Mendapat teguran itu, Kania pun akhirnya melihat ke arah orang tersebut dan..
“Lagi?”
Arya pun tersenyum dalam hati melihat ekspresi Kania. Sedangkan Kania, jangan di tanya. Dia sangat kesal sekali melihat Arya.
“Baik. Kenalkan, nama saya Arya Dinanta. Saya yang akan menjadi wali kelas kalian,...” ucap Arya memperkenalkan diri, “saya harap ke depannya kalian akan mengikuti pelajaran saya dengan serius dan tidak main-main.”
Di saat yang bersamaan...
“Cih. Ogah. Mending gue madol aja deh dari pada harus ketemu lo terus,” gerutu Kania dalam hati.
“Ok. Sebelum kita mulai pelajarannya, kita tentukan dulu tatanan pengurus kelas. Adakah empat orang di antara kalian yang ingin mencalonkan diri?” tanya Arya yang melihat ke semua siswanya di dalam kelas.
Mendapatkan pertanyaan itu, kelas yang tadinya hening, tiba-tiba riuh dengan bisik-bisik para siswa.
Walau begitu, tidak untuk Kania. Dia sepertinya cukup tidak peduli dengan soal itu. Karena bagi dia yang terpenting adalah bagaimana caranya agar dia tidak terlibat banyak urusan dengan Arya.
“Ya sudah.. Ya sudah.. Jika memang tidak ada dari kalian yang mencalonkan diri, bagaimana kalau saya yang akan memilihkannya,” ucap Arya.
Mendengar ucapan Arya, seluruh siswa di dalam kelas pun spontan langsung menjawab, “Setuju!”
Hal ini membuat Arya tersenyum.
“Baik. Untuk Nama-nama yang saya sebutkan, tolong maju ke depan,” Pinta Arya.
“Baik Pak,” sahut serentak semua siswa.
“Bagus. Saya mulai panggil ya,...” ucap Arya, “Davi, Novi, Farid dan terakhir, Kania. Tolong ke empatnya maju ke depan terlebih dahulu.”
Di saat yang bersamaan, Kania yang tidak sadar namanya di panggil ini pun hanya diam tak bergeming.
Ketika ke tiga orang lainnya sudah ada di depan, Kania masih duduk diam di bangkunya sambil mencoret-coret buku tulisnya.
Arya yang heran dengan sikap Kania ini pun akhirnya datang menghampiri meja Kania.
‘Tuk tuk tuk’
Arya mengetukkan pulpennya di atas meja Kania sehingga yang empunya meja pun tersadar dan spontan mendongakkan kepalanya ke atas.
“Maju!” perintah Arya tegas.
“Buat apa?” tanya Kania.
Mendapatkan pertanyaan itu, membuat wajah Arya mejadi merah padam dan hal ini dapat dilihat jelas oleh Gylsa.
“Kan, maju. Kamu terpilih jadi pengurus kelas,” bisik Gylsa sambil menepuk pundak Kania dari belakang.
Mendengar ucapan Gylsa, Kania pun langsung menyahut, “Oh. Gak mau.”
Hal ini sontak membuat darah Arya pun mendidih.
“Kaniaaaaaaa! Maju sekarang juga!” bentak Arya sehingga membuat seluruh siswa yang di dalam kelas merasa ikut tegang dan takut.
Kania pun menatap ke arah Arya dengan tatapan kebencian.
Sambil berdiri, Kania pun berbisik, “Ternyata memang benar ini sifat aslimu.”
Sesudah mengatakan itu, Kania pun langsung berjalan ke depan kelas meninggalkan Arya yang masih terdiam termangu.
Dia sangat terkejut dengan apa yang barusan dikatakan Kania barusan padanya.
Saat Arya sedang larut dalam pikirannya, tiba-tiba Kania berteriak, “Halo. Bapak yang paling ganteng sejagat raya. Sekarang udah lengkap empat orang di depan nih. Setelah ini mau ngapain lagi?”
Mendengar ucapan Kania yang seperti sedang mengejeknya itu, tanpa dia sadari, dia pun mengepalkan tangannya kesal. Namun di saat yang bersamaan dia pun tersadar, kalau dia tidak boleh melakukan kesalahan yang sama seperti masa lalunya.
Dengan menarik nafas panjang, Arya pun bergumam, “Haiss.. Kania oh Kania. Sepertinya kamu sengaja membuatku kesal. Baiklah. Anggap saja saat ini kamu sedang balas dendam padaku dan aku akan menerimanya.”
Arya pun langsung maju ke depan dan kemudian memberitahukan posisi-posisi pengurus kelas beserta tugasnya.
Dalam tatanan pengurus kelas ini di jelaskan bahwa yang menjadi ketua kelas adalah Davi, Wakil ketuanya adalah Novi, Sekretarisnya Farid dan otomatis bendaharanya adalah Kania.
Kania yang mendapati tugas sebagai bendahara ini pun hanya bisa diam. Karena buat dia, sangat percuma juga dia protes, yang ada juga tidak akan di dengar.
Hanya bisa mencari cara agar kejadian waktu itu jangan sampai terulang lagi, itulah yang bisa Kania lakukan saat ini.
Setelah semuanya sudah disepakati, akhirnya pelajaran pertama pun langsung di mulai.
***
Dua jam pelajaran Arya pun telah berakhir. Kania yang sudah merasa jenuh ini pun akhirnya merasa lega dan saat pergantian jam berlangsung, Kania pun memutuskan untuk pergi ke toilet.
Belum juga dia sampai di tempat tujuan, tiba-tiba saja tangannya di tarik masuk ke dalam ruang olah raga oleh seseorang.
Saat itu, pelajaran praktek olah raga memang belum lha aktif. Sehingga menjadikan ruangan tersebut pun kosong.
Kania yang di tarik tangannya ini pun terkejut. Ingin rasanya dia berteriak namun sayangnya mulutnya langsung di bungkam oleh seseorang.
Ketika berusaha melepaskan bungkaman tangan tersebut, namun betapa terkejutnya Kania karena orang yang dia lihat adalah...
“Mas Arya!?” gumamnya dalam hati.
“Kan, diam dulu. Jangan berteriak,” perintah Arya yang langsung diangguki kepala oleh Kania.
“Haaaa.. Haaaa...”
Nafas Kania pun terengah-engah.
“Pak, Bapak tuh ngapain sih? Dari tadi pagi bersikap aneh sama aku. Apa kita sebelum ini punya dendam?” celetuk Kania.
Arya pun terdiam. Dia masih bingung dengan apa yang harus dia lakukan. Apakah dia harus berkata jujur kalau dia sebenarnya hidup kembali atau kah ini belum waktu yang tepat untuk mengatakannya.
Di tengah-tengah Arya termenung, tiba-tiba saja lagi-lagi Kania berkata, “Pak, hallo. Bapak ini kenapa sih!? Ya sudah kalau memang gak mau jawab. Aku pergi.”
Belum juga Kania melangkahkan kakinya menjauh dari Arya, tiba-tiba saja...
“Aku mencintaimu,” ucap Arya.
Mendengar ucapan Arya, Kania pun mengurungkan langkahnya dan kemudian berbalik lalu menatap wajah Arya. Hingga beberapa saat kemudian...
“Pak, beneran deh. Aku gak kuat. Mau ke toilet,” ucap Kania yang langsung berlari ngibrit sehingga membuat Arya menepuk keningnya.
Setelah beberapa saat kemudian, di dalam toilet, Kania pun langsung membasuh wajahnya dengan air dan kemudian bercermin.
“Hadeuh. Gila. Di hari pertama sudah mendapatkan cobaan yang begitu besar seperti ini. Tapi setelah di pikir-pikir, bukankah waktu itu tidak ada kejadian pernyataan cinta seperti ini!? Apakah ada sedikit perubahan takdir kalau begini caranya?” gumam Kania dalam hati lalu kemudian menepuk-nepuk ke dua pipi nya agar tersadar dari pikiran yang aneh.
Sementara itu di saat yang bersamaan dan di tempat yang berbeda...
“Halo,” ucap Arya saat menerima panggilan masuk.
“Tuan, semuanya sudah selesai di urus. Ternyata memang benar ada kejadian seperti itu,” lapor Henry melalui panggilan telepon.
“Bagus. Kita lakukan saja sesuai rencana. Ingat, jangan sampai ada yang tahu soal ini,” ucap Arya.
“Baik Tuan,” sahut Henry dan panggilan pun diakhiri.
Dan sesaat setelah itu...
“Kania, tidak peduli apa pun yang terjadi. Aku akan melindungimu di kehidupan ini.”
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments