Isi Hati Sky

Dua hari berlalu, kedatangan taxi berwarna biru membuat kaki Davis melaju dengan cepat untuk menuju gerbang pintu. Kedua telapak tangan sudah menyandar bagus di masing-masing sisi pinggang, pelototan mematikan juga sudah Davis layangkan.

Senyum Sea melebar melihat sosok gagah Ayah-nya meski ia tahu betul apa yang akan pria tua itu katakan. "Selamat sore pa." sapa Sea terlebih dahulu, cari aman lah, untung-untung berhadiah, siapa tahu.

"Masih bisa ketawa kamu!!!"

Bukan hadiah yang Sea dapatkan, melainkan Suara marah yang begitu keras dari sang Ayah yang ia dengarkan, yang mana membuat penghuni wanita paruh baya yang tinggal di samping rumahnya keluar dengan lariannya.

"Eeh, eh, mas Davis jangan teriak-teriak, aduh, gimana to. Anak baru pulang bukannya disuruh masuk dulu. Kasihan Sea, pasti capek."

Mata Sea berkaca-kaca mendengar penuturan kelewat perhatian dari Mama pemuda yang juga sudah memelototinya dari ambang pintu rumah yang persis berada di sebelah kanan rumahnya itu. Red ada disana, masih menggunakan setelah jas kantor, pasti baru pulang dari kerja.

"Ibu." Sea berlari ke arah Kirana. Gadis itu memang memanggil Kirana dengan sebutan ibu, entah kenapa, otomatis katanya, dan nyaman juga tentunya, "Angkat Sea jadi anak ibu ya." pintanya melanjutkan.

"Kamu 'kan juga anak ibu, Sky juga. Ayo masuk." Kirana tak menggubris Davis yang masih berteriak memarahi putri tertuanya itu, Kirana menuntun Sea masuk kedalam rumah kediaman Martin, mencari sang Ibu kandung yaitu Sekar yang ternyata baru saja keluar dari arah dapur.

"Ya Tuhan, Sea. Meskipun kamu sudah sering ngilang-ngilang begini m, mama tetap khawatir. Kamu itu mbok yo bilang dulu, sms dulu atau telefon dulu."

Sea bukannya sedih, tapi merasa lucu dengan kekhawatiran sang ibu. "Ma, Sea belasan tahun tinggal di Amerika. Sea hampir tiap minggu mengunjungi Negara lainnya, Italia, Jerman, Kanada, Rusia, Malta, Korea, dan Sea lupa sisanya. Tapi mama nggak khawatir begini kan, aku cuma ke Thailand ma, deket doang, tiga jam dari Indonesia."

Penyangkalan Sea juga cukup masuk akal kok. Kemana saja Papa dan Mama-nya selama Sea berterbangan ke berbagai negara lainnya? Kenapa kali ini cukup tragis sampai marah-marah segala.

"Masalahnya ada yang mau papa ketemuin sama kak Se, mau dijodohin, orangnya dua hari yang lalu udah datang dari Jogja, nunggu kak Se pulang dari Singapura, eh, tau-nya ngilang, ya jadi cari-carian lah. Mana ngomongnya keluar sama bang Red lagi. Bikin orang bingung." Sky, adik perempuan Sea itu turut ikut campur sembari menuruni tangga.

Sea praktis memandang sang Mama, lalu saat Davis masuk ke dalam rumah, Sea pun membalik untuk menanyakan kepada sosok sang Papa. "Pa, Sea mau dijodohin? Bener?"

"Malah nanya. Sky nggak bohong kak." Sky justru tambah mendekat ketiga wanita yang sudah berdiri persis ditengah ruang tamu. "Orangnya ganteng poooool. Dimple-nya, astaga, bikin meleleh, badannya tinggi, manisnya sumpah kak, ngalahin madu, Sky juga mau kalau kak Se nolak."

Sea sudah tidak perduli lagi dengan kekhawatiran awal orang tuanya yang mempermasalahkan hilangnya Sea yang hanya ke Thailand saja, yang terpenting saat ini, perkara rencana penyatuan dua orang akan paksaan perjodohan yang harus segera Sea luruskan.

"Pa. Tolong jawab Sea." Sea tidak lagi menggubris Sky, kini tatapannya beralih lagi kepada Davis. Meski marah, Sea tidak pernah sekalipun meninggikan suara.

"Sky, kamu ke atas dulu, orang papa belum ngomong udah di dahuluin, kakakmu salah paham ini." Davis mengangkat tangan ke udara, mengusir Sky untuk segera pergi dari sini, daripada salah paham semakin merambah kemana-mana dan berimbas hilangnya Sea untuk kesekian kalinya.

Setelah Sky menghilang dari peradaban, entah kemana si bungsu pergi, yang jelas keluar rumah, mungkin kerumah Red untuk menemui Blue atau entahlah.

"Ya sudah, aku juga mau pulang dulu, kalian selesaikan, jangan pakai otot, atau Sea aku culik." Kirana berpamit sebab ini juga bukan sesuatu yang melibatkan dirinya.

***

Sky memasuki rumah Red, gadis itu mencari Blue, si bungsu Ardibrata. Sky tak banyak celingak-celinguk karena sudah pasti hapal dengan denah rumah ini.

Gadis itu berhenti di bawah tangga, tak mau repot-repot untuk menaikinya. "Blue, Blue, Blue, warna celana dalamku." panggilnya ngawur.

"Mulut dijaga." Teriakan Blue terdengar meski dari dalam kamarnya yang berada di lantai dua.

Sky meringis, berarti kapten basket handal yang kebetulan tetangganya itu benar-benar memakai otot saat memperingatinya, terdemgar jelas lho.

"Blue, main yuk, main layang-layang." Sky mulai random.

Bukan tanpa alasan, Sky itu orangnya pengertian. Semenjak kematian Daren—kepala keluarga Ardibrata, Blue menunjukkan gelagat yang berbeda, berubah drastis dan ingin cepat-cepat dewasa. Sky tidak mau jika sampai Blue melewati masa-masa SMA dengan kesuraman, yang mana seharusnya masa itu diukir seindah mungkin. Sky juga berjanji akan membuat Blue bahagia meski dengan cara yang berbeda.

"Akhirnya, kamu mau datang juga, pasti Red sudah maksa ya?"

"Maaf ma, aku beneran sibuk, akhir-akhir ini kerjaan banyak, harus sering-sering keluar kota juga."

Sky menoleh ke arah sumber suara yang mana gendang telinganya yang masih sangat sehat itu menangkap dua suara perempuan yang sedang mengobrol, yang teramat Sky kenali siapa pemiliknya—Kirana dan Rubby.

"Lho, Sky, kamu kesini? Kirain mommy keluar kemana." Kirana mendapati Sky yang justru memilih rumahnya sebagai tempat pelarian karena diusir oleh ayahnya.

Diusir?

Tidak, hanya perumpamaan saja, maksudnya, gadis seumur Sky belum boleh untuk ikut berunding persoalan para orang dewasa. Makanya Davis menyuruh anaknya keduanya hengkang dari hadapan mereka.

"Kalau papa nyuruh Sky naik keatas itu sama aja bohong mom. Kuping Sky terlalu nakal buat nggak penasaran." Sky menjawab dengan cengiran manisnya.

Berbeda dengan Sea yang sangat nyaman memanggil Kirana dengan sebutan ibu. Sky yang sedari bayi sudah dekat dengan Kirana dibiasakan memanggil Mommy.

Kenapa tidak mama?

Haduh. Nanti dikira punya ibu dua. Kan ribet.

"Kak Rubby masak dong, lama nggak main kesini, 'kan kangen icip-icip masakan kak Rubby." Sky tidak lupa dengan sosok sedikit mungil tapi teramat seksi yang sedari awal mengalihkan atensinya dari Blue yang sama sekali belum menunjukkan batang hidung.

Ngomong-ngomong soal Blue. Kenapa bocah itu tidak turun juga. Tapi Sky abai, lebih penting karena ia benar-benar merindukan masakan Rubby.

Gummie smile andalan Rubby terbit. "Ini, aku bawa bahan buat makan malam."

"Asik. Aku boleh ikut 'kan."

"Boleh dong." Rubby mengangguk semangat.

Rubby tidak memperdulikan apa posisi Sky saat ini. Tentu Sky adalah adik dari Sea, yang seharusnya Rubby benci juga. Tapi Rubby tidak ingin mempunyai perasaan itu. Sebelum adanya Sea yang mengusik hidupnya, Sky sudah dianggap adik sendiri karena gadis itu sering mengekori kekasihnya, sedari kecil malah. Kalau menuntut siapa yang mengenal Red lebih dulu, jawabannya adalah Sky, maka dari situ juga Rubby tidak berhak mendepak Sky dari sisi Red.

"Sky, panggil abang-mu."

"Siap mom." Jawab Sky antusias, gadis itu akhirnya harus rela menaiki tangga karena kamar Red juga berada di lantai dua. "Bang Jareeeeed, kekasihmu datang nih." teriaknya sungguh luar biasa keras.

Kirana sudah terbiasa dengan suasana gaduh yang dibuat oleh gadis berambut sebahu itu, cukup humoris dan menghibur. Alasan lainnya karena memang sudah menjadi keluarga sendiri, Kirana teramat sayang, karena ia juga tak punya anak perempuan.

"Ma, aku eksekusi di dapur dulu ya."

"Ayo mama bantu." Kirana memberi penawaran.

Bagaimana tidak.

Bawaan Rubby banyak, dan sudah pasti satu meja penuh yang akan gadis itu masak untuk memenuhi lima perut manusia.

"Bang." Sky berteriak sembari menggedor-nggedor pintu kamar Red. "Bang, lo pura-pura budek apa gimana, gue dengar langkah kaki lo ya."

Kirana yang mendengar teriakan yang lagi-lagi di sebabkan oleh Sky hanya bisa menggeleng kepala saja.

"Aw." Sky berteriak lagi karena kepalanya dipukul pelan oleh Red. "Sakit tolol."

"Lo kenapa teriak sih?" Giliran Red yang berteriak. "Gue habis mandi."

"Pacar lo dateng, gue disuruh mommy buat manggil lo."

"Gue udah tau, hus, hus, sana pergi."

"Kampret. Udah dekil, songong lagi."

Kirana memejamkan mata sejenak. Satu detik kemudian wanita paruh baya itu berteriak, membuat Sky, Red dan Blue langsung bergegas untuk turun ke bawah. "Kalian semua turun. Jangan ribut atau bubar sekalian."

Suasana sudah kondusif. Red sedang memangku ipad, pasti urusan pekerjaan yang dibawa kerumah, sedangkan si bungsu sedang main PS di ruang keluarga.

Sky. Gadis itu membantu Kirana dan Rubby untuk menyiapkan makanan.

"Kak Rubby jangan benci kak Sea. Aku tau kok, kak Rubby pasti cemburu karena kak Sea waktu itu terang-terangan bilang suka ke abang."

"Abang siapa?" Sontak Kirana bertanya.

"Bang Jared, mom?"

Sedangkan Rubby tiba-tiba syok mendengar penuturan Sky yang sangat terus terang, terlebih di depan Kirana. Mau ditaruh mana muka Rubby, malu kan memendam rasa cemburu dan akhirnya ketahuan, di depan calon mertua lagi. Astaga Sky, minta di plaster mulut anak ini.

"Sea suka sama bang Jared?" tanya ibu dari laki-laki yang sedang di perbincangkan itu.

"Ya, waktu itu kak Sea bilang gitu mom."

"Kak Sea juga bilang gitu, kak Sea juga suka sama gue." Suara Blue tiba-tiba bergabung, kemudian anak kedua dari Kirana berlalu setelah mengambil air putih dari dalam lemari es.

Akhirnya Kirana berhasil mengambil kesimpulan, apalagi Kirana itu tahu bagaimana keseharian Sea dirumah selama lebih dari enam bulan ini. "Sea itu cuma suka-suka aja, nggak mungkin suka dengan serius, mama pernah lihat Sea jalan sama cowok, bule, ganteng pisan. Keluarga kita itu sudah seperti saudara dengan keluarga Martin. Jadi kamu nggak perlu khawatir Rubby."

Kirana tahu persis bagaimana keluarga Martin yang tak akan mungkin menoleh ke peranakan Ardibrata. Bukan membandingkan jika mereka lebih dari yang dipikirkan Kirana. Tapi Mau bagaimanapun, Sea itu sosok yang sempurna, tidak mungkin benar-benar menyukai anak laki-laki tertuanya.

"Nah. Itu juga yang pengen Sky omongin mom." Penuturan Sky membuat Rubby menoleh ke arahnya. "Kak Rubby nggak usah khawatir, kak Sea itu pacarnya banyak, seleranya nggak ada tuh yang nyrempet bang Jared. Jadi kak Rubby tenang aja, aman."

Rubby mendadak lega meski masih ada sedikit kekhawatiran di dadanya. Felling sebagai perempuan yang harus pasang tanduk jika kekasih sedang di incar orang memang masih aktif total. Tapi jika ibu dari Red sendiri yang bilang aman, maka, bukankah Rubby harusnya bisa lebih tenang?

Kenapa Rubby tetap merasa ada yang mengganjal di benaknya. Mau yakin, tapi tetap susah.

Sky tahu kok. Masih ingat kan jika gadis sangat peka. Mau bagaimanapun, kakaknya yang bernama Sea itu memang tidak serius merasakan suka kepada tetangganya, Sky berani bersumpah.

Lalu mengenai kecemburuan Rubby. Sky tahu dari cerita Red yang kerab sekali mengutuk Sea dan mengaitkan dengan perasaan cemburu dari Rubby. Dari sini pun sudah bisa ditarik kesimpulan bukan?

Jujur, Sky sedikit, hanya sedikit tidak suka kepada Red saat pemuda itu memaki kakak-nya. Sky memang sayang Red, tapi lebih sayang Sea.

Tapi untuk Sea. Sumpah demi bumi yang masih bulat ini. Sky mengakui jika kakak-nya itu teramat usil. Benar-benar suka sekali mebuat dongkol hati Red, membikin ulah dan kerab sekali mengganggu romansa pemuda itu.

Jadi, Sky-pun bingung harus bagaimana. Menegur Sea? Mana berani. Ditatap kalem saja langsung meleyot Sky-nya.

Terpopuler

Comments

Dedo

Dedo

Udah deket dong

2022-12-16

0

Dedo

Dedo

Beneraaan nih?

2022-12-16

0

Okama

Okama

Suka gaya sky

2022-12-14

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!