mobil yang tertutup dia mendengar suara Abangnya. Dia kembali seperti semula seolah tidak ada apa pun yang terjadi.

"Makasih Bang Rey."

Evelin mencium pipi Reyhan dan mengambil es krim di tangannya.

Reyhan yang mendapat ciuman mendadak hanya diam, berusaha tenang dan kembali menjalankan mobil. Dia menahan diri mencoba untuk tidak terlihat terlalu senang.

Evelin melihat es krim dengan seksama namun itu terlihat seperti es krim normal. Dia sedikit menjulurkan lidahnya untuk menjilat es krim dan rasa manis menghampiri mulutnya.

'Ah.. Jadi, begini rasanya.. pantas semua orang sangat menyukainya.'

Dia hanya ingin mengetes apakah dia masih memiliki trauma tentang hal tersebut namun sepertinya dia tidak memilikinya lagi.

'Apa dia sangat suka es krim?'

Reyhan melihat Evelin yang terlihat sangat menikmati es krimnya sepeti seorang anak kecil yang baru pertama kali makan es krim.

Terpopuler

Comments

Nazwa Fika

Nazwa Fika

seruu...lnjut

2023-12-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!