‘Bruk’
“Eh, maaf,” ucapnya yang tiba-tiba saja terkejut dengan siapa yang sudah dia tabrak.
“Mas Arya?!” gumamnya dalam hati.
Kania pun langsung hendak melanjutkan langkahnya namun sayang masih bisa di tahan oleh Arya.
“Ikut aku.”
Arya menarik tangan Kania dan lagi-lagi membawanya ke ruang olah raga.
“Ada apa sih, Pak?” tanya Kania kesal karena saat ini orang yang paling tidak ingin dia temui adalah Arya.
“Kan, minggu nanti aku akan benar-benar datang untuk melamarmu. Jika sampai kamu menolakku lagi, maka aku akan katakan pada orang tuamu kalau kamu sudah mengandung anakku,” ucap Arya mengancam.
Mendengar ucapan Arya seperti itu, Kania pun langsung menjauhi Arya.
“Pak, Bapak itu sudah gila ya? Bisa-bisanya Bapak memfitnah siswa Bapak sendiri di depan orang tuanya,” ucap Kania kesal dengan cara berpikirnya Arya.
“Fitnah? Kalau iya kenapa? Ini kan supaya kamu tetap mau menerima lamaranku dan akhirnya menikah denganku,...” ucap Arya, “coba sekarang kamu pikir lagi, jika kamu menolak, aku pasti akan bilang seperti itu ke orang tuamu dan ujung-ujungnya kita pasti tetap menikah tapi dengan nama baikmu yang buruk atau kamu menerima lamaran ini dengan keikhlasan hatimu. Kamu pilih saja.”
Setelah mengatakan hal tersebut, Arya pun pergi. Namun di tengah perjalanan, dalam hatinya bergumam, “Maafin aku, Kan. Aku benar-benar ingin menjagamu di sisiku dan membuatmu kembali jatuh cinta padaku.”
Sementara itu di saat bersamaan, Kania yang ditinggalkan sendirian oleh Arya ini pun terduduk lemas sambil menunduk dan bergumam, “Kenapa aku masih gak bisa berlari juga? Kenapa aku harus lagi-lagi kembali ke dasar jurang yang sama. Kenapa?”
Tanpa disadari, Kania pun meneteskan air mata pedih.
***
Di dalam kelas, Kania hanya menunduk lesu. Dia sama sekali tidak ada semangat untuk belajar hari itu.
“Kan, lo baik-baik aja kan?” tanya Gylsa.
Kania pun hanya menggeleng-gelengkan kepalanya tanpa menyahut sepatah kata pun.
“Kan, ada apa? Kalau lo ada masalah, cerita aja ke kita. Ya kan Fik?” ucap Gylsa dan Fiko pun mengangguk.
Walau teman-temannya sudah mengatakan hal itu, tapi Kania masih tetap saja diam tidak menjawab sehingga membuat ke dua temannya itu tidak tahu lagi harus berbuat apa.
Hingga jam pelajaran pun akhirnya dimulai, Kania masih tetap saja diam termangu dan larut dalam pikirannya sendiri. Dia masih tetap tidak bisa terima jika dia harus kembali seperti dulu.
Waktu pun terus berjalan tanpa dia sadari. Dengan masih termangu, dia pun mencorat-coret selembar halaman kosong di buku tulisnya.
“Kan, lo gak mau ke kantin?” tanya Gylsa.
Kania pun menggelengkan kepalanya dan kemudian menyahut, “Gue gak nafsu, Gyl. Kalian berdua pergi aja ke kantin. Gue gak apa-apa sendirian di kelas.”
Baik Gylsa maupun Fiko, keduanya sama-sama saling menatap satu sama lain hingga akhirnya Gylsa pun berkata, “Ya udah Kan. Kita ke kantin dulu ya. Lo mau ada yang di pesan gak?”
Kania pun menggelengkan kepalanya.
Mendapatkan jawaban seperti itu, ke dua temannya ini pun akhirnya pergi ke kantin meninggalkan Kania yang sedang galau.
***
Satu hari telah berlalu begitu saja dan kini tibalah saatnya untuk pulang. Namun sebelum pulang, Gylsa pun berkata, “Eh ini gimana tugas dari Pak Arya? Kita jadi gak ngerjain bareng-bareng?”
Sambil mengambil tas, Kania pun berkata, “Jujur. Gue sebodo amat sama pelajaran dia. Gak penting.”
Kania pun langsung pergi begitu saja meninggalkan Gylsa dan juga Fiko.
***
Malam hari di kediaman Arya..
“Hen, bagaimana perkembangannya? Apa sudah sesuai dengan apa yang kita harapkan?” tanya Arya.
“Iya, Tuan. Semuanya sudah ada di dalam kendali kita,” sahut Henry.
“Bagus. Sekarang kamu pulang lha dulu. Sebab besok, aku ada tugas penting untukmu,” ucap Arya.
“Baik Tuan.”
Sesaat setelah Henry pergi, tiba-tiba saja telepon Arya berdering.
“Halo Yah,” sapa Arya pada Ayahnya, Surya Dinata.
“Nak, dengar-dengar Minggu ini kamu akan melamar seorang gadis. Apakah kamu benar-benar mencintainya atau hanya karena bisnis saja?” tanya Ayah Surya to the point.
“Aku benar-benar mencintainya Yah,” sahut Arya mantap.
“Baguslah kalau begitu. Ayah akan mendukung keputusanmu. Tapi ingat, pernikahan hanya untuk satu kali dan kamu gak boleh bermain-main akan hal itu,” pesan Ayah Surya.
“Tentu saja, Yah. Aku tidak akan pernah mau main-main soal itu,” sahut Arya lagi dengan mantap.
“Bagus. Ayah bisa tenang sekarang,” ucap Ayah Surya yang kemudiannya langsung menutup teleponnya.
Di saat yang bersamaan namun di tempat yang berbeda..
Kania duduk di bangku meja belajarnya. Dia dari pagi hingga detik itu masih saja memikirkan soal lamaran. Dia benar-benar tidak habis pikir, ternyata memang semuanya dari awal belum lha berubah. Garis takdir yang tidak ingin dia lewati, masih tetap saja harus dia lalui.
“Oh. Sungguh tidak adakah cara lain?” gumamnya.
***
Pagi hari pun tiba. Dengan mata yang lelah akibat semalaman tidak bisa tidur, Kania pun berjalan menuju ruang kelas.
Namun ketika sampai, siapa sangka...
“Kan, tugas Kan,” ucap Gylsa panik.
“Kenapa sama tugas, Gyl?” tanya Kania santai.
“Kok kenapa sih?! Itu tugasnya harus benar-benar di kumpulkan sekarang,” ucap Gylsa.
“Oh. Terus?” tanya Kania masih dengan logat santainya.
“Terus lo udah kerjain belum?” tanya Gylsa yang cemas.
“Belum,” ucap Kania sambil menaruh tasnya dan pergi.
“Eh.. Lo mau ke mana?” teriak Gylsa memanggil Kania.
“Gue mau madol aja. Lagi males belajar,” sahut Kania yang juga sambil teriak.
Tak selang berapa lama dari Kania pergi, Arya pun masuk ke dalam kelas dan kegiatan pertamanya adalah mencari keberadaan Kania.
“Ke mana nih anak? Tas nya ada tapi kenapa orangnya gak ada,” gumam Arya yang tidak berhasil menemukan sosok Kania.
Dan kemudian..
“Baik. Sekarang kumpulkan tugas kalian ke depan, setelah itu kerjakan soal ini. Hari ini harus selesai,” ucap Arya kesal.
“Yaaaaaa.. Bapak,” protes hampir seluruh siswa satu kelas.
“Sudah. Tidak ada alasan. Selesai gak selesai, langsung kumpulkan dan taruh di meja saya di Kantor,” ucap Arya lagi yang kemudian langsung pergi sambil membawa tumpukan buku tugas siswa.
***
Sementara itu di saat yang bersamaan dan di tempat yang berbeda. Kania yang dari awal sudah merasa mengantuk ini pun akhirnya bersembunyi di bawah pohon besar belakang sekolah.
“Haiss.. ternyata kamu masih saja suka madol dan tidur di sini,” ucap Arya.
Kania yang hampir saja akan bermimpi indah, tiba-tiba saja terbangun dan terkejut.
“Ba—bapak kenapa tahu saya ada di sini?” tanya Kania yang merasa hanya dirinya lah yang tahu tentang kebiasaannya bersembunyi di tempat tersebut.
Sambil melipatkan kedua tangannya di depan dadanya, Arya pun berkata, “Menurutmu?”
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Pasti di kehidupan dulu,Mereka terpaksa menikah tapi Arya selalu nyakitin Kania, Sekarang dia nyesel,dan di kehidupan kedua Arya ingin memperbaiki hubungannya dgn Kania..Kenapa di mana2 novel selalunya wanita yg tersakiti?? Setelah itu dengan seenaknya si prianya minta maaf dengan kata MENYESAL,Dan dgn mudahnya juga di maafin,Dan hujung2 nya hidup bahagia .😌
2025-02-23
0
Qaisaa Nazarudin
Kalo masih alur yg sama kamu laluin ngapain harus ada kesempetan kehidupan kedua,Tapi tdk kamu manpaatin dgn baik..
2025-02-23
0
Qaisaa Nazarudin
Aneh aja mencintai anak kecil,kayak gak ada yg seumuran aja..
2025-02-23
0