Menghilangkan sisa percintaan

"Kejora, cepat keluar. Nenek sudah memasak. Sarapanlah dulu."

Kejora diam tidak menjawab. Ia menggosok-gosong tubuhnya dengan kasar dan kuat lalu menyiramkan air berulang kali untuk menghilangkan sisa-sisa cumbuan tidak beradab pria asing yang merenggut kesuciannya itu. Namun, berulang kali ia melakukannya, Kejora masih merasa dirinya kotor, dan tetap kotor.

"Kejora, sedang apa kamu di dalam? Apa kamu baik-baik saja? Sudah satu jam kamu di sana, apa tidak kedinginan?" Pintu diketuk berulang kali oleh seorang wanita tua renta karena khawatir dengan cucunya.

Kejora menoleh. "Kejora mandi, Nek. Sebentar lagi Kejora keluar."

"Baiklah. Nenek tunggu di meja makan."

Kejora tersenyum sinis kala mendengar suara langkah menjauh dari arah pintu kamar mandi. Isak tangis Kejora semakin keras. Berulang kali ia memukul dan menggosok tubuhnya untuk menghilangkan noda di tubuhnya, tapi sama sekali tidak membuat dirinya merasa lebih baik. Untung saja air keran di kamar mandi ia buka sehingga suara tangisannya tidak akan terdengar dari luar.

Kejora merasa dirinya hina. Ia merasa kotor dan tidak pantas lagi hidup. Kejora sudah membuat malu dan memberikan aib pada keluarganya jika sampai tahu masalah ini. Kejora tidak berani memberitahu masalah ini kepada neneknya karena khawatir bahwa neneknya akan membenci, membuangnya ke jalanan dan menelantarkannya. Sama seperti yang dilakukan oleh orang tuanya.

Kejora memejam. Rasa sesak di dadanya kian menjadi. Sudah satu jam dia di dalam kamar mandi, tapi sama sekali tidak merasakan kedinginan atau menggigil. Kejora mati rasa. Hatinya begitu hancur sampai tidak tahu harus melakukan apa.

Kejora meraih handuk, mengelap sisa air di tubuhnya. Memakai baju yang sudah ia siapkan tadi dan segera keluar dari kamar mandi. Bagaimanapun Kejora tidak mau membuat neneknya merasa khawatir dengan keadaan dirinya.

"Akhirnya kamu keluar juga, Kejora. Nenek sampai berpikiran negatif kenapa kamu tidak segera keluar dari kamar mandi," tukas sang nenek merasa khawatir. Namun, merasa lega ketika sang cucu sudah duduk di kursi dekat meja makan.

Kejora tersenyum pias menanggapi.

"Astaga, bibirmu pucat sekali. Apa kamu sedang sakit?"

"Tidak, Nek. Mungkin karena airnya dingin jadi membuat bibirku pucat," kilah Kejora berusaha meyakinkan keraguan dari neneknya.

"Lagian kamu berada di dalam kamar mandi selama itu melakukan apa saja, Kejora?" Ratih——neneknya Kejora——menghela napas. "segeralah sarapan. Nanti keburu dingin."

Kejora mengangguk. Lauk sederhana, ada sayur dan tahu tempe sebagai menu andalan. Maklum, Kejora belum gajian bulan ini jadi hanya makan dengan lauk seadanya.

"Di mana Bimo, Nek? Apa dia tidak sarapan?" tanya Kejora karena tidak melihat sang adik datang di meja makan. Biasanya bocah itu yang datang paling awal untuk sarapan.

"Entahlah adikmu itu. Tadi Nenek sudah ke kamarnya. Tapi kapan dia akan keluar, Nenek juga tidak tahu." Ratih menyuapkan makanan ke mulutnya.

"Bimo! Keluar, Dek! Ayo sarapan!" teriak Kejora dari meja makan. Kebetulan kamarnya dekat dengan meja makan, makanya Kejora hanya berteriak tanpa mendatangi kamar tersebut.

Tidak lama seorang anak kecil datang dari kamar dan langsung duduk dengan wajah murung. Kejora yang melihat itu merasa kebingungan. Tidak biasanya adiknya itu murung seperti ini.

"Bimo, ada apa dengan wajahmu itu? Lalu, kenapa masih baju santai, apa kau tidak akan berangkat sekolah?" heran Kejora sambil melihat adiknya yang masih menunduk.

"Benar kata kakakmu. Sebenarnya kamu itu kenapa, Bimo? Tidak biasanya kamu seperti ini," sahut Ratih juga merasa bingung dengan tingkah cucu keduanya itu.

Bimo mendongak. Linangan air mata itu masih jelas menetes dan mengalir di pipinya. Kejora membulatkan mata, melihat adiknya yang menangis membuatnya kalut. Tidak biasanya bocah itu menangis seperti ini.

"Kenapa kamu menangis? Katakan pada Kakak," desak Kejora.

"Aku diolok-olok oleh teman-temanku karena memakai sepatu yang robek, Kak. Aku tidak mau sekolah. Aku malu!" ungkap Bimo sambil terisak.

Kejora tercekat. Hatinya tersayat mendengar pengakuan adiknya. Kejora tidak tahu bahwa adiknya menanggung rasa malu selama itu. Ia pikir dengan keceriaan Bimo selama ini memang nyata, ternyata hanya topeng saja.

"Aku iri pada teman-temanku yang punya keluarga lengkap. Mereka dimanja dan diantar jemput oleh orang tua mereka ke sekolah menggunakan mobil, sementara aku? Aku harus mengayuh sepeda butut ke sekolah sendirian lalu diejek-ejek karena tidak punya orang tua. Sebenarnya kenapa orang tua kita begitu jahat sampai membuang kita, Kak?"

Kejora tidak bisa lagi membendung air matanya. Bangkit dari kursi dan mendekatkan diri kepada adiknya yang sudah berlinangan air mata lalu memeluknya erat. Memberikan kekuatan pada bocah kecil itu.

"Aku rasa Tuhan tidak adil sama kita, Kak. Kita sudah miskin, tidak punya orang tua. Apa Tuhan mau membuat kita hancur lagi dengan membuat semua orang menghina kita?" tanya Bimo pilu.

Kejora menggeleng. Menghapur air mata adiknya. "Tidak, Bimo. Tuhan pasti punya rencana terbaik untuk kita. Tuhan hanya memberikan jalan yang sedikit berbeda pada kita."

"Tapi jalan yang diberikan Tuhan pada kita sangat sulit, Kak," balas Bimo mampu membuat Kejora bungkam seribu bahasa.

Kejora jadi berpikir, apakah memang Tuhan tidak berlaku adil padanya? Ditelantarkan orang tua, hidup kekurangan juga dicemooh oleh banyak orang, kesuciannya direnggut paksa oleh orang yang tidak dikenal. Masalah seakan terus saja berdatangan sampai Kejora muak untuk bertahan.

"Kamu yang sabar, Bimo. Kalau Kakak sudah gajian nanti, Kakak akan membelikan sepatu baru untukmu. Agar kamu tidak lagi diejek oleh mereka," tutur Kejora penuh keyakinan.

***

"Sudah mendapatkan informasi tentang wanita itu?"

Nicholas menurunkan kacamata lalu meletakkannya ke meja. Sebelumnya ia sudah mengutus orang untuk menyelidiki siapa yang masuk ke kamarnya malam itu. Nicholas juga berpikir bahwa luka di keningnya pasti perbuatan dari wanita itu.

"Sudah, Tuan. Namanya adalah Kejora Ayodya, salah satu housekeeper yang baru bekerja selama dua bulan belakangan ini. Saya sudah merangkum semua riwayat hidupnya dalam berkas ini. Anda bisa menelisiknya sendiri." Asisten Nicholas bernama Hans memberikan berkas tersebut kepada atasnnya.

Nicholas membuka berkas itu lalu melihat riwayat hidup dan profile wanita yang ia tiduri malam itu. Nicholaa merasa terkejut ketika mengetahui usia dari wanita tersebut. Ternyata masih sangat muda.

"Usianya baru dua puluh tahun?" heran Nicholas.

"Benar. Dia hanya lulusan SMA, lalu bekerja di sebuah hotel atas rekomendasi seseorang di sana," jawab Hans menjelaskan.

"Siapa yang merekomendasikannya? Setahuku hotel itu tidak sembarangan memperkerjakan orang. Persyaratannya untuk bekerja juga lumayan sulit. Dengan kualifikasi wanita ini, aku yakin dia tidak akan diterima dengan mudah bekerja di sana tanpa bantuan orang dalam." Nicholas mengemukakan pendapatnya, karena dia lumayan tahu bagaimana grafik pekerja di hotel yang ia gunakan untuk bermalam waktu itu.

"Saya mendapatkan informasi bahwa manager dari hotel—Tuan Zein—yang membawa dan merekrut secara pribadi Nona Kejora untuk bekerja di sana."

Nicholas mengelus rahangnya sendiri. Merasa aneh. "Seorang manager turun tangan merekrut pekerja? Aneh sekali."

Hans juga menyadarinya. "Lalu apa yang harus saya lakukan, Tuan? Apa memanggil Nona Kejora untuk datang ke mari?"

Nicholas menggeleng. Dia meletakkan berkas ke meja lalu berdiri dari kursi kebesarannya. Pria itu berjalan menuju kaca besar dalam ruangannya untuk melihat kondisi sekitar dari atas gedung.

"Tidak usah. Aku akan memeriksanya sendiri. Kau pergilah."

Hans segera pergi dari ruangan. Nicholas lantas mengambil kartu pekerja di saku jasnya lalu mengangkat tinggi-tinggi kartu itu.

"Kenapa kau bisa ada di sana waktu aku tidak sadar. Apa ini sebagian dari rencanamu?"

Terpopuler

Comments

Sri Faujia

Sri Faujia

jgn pandang mata sebelah pak ,rendah ny seseorg tau hina dia bukan pelacur

2022-10-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!