2. Badboy Lebih Menggoda

...Pasangan itu layaknya puzzle, berbeda namun menyatu secara sempurna....

---CallMeVi

...»»---Sҽʅαɱαƚ MҽɱႦαƈα---««...

‍‍Sebuah angkot berhenti tak kala seorang siswi kuncir kuda menyeru kata kiri, selepas membayar ongkos remaja pintar itu berjalan kaki agar sampai di rumah yang terletak beberapa meter dari tempat pemberhentian angkot.

Gadis yang memiliki nama lengkap Laras Friscanara membuka gerbang kecil di samping gerbang utama untuk sampai ke dalam bangunan bertingkat dua dengan warna cream yang elegan.

Setelah berhasil melewati halaman yang berisi aneka bunga serta sebuah pohon cemara besar, tangan gadis itu mendorong gagang pintu utama dan segera menaiki anak tangga untuk tiba kamar pribadinya.

"Selamat sore Arkan!"

Laras memegang dada refleks ketika mendapat sambutan tak biasa dari orang yang menjajah kamar miliknya.

Mata gadis pendek itu kian melebar setelah sadar jika buku diary yang berisi tentang curhatan hati mengenai seseorang yang sangat sulit ia gapai berada di tangan yang salah, dengan segera Laras berusaha merebut kembali yang sialnya malah diangkat tinggi oleh gadis yang telah lancang membacanya.

"Ara! Kembaliin engga?!" ancam Laras dengan mata menyipit, niat hati ingin bermesraan dengan kasur namun sebuah pengganggu datang tanpa undangan.

Orang yang dipanggil Ara hanya tertawa sembari mengangkat tinggi-tingi buku di tangan, bahkan kini sudah berlarian untuk menghindari kejaran Laras hingga akhirnya Ara mengalah dan memberikan kepada gadis pintar itu seteleh dirasa puas menjahili.

Setelah mendapat buku diarynya kembali, Laras berkacak pinggang menatap Ara dengan tatapan mengintimidasi. "Ara! Membaca diary orang itu melanggar privasi."

Orang yang ditatapan begitu hanya masa bodoh dan lebih memilih tiduran di kasur sembari memainkan ponsel. "Iya."

Laras mendengus kasar melihat respon sepupu yang hanya berjarak dua bulan dari dirinya itu.

Ayyara Lemuella, gadis dengan rambut gradasi hitam-hijau yang panjangnya mencapai bahu, hidung mancung, mata berwarna coklat serta tubuh profesional yang membuat remaja itu masuk ke dalam jajaran gadis cantik sekolah.

Ara melirik Laras yang masih berdiri memandangi dirinya. "Kenapa? Lo capek 'kan habis les? Istirahat gih!"

Laras menghela nafas berat, menutupi wajah menggunakan telapak tangan karena malu sekaligus takut jika banyak yang akan mengetahui perasaannya. "Ara jangan bilang sama siapapun tentang ini ya?

Mendengar permintaan Laras yang nampak lucu dimata Ara, ia tidak bisa menahan tawa. "Santai! Kayak sama siapa aja."

Laras menubrukkan tubuh ke kasur, berbaring di samping sepupu yang tinggal di samping rumah yang ia tempati. "Laras malu."

Ara meletakan gawainya dan tertawa lebih keras, dirinya benar-benar tidak bisa menahan tawa melihat ekpresi yang ditunjukkan keponakan dari Ibunya itu. "Apa yang harus lo maluin? Jatuh cinta itu indah Ras." Ara mengalihkan tatapannya kepada Laras. "Cie yang suka sama Arkan."

Laras tengkurap untuk menyembunyikan pipi yang kini memerah. "Laras malu."

Ara kembali menatap langit kamar di atasnya. "Kirain lo sukanya sama cowok kutu buku yang membosankan. Selera lo oke juga. Badboy lebih menggoda bukan?"

Laras memilih duduk sembari menekuk lutut, menyembunyikan wajah dilekukan kaki. "Bukan itu yang membuat Laras suka sama Arkan."

Ara menaikan satu alis. "So?"

Dengan pipi memerah serta ke-dua sudut bibir yang terangkat ke atas, Laras berusaha menjawab. "Perlakuan Arkan tempo lalu yang bikin hati Laras berdetak lebih kencang."

Ara tertawa lepas mendengar alasan sepupunya jatuh cinta. "Cie yang jatuh cinta."

Laras melempar sebuah bantal ke arah Ara, dirinya sudah tidak kuat jika terus diejek seperti itu. "Kayak Ara engga pernah jatuh cinta aja. Mantan Ara juga banyak tuh."

Ara mengedikan bahu acuh. "Percaya engga? Gue pacaran karena gengsi. Cinta? Huh gue engga kenal."

Laras mengangkat wajahnya dan menatap Ara tak percaya. "Jadi, kenapa Ara mau pacaran kalau engga cinta?"

Ara tertawa kecil. "Lo terlalu naif Ras. Ayolah! Kalau memang mereka serius juga engga bakal ajakin pacaran." Laras menganggukan kepala, membenarkan opini sepupunya. "Jadi gimana? Lo mau kayak gini aja?" lanjutnya.

"Maksudnya?"

"Doi lo. Emang lo engga mau dapetin dia? Berjuang kek!" cibir Ara.

Tubuh Laras lemas seketika hingga, raga gadis pendek itu terbaring kembali. "Laras engga percaya diri, lagian kayak Arkan mau nengok serpihan debu kayak Laras."

Ara berdecak sebal mendengar tingkat pesimis Laras. "Kalau aja lo kasih tahu gue sejak dulu, lo lupa kalau gue sama Arkan deket dari SMP? Udah, lo tenang aja! Ada gue yang bakal makcomblangin kalian."

"Tapi Laras malu Ara, Laras engga secantik dan sesempurna perempuan yang deket sama Arkan."

"Ayolah! Daripada kelamaan lo simpen perasaan itu, lama-lama sakit hati." Ara menjeda kalimatnya. "Lagian Arkan juga engga lagi deket sama siapapun. Kesempatan emas tuh!"

"Laras terlalu biasa buat orang kayak Arkan."

Ara menaikkan satu alis, merasa aneh dengan pemikiran sepupunya. "Lo aneh! Yang ada dia kali yang merasa minder. Lo Einsteinnya sekolah, dia biang onar, lo mengharumkan sekolah, dia tukang tawuran."

"Lalu, apa tanggapan teman-teman Arkan kalau tahu Laras sama Arkan nantinya? Tampang Laras sama sekali engga bisa dibanggakan."

Ara berdecak. "Ayolah, bukannya pasangan itu saling melengkapi? Jangan patah semangat!"

"Terus? Engga mungkin 'kan tiba-tiba Laras sok kenal dan sok dekat sama Arkan, yang ada jadi ilfeel nanti."

Ara tersenyum bangga. "Lo ini! 'kan ada gue!"

"Engga deh, lihat gerombolan Ara nongkrong di kantin aja udah bikin nyali ciut. Dan, apa kata orang kalau tahu Laras pedekate sama Arkan? Laras malu."

Ara geram sekarang, tidak paham dengan apa yang diinginkan sepupunya. "Lo mau Arkan atau engga si? Perduliin amat apa kata orang."

"Kita ini makhluk sosial, meski enggan. Tapi kita berhubungan satu sama lain dengan mereka."

"Terserah lo deh! Tapi gue janji bakal bikin lo deket sama Arkan."

"Kalau Arkan engga suka sama Laras gimana?"

"Ngapain bikin Arkan suka sama lo? Buang-buang waktu."

Laras mengerutkan kening, tidak mengerti kalimat yang dilontarkan Ara. "Loh? Jadi."

Ara menjentikan jarinya di depan wajah Laras. "Bukan suka tapi, bikin dia jatuh cinta, sejatuh-jatuhnya."

Laras merenggut. "Tapi Ra, kalau gagal gimana?"

"Belum juga mulai, cinta butuh perjuangan Laras."

"Iya si, tapi Laras mulai darimana?" desah Laras, dirinya benar-benar tidak memiliki pengalaman soal percintaan apalagi dekat dengan laki-laki selain keluarga.

"Lo tenang aja, ada Ayyara Lemuella. Sepupu lo yang paling cantik sejagat raya ini bakal pastiin kalau kalian akan bersatu."

Senyum mengembang di bibir Laras, gadis itu merasa senang, setidaknya ia memiliki Ara yang bisa menjadi jembatan antara dirinya dengan Arkan. "Terima kasih Ara."

"Santai, tapi besok lo harus istirahat bareng gue!" putus Ara sepihak membuat Laras melongo.

Laras menggelengkan kepala, membayangkan satu meja dengan genk Ara serta Arkan membuat bulu kuduk meremang. "Engga! Itu sama aja bunuh diri."

Ara menatap Laras aneh. "Mau deket sama Arkan engga?"

Kedua mata Laras ke atas berberapa detik sebelum berbicara. "Mau, tapi Laras takut. Lagian emang engga aneh ya kalau Laras tiba-tiba gabung sama kalian?"

"Selow aja! Entar gue yang jelasin sama mereka!" ungkap Ara membuat Laras sedikit tenang, dia juga merasa sudah saatnya keluar dari zona nyaman.

...»»--⍟--««...

19 Juni 2022

Terpopuler

Comments

IK

IK

moga azz Ara serius mau comblangin Laras

2022-12-23

0

mama Al

mama Al

benar

2022-11-13

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!