Tuduhan Tak Berdasar

"S-saya, Tuan?" tanya Kejora sambil menunjuk diri sendiri. Tatapan penuh kebingungan dan keheranan itu sangat jelas di wajah Kejora.

Nicholas menatap sengit. Melipat tangan di atas dada setelah selesai menunjuk Kejora tadi. Tatapan dingin nan angkuh itu berhasil membuat nyali Kejora menciut. Bahkan nyaris tidak berani menatapnya.

"Apa jari telunjukku kurang jelas?" sinis Nicholas menjawab. Tatapan matanya pun tidak kalah menakutkan dari jawaban yang Nicholas kemukakan.

"Kejora, kau ikut saja dengan kami sekarang. Masalah seragam, bisa kau ganti nanti," putus Zein memecah keheningan di antara dua insan tadi yang saling bertatapan.

"T-tapi saya ada kerjaan," sangkal Kejora begitu gugup.

"Kerjaan bisa nanti. Sekarang ikutlah kami dulu."

Kejora tidak bisa menolak. "Baik, Pak."

"Baiklah. Tuan, mari ikut saya ke ruangan." Zein lebih dulu mempersilahkan Nicholas untuk berjalan di depannya. Ketika pria itu sudah berjalan, dia mengimbangi di sebelahnya untuk menunjukkan arah jalan menuju ruangannya.

Kejora mengikuti di belakang orang-orang itu dengan perasaan gugup. Di dalam lift pun ia hanya bisa menunduk dan menggigit bibir bawah ketakutan. Hanya dengan melihat wajah pria itu membuat Kejora ingat bagaimana dia diperlakukan dengan kasar.

"Mari masuk, Pak." Zein mempersilahkan tamunya untuk duduk di salah satu kursi yang di depannya ada meja panjang untuk meeting. Dia tidak jadi membawanya ke ruangan karena sebelumnya sudah mendapatkan informasi bahwasanya ruangannya sedang disterilisasi.

Nicholas dengan gagahnya duduk di salah satu kursi tersebut. Membuka bagian bawah kancing jasnya supaya tidak terasa sesak. Sang asisten juga sudah sedia berada di sisinya. Akan tetapi, tatapan Nicholas malah teralihkan pada Kejora yang nampak berdiri di sebelah manager hotel itu dengan kedua tangan yang menaut di depan paha.

"Bagaimana, Pak? Apa ada suatu masalah?" tanya Zein.

Nicholas tersenyum. "Ada sesuatu yang harus kupastikan. Bolehkah aku meminta salinan rekaman CCTV dua hari lalu?"

"Memangnya ada apa? Apa ada yang menganggu kenyamanan Anda?"

"Ada sesuatu yang ingin kupastikan kejelasannya," jawab Nicholas sambil melirik Kejora.

Kejora diam-diam meresapi perkataan itu. Ia tidak berani menatap. Menunduk saja dengan kedua tangan yang saling meremas. Kejora sempat merasa bahwa ia sedang dibicarakan saat ini.

Namun, bukankah malam itu pria itu dalam keadaan mabuk? Bukankah orang yang mabuk tidak akan ingat pada kejadian yang terjadi sebelumnya?

"Baiklah. Kejora, tolong katakan pada tim di ruangan CCTV untuk memberikan salinan rekaman pada tanggal di mana Tuan Nicholas menginap," suruh Zein melihat Kejora yang awalnya menunduk itu.

Kejora mendongak dan mengangguk. "Baik, Pak."

"Kau saja yang melakukannya," sela Nicholas yang melihat Kejora hendak beranjak. Mengundang tatapan aneh dari manager hotel yang berada di sisinya.

"B-bagaimana, Tuan?" Zein menaikkan sebelah alis.

Nicholas menatap lekat. "Maksudku kau saja yang mengambilnya. Ada sesuatu pekerjaan yang akan kuberikan padanya."

Zein nampak berpikir. Sebelum akhirnya ia menyetujui usulan itu. Memang pada dasarnya Kejora tadi dibawa karena ada sesuatu yang harus dilakukan. Zein pun bangkit dari kursi dan berpamitan untuk menuju ruang CCTV. Diikuti dengan asisten Nicholas yang keluar dari ruangan meeting tersebut.

Di dalam ruangan itu hanya tinggal Kejora dan Nicholas yang saling terdiam dalam kecanggungan. Kejora merasa takut sekaligus gugup. Apalagi hanya tinggal berdua dengan orang asing seperti ini membuatnya merasa sesak. Kejora akhirya memberanikan diri untuk menatap Nicholas yang nampak memainkan bolpoint di tangannya.

"Pekerjaan apa yang harus saya lakukan, Tuan?" tanya Kejora gugup.

Nicholas menghentikan gerakannya memutar bolpoint di tangan. Menaruhnya di atas meja. Tatapan dingin darinya dia perlihatkan kepada Kejora yang nampak berdiri penuh kecanggungan.

"Duduklah," suruh Nicholas.

"D-duduk?" Kejora membulatkan mata.

"Apa perkataanku kurang jelas?"

Kejora segera menarik kursi dan duduk berhadapan dengan Nicholas ketika mendengar nada bicara tidak mengenakkan itu. Tetap saja Kejora tidak berani untuk menatap wajah pria itu. Dia hanya bisa menunduk dan tidak mengatakan apa pun.

"Angkat wajahmu. Aku tidak suka orang yang memalingkan muka jika berbicara denganku," sarkas Nicholas menyindir.

Kejora dengan gugup menatap Nicholas yang berada di depannya. Kejora sempat tersihir. Pesona Nicholas mampu membius tatapannya. Apalagi dengan postur tubuh juga garis tegas wajah milik pria itu yang nampak menambahkan kesan tampan berlipat ganda. Namun, Kejora tidak bisa merubah stigma bahwa pria itu yang merenggut kesuciannya.

Nicholas mencondongkan tubuhnya ke depan dengan kedua tangan menyilang di atas meja. Menatap kedua bola mata Kejora yang nampak menyiratkan wajah kebingungan.

"Katakan, apa yang terjadi malam itu di antara kita," ungkap Nicholas datar.

Kejora meneguk ludah kasar. "A-apa yang terjadi? M-malam apa yang Anda maksud, Tuan? Saya ... Saya tidak mengerti maksud Anda."

"Kau benar-benar tidak tahu apa berpura-pura tidak tahu, hah?" Nicholas menyipitkan mata. Meragukan ucapan wanita di hadapannya.

"Saya ... saya benar-benar tidak tahu apa maksud Anda, Tuan. Saya tidak tahu apa pun," jawab Kejora berohong.

Nicholas pun menggebrak meja karena geram dengan kepura-puraan itu.

"Jangan berlagak tidak tahu, sialan! Katakan, apa ini juga sebagian dari rencanamu? Aku yakin, kau ada niat buruk dengan menjebakku lalu mengikatku seolah-olah aku memperkosamu, kan?" tebak Nicholas tidak tanggung-tanggung.

Kejora menggeleng pias. "Jangan sembarangan bicara, Tuan. Saya ... saya tidak tahu apa maksud Anda!"

Nicholas mengerutkan kening, heran. Ia memalingkan sambil memainkan bibir ketika Kejora menjawabnya dengan dusta. Nicholas lantas mengambil sesuatu di saku jasnya lalu menaruhnya di atas meja untuk memancing Kejora.

"Apa kau mau mengatakan bahwa itu bukan milikmu?" tukas Nicholas.

Kejora menatap kartu pekerjanya yang ada di atas meja dengan nanar.

"Sudahlah, jangan berpura-pura lagi. Aku sudah tahu semuanya. Jadi katakan sekarang, apa maksudmu menjebakku malam itu!" Nicholas menatap tajam Kejora yang menunduk.

Kejora mendongak. "Menjebak? Apa maksud Anda dengan menjebak?"

"Ya, menjebak! Kau memberi obat perangsang pada minuman dan menyuruh pegawai lain untuk memberikannya padaku. Lalu kau datang ke kamarku karena sudah tahu aku dalam pengaruh obat dan saat itu juga kau menjalankan rencana licikmu. Benar, kan?" jawab Nicholas dengan tegas.

"A-apa?" Kejora tidak percaya.

"Apalagi, kau ingin membuatku bertanggung jawab dan menikahmu begitu? Cuih, jangan harap! Aku tidak akan memberikan pertanggung jawaban apa pun padamu! Terlebih pada wanita licikmu sepertimu!" Nicholas bersuara lantang.

"Apa maksud Anda? Kenapa Anda menuduhku seperti itu? Kalau saja Anda lupa, bahwa di sini lah saya yang jadi korbannya!" sentak Kejora sambil menunjuk dirinya sendiri.

Nicholas masih tidak percaya. "Apa kau sedang berusaha untuk memutar balikkan fakta? Sudahlah, jangan berakting lagi. Aku sudah muak! Wanita seperti kalian sudah bisa kutebak jalan pikirannya!"

Kejora sampai berdiri dari duduknya. Menghadap Nicholas yang masih menuduhnya.

"A-apa? Apa Anda lupa bahwa Anda sendiri yang menarikku masuk ke kamar dan memperkosaku dengan kasar? Saya hanya mengantarkan koper milik Anda yang tertukar, sama sekali tidak tahu menahu soal kondisi Anda yang dipengaruhi obat!" jawab Kejora dengan berteriak. Ia sama sekali tidak tahu kenapa bisa dituduh seperti itu.

Nicholas mengamati wanita yang tengah mengatur napas itu. Sama sekali masih tidak mempercayainya.

"Kenapa harus mengantarkan koper malam itu juga? Dan waktunya sangat bertepatan waktu aku terpengarauh obat!" balas Nicholas sinis.

"Anda yang memintanya sendiri. Saya hanya menjalankan tugas. Tapi Anda malah memperkosa saya. Dan seharusnya di sini, saya lah yang lebih tepat untuk marah. Bukan Anda!" Kejora menatap kesal.

Nicholas memundurkan wajahnya melihat wanita di depannya berbalik menyerang. Timbul keraguan di hatinya atas pernyataan yang menyatakan bahwa dirinya lah yang bersalah, bukan bagian dari rencana wanita licik itu.

"Apa kau pikir aku akan percaya begitu saja pada perkataanmu?" sinis Nicholas menjawab.

Kejora benar-benar tidak habis pikir lagi.

"Terserah Anda percaya atau tidak. Yang jelas mahkota yang selama ini saya jaga sudah hilang. Dan itu semua akibat perbuatan bejat Anda!" teriak Kejora masih tidak terima.

Nicholas berdecak. "Halah, Jangan berlagak sok suci! Kau bekerja di sini belum tentu juga tidak bekerja sampingan melayani tamu, kan? Jangan pura-pura merasa paling tersakiti di hadapanku!"

"Anda benar-benar keterlaluan, Tuan. Perlu Anda ketahui bahwa saya bukan wanita murahan! Saya tidak seperti yang Anda tuduhkan! Saya masih suci, tapi ... Anda malah merenggutnya begitu saja!" seru Kejora tidak terima dituduh sebagai wanita penjaja tubuh. Sudut matanya mengeluarkan buliran air mata.

Nicholas melihat air mata itu. Ia baru ingat bahwa pagi itu ia melihat adanya bercak darah di ranjang dan mungkin saja itu adalah darah keperawanan dari Kejora.

Dengan masih tatapan dingin, Nicholas menatap Kejora yang berantakan di hadapannya.

"Baiklah, anggap saja aku yang bersalah. Katakan, pertanggung jawaban apa yang kau inginkan? Berapa banyak uang yang kau mau? Aku bisa mentransfernya sekarang. Tapi sebagai gantinya jangan membocorkan apa pun ke media!"

***

Jangan lupa like, comment, dan vote cerita ini, ya..

Selamat membaca

Terpopuler

Comments

Sri Faujia

Sri Faujia

dengan lantang ny kau ngmong ntang kmu org kaya jgn sepele ,ayo kejora lawan tu cwok seenak ny jidat ny klo bicara

2022-10-27

1

A.0122

A.0122

ayo debat trus

2022-10-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!