Sekolah Baru

“Dunia ini cukup untuk memenuhi kebutuhan manusia, bukan untuk memenuhi keserakahan manusia.” - Mahatma Gandhi

"Huft.."

Evelin menghela nafas lelah sambil melihat guru yang sedang menjelaskan. Saat dia sampai ke sekolah dia langsung pergi ke kelas dan berbaring di mejanya.

Murid yang melihatnya menganggap kalau Evelin sedang dalam mood yang buruk. Jadi, tidak ada yang mengganggunya.

Evelin tidak pernah sekolah tapi dia tahu hal-hal umum yang di lakukan murid di sekolah. Walau Evelin tidak pernah sekolah dia juga belajar di tempat 'khusus' yang bukan untuk orang normal.

Di dalam kepalanya ada banyak pengetahuan tentang semua hal di dunia. Karena itu, dia bosan melihat guru mengajar hal yang sudah dia tahu. Rasanya sangat membosankan hingga dia ingin tidur.

Tepat saat dia akan memejamkan matanya suara bel tanda istirahat berbunyi yang membuat Evelin langsung sadar sepenuhnya.

'Akhirnya selesai..'

Evelin menggeliat sedikit untuk merilekskan tubuhnya yang kaku. Dia sedikit lapar karena tadi pagi dia sarapan sangat sedikit jadi dia berniat pergi ke kantin.

Namun sebelum Evelin bisa melangkahkan kakinya dua gadis menghalangi jalannya.

Dia pikir mereka ingin mencari masalah namun sepertinya dugaannya salah.

"Hai.. Evelin."

Ajak salah satu dari dua gadis di depannya.

"Evelin.. Lo cantik banget hari ini."

"Itu tas Branded yang baru keluarkan. Gue udah minta di beliin ayah gue tapi nggak di kasih."

"Iya.. Evelin. Lo hebat banget bisa dapetin tas itu."

"Om James baik banget. Dia pasti sayang banget sama Lo."

kedua gadis tersebut terus memuji-muji Evelin untuk membuatnya senang. Sekarang Evelin tahu siapa kedua gadis di depannya.

Mereka adalah tokoh sampingan yang menjadi pengikut Evelin di dalam novel.

Ayah mereka merupakan bawahan di perusahaan ayah Evelin jadi mereka menyuruh anak-anak mereka untuk menyenangkan Evelin agar mereka bisa naik jabatan.

Dan tentu saja Evelin yang sombong dan angkuh sangat senang saat dia di puji-puji. Dia bahkan meminta ayahnya untuk menaikkan posisi ayah mereka di perusahaan.

Walau awalnya ayahnya menolak karena dia tahu orang yang diminta Evelin bukanlah seorang karyawan yang rajin apalagi cerdas.

Mereka hanyalah orang yang suka menyuruh bawahan dan mengambil prestasi orang lain tanpa usaha sendiri. Mereka akan melakukan apa pun agar bisa mendapatkan keinginan mereka.

Tipe orang yang tidak akan di sukai orang. Karena itu ayah Evelin James menolak permintaan Evelin namun Evelin tetap keras kepala dengan keputusannya dan bahan sampai tidak pulang ke rumah karena permintaannya di tolak.

Setelah itu James dengan terpaksa menerima permintaan anaknya hingga Evelin kembali ke rumah. Seorang yang serakah tidak akan pernah puas dengan apa yang dimilikinya.

Meskipun James menerima permintaan Evelin tapi dia masih menyuruh orang untuk mengawasi ayah dari kedua gadis tersebut agar tidak melakukan hal yang merugikan perusahaan.

"Evelin.."

Sebuah tepukan di bahunya membawa Evelin kembali dari lamunannya. Dia melihat tangan gadis yang menepuknya di bahunya.

Pandangannya sedikit turun, matanya berkilat tajam yang membuat gadis yang memegang bahunya langsung melepaskan tangannya dan mundur selangkah.

"Kenapa?" Suaranya berat dan rendah, dia menipiskan bibirnya dengan ekspresi dingin, sangat berlawanan dengan yang dia tunjukkan saat bersama keluarganya tadi pagi dimana suaranya cerah dengan ekspresi ceria.

"Ka.. kamu nggak ke kantin." Gadis tadi berbicara dengan suara gugup, badannya gemetar. Walau hanya sesaat dia menatap mata Evelin dia sudah gemetar dengan keringat dingin. Bahkan gadis di sebelahnya juga ikut gemetar mendengar dan melihat Evelin.

Mereka tidak pernah melihat ekspresi menakutkan seperti itu sebelumnya apalagi dari Evelin. Mereka memang mendengar beberapa gosip tadi pagi bahwa mood Evelin sedang buruk karena itu mereka berusaha menenangkannya dengan berbicara manis.

Namun, siapa tahu hal-hal akan menjadi seperti ini. Jika, mereka tahu mood-nya seburuk ini mereka mungkin tidak akan datang hanya untuk mendapatkan sikap dingin dari Evelin.

Siswa yang masih tinggal di kelas juga tidak menyangka akan terjadi hal seperti ini, yang mereka tahu kedua gadis di depan Evelin adalah pengikutnya yang paling setia dan Evelin selalu memperlakukan mereka dengan baik.

Ada beberapa siswa yang memberi tatapan kasihan kepada kedua gadis itu dan ada yang menutup mulut mereka berusaha menahan tawa melihat kedua gadis yang malang tersebut.

Evelin yang melihat mereka gemetar segera menghilangkan ekspresi dinginnya. Dia tidak suka penjilat seperti mereka karena keserakahan mereka banyak orang di luar sana yang menjadi korban dari perbuatan tidak bertanggung jawab mereka, hingga tanpa sadar dia kehilangan kendali.

"Gue mau ke kantin. Nggak usah ikutin gue."

Evelin berjalan setelah memperingati mereka. Dia melihat sekeliling kelas, tatapannya jatuh pada gadis berkacamata yang menyendiri. Dia berjalan ke arah gadis tersebut dan menarik gadis tersebut.

"Lo ikut sama gue..!"

Gadis yang di tarik hanya bisa dengan patuh mengikuti Evelin. Dia bahkan tidak memiliki keinginan untuk menolak.

Karena dia sudah melihat bagaimana menakutkannya Evelin tadi. Dia tidak tahu apa konsekuensi yang akan dia terima jika membuat suasana hati Evelin lebih buruk lagi.

Kedua gadis yang datang untuk mencari Evelin hanya bisa terdiam dengan wajah bodoh di tempat mereka. Siswa di kelas hanya menertawakan dan mengejek mereka.

Gosip dengan cepat menyebar ke seluruh sekolah. Seluruh siswa dengan cepat mengetahui kejadian saat di kelas tersebut.

***

"Hei.. Lo tau nggak dimana kelas kak Rey?"

Evelin berbalik untuk melihat gadis di belakangnya yang dia tarik di kelas tadi. Gadis itu mengenakan kacamata bulat besar, rambutnya di kepang dua.

Dari penampilannya saja, kau akan tahu kalau dia adalah gadis yang mudah di bully. Dengan penampilan sepeti kutu buku, akan membuat anak yang suka berbuat nakal menjadikannya target.

"Lo tau apa nggak?" tanyanya sekali lagi karena tidak mendapat jawaban.

"Ta-tau kok." gadis berkepang dua tersebut mengangguk kan kepalanya dengan cepat. Dia berbicara dengan terbata-bata karena gugup.

"Ya udah.. kalo gitu Lo tunjukkin jalannya."

"Iya.. kak."

Mendengar panggilan gadis tersebut alis Evelin berkerut.

"Lo sekelas sama gue kan?"

"Iya kak"

Kerutan di dahi Evelin semakin dalam mendengar jawaban yang sama.

"Terus kenapa Lo manggil gue kak?" Evelin berbicara dengan nada kesal.

"It.. itu.. emm.. karena.." Gadis itu berbicara dengan gelisah. Dia berusaha untuk tidak menyinggung Evelin karena itu dia memanggilnya seperti itu namun hal itu justru membuat Evelin tersinggung.

"Ah.. terserah Lo deh. Pokoknya mulai sekarang jangan panggil gue kayak gitu lagi." melihat gadis tersebut kebingungan Evelin dengan cepat berbicara.

"Iya.. kak.. Ah.. maksud aku iya Evelin."

"BTW.. nama Lo siapa?"

Sekarang Evelin baru ingat kalo dia tidak tahu nama gadis tersebut. Dia tadi terburu-buru hingga menarik sembarang orang.

"Nama aku.. Tasya."

Evelin diam membeku saat mendengar nama tersebut.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!