Memar

Waktu bersenang-senang sudah habis, peluh yang keluar dari seluruh tubuh akibat olahraga di ranjang juga sudah membasahi penuh, Red tidak bisa berleha-leha dan terus mendekam kepala kekasih kedalam dada bidangnya meski kakinya enggan beranjak.

Kalau ditanya Rubby marah apa tidak?

Jawabannya tentu saja marah.

Marah besar, pasalnya ini terjadi bukan hanya sekali, tapi berkali-kali.

Siapa yang tidak marah jika akhir pekan yang seharusnya dihabiskan berdua dengan kekasih tercinta harus terusik oleh Sea yang manja. Cuih. Gadis bernama Sea memang musuh nomer satu bagi Rubby.

Sejak enam bulan yang lalu.

Sejak Sea memperkenalkan diri sebagai kenalan Red waktu kecil.

Sejak Sea mengatakan di depan Rubby jika gadis itu menyukai Red.

Gila.

Sea memang gila untuk orang senormal Rubby.

"Kamu nggak bisa menolak? Sekali aja."

Meski dengan nada teramat lembut. Percikan marah yang terpancar dari mata Rubby tidak bisa ditampik begitu saja. Demi Tuhan. Red juga enggan beranjak sebenarnya.

"Bisa. Sangat bisa. Tapi mama pasti marah."

Oke. Rubby mengalah. Untuk kesekian kalinya. "Lain kali, sumpah ya, aku jambak rambut Sea."

Red yang sedang membenahi tampilan karena memang benar-benar baru saja mandi besar itu lantas tertawa mendengar Rubby yang dengan lucunya mempraktekkan bagaimana cara menjambak rambut Sea.

Red mendekati Rubby yang sedang duduk di tepi ranjang. "Kamu percaya sama aku 'kan?"

Rubby mengangguk, mengulum senyum. Semarah apapun ia dengan kekasihnya. Mau bagaimana, Red sudah benar-benar meyakinkan Rubby jika pemuda Ardibrata itu sama sekali tidak menaruh hati kepada Sea ataupun gadis lain di luaran sana.

Red menilai jika Sea hanyalah angin lalu saja, yang tak harus dianggap omong kosongnya. Jika dipikir kembali, gadis itu tak tahu malu. Disini Indonesia. Tapi Sea menerapkan budaya barat yang bisa nemplok ke siapa saja. Termasuk kepada dirinya dan terang-terangan menyatakan perasaan suka.

"Oh. Lupa. Ada titipan dari Sky, katanya buat kamu." ucap Red tiba-tiba, karena memang hampir lupa jika matanya tak melirik ke arah sofa dimana bingkisan berwarna cream ada disana.

Rubby memang akrab dengan Sky si gadis SMA cantik tetangga kekasihnya, yang Rubby tahu hanyalah anak tunggal dari keluarga Martin, eh, tahunya punya Kakak modelan mak lampir.

Rubby menerima benda yang diulurkan oleh Red. "Apa?"

"Nggak tau. Buka aja."

Sumpah demi kantong Rubby yang sangat minim dan susah buat ngeluarin untuk beli barang-barang tak berguna, gadis seumur Sky bisa memberikan hadiah mewah meski hanya terlihat dari bungkusnya saja.

"Aku kembaliin aja ya. Nggak mau buka."

"Nggak usah, nanti anaknya tersinggung. Cuma itu doang sih terima saja."

Satu buah jam tangan Cartier berwarna gold, Rubby membaca di box mewah benda itu, lalu membuka google, fantastis, harganya kurang lebih 500 juta. Rubby tampak lesu. Tapi jujur dadanya mencelos dengan ucapan Red—cuma itu doang.

Rubby tahu. Red keluarga konglomerat, begitupun dengan Sky yang seenak jidat suka membelikan Rubby barang-barang mewah seperti ini. Tapi sumpah demi apapun, Rubby tak bisa sesantai dulu, sesantai sebelum tahu Sky adalah adik dari Sea yang berpotensi merebut Red dari pelukannya.

Mau dilihat dari sisi manapun, menurut Rubby, Sea tidak ada kurangnya.

Cantik, iya.

Kaya, sangat.

Rubby sadar diri mengingat ia hanyalah seorang model dari perusahaan besar, hanya model yang jika sudah tua nanti bakalan tak laku di pasaran.

"Aku berangkat dulu. Janji, minggu depan aku habisin waktu buat kamu. Ngertiin aku ya. Pelan-pelan aku ngomong ke mama biar nggak begini terus."

"Jangan libatin aku."

Maksud Rubby jangan melibatkan dirinya saat nanti Red akan menuai protes ke sang Mama.

"Iya." Jawab teduh Red.

Maka dengan begitu Red tenggelam dilahap pintu keluar. Bergegas menuju lantai satu dengan perasaan teramat menyesal.

Red harus memutar kemudinya lagi setelah tepat keluar dari hunian gadis yang sudah sejak lama menjadi kekasihnya—Rubby Jane Abdigara.

Red memukul setir. Bagaimana tidak. Ia masih sangat emosi sekali saat ini. Disaat ingin menambah ronde kedua dengan Rubby di kamar mandi sembari membilas diri. Satu pesan mengharuskan Red untuk pergi.

+62xxxxx

Aku di mall Sentra Ardibrata, tersesat, tidak bisa pulang, tidak mau naik taxi. Kamu harus menjemputku. Atau aku bilang papa.

Nomer yang sangat enggan untuk Red beri nama di ponselnya adalah milik dari Rose Sea Martin, anak dari Om Davis. Jika bukan karena dia putri kesayangan dari keluarga Martin, Red tidak akan menurut seperti ini.

Tancapan gas Red kencangkan, sedikit lagi mobil SUV hitam miliknya memasuki arena mall. Belum sempat Red membelokkan benda bermesin itu, tiga sosok yang sedang bercengkrama membuat ia harus menghentikan mobilnya secara mendadak.

Red menurunkan kaca. "Nggak bisa pulang sendirian? Tersesat?" sarkasnya.

Sea, gadis itu langsung membuka pintu mobil yang sudah tidak dikunci oleh Red, duduk di samping Red, lalu disisul Blue dan Sky yang menempati jok belakang.

Kenyataan memang menyebalkan bukan?

Red sungguh ingin melempar tiga orang ini ke planet...entahlah. Darahnya mendidih, kepalanya pun sudah mengepul mengeluarkan berbagai asap atau semacamnya.

"Sorry. Aku mau ajak kamu liburan. Dua hari. Harus mau."

"Gue nggak mau. Habis ini gue anter lo pulang. Gue harus balik nemenin pacar gue."

Blue dan Sky sebagai pengamat tenang-tenang saja dibelakang, tidak mau ikut campur. Pasalnya mereka tahu jika si rambut pirang pasti bisa memaksa dengan ancaman yang selalu saja ada dan si pemuda tukang menolak pasti akhirnya kalah talak.

"Atau....."

"Lo nggak punya kerjaan?"

"Punya."

"Nah." Red mulai menyalakan mesin SUV hitam miliknya lagi. "Gue anter pulang lo sekarang, urusin kerjaan lo itu."

"Kerjaan aku ya gangguin kamu." Jawab Sea polos, yang lantas membuat Red memejamkan mata sejenak. "Oke. Seperti permintaan kamu, aku turutin, sekarang go bandara Ardikara" dan jawaban Sea selanjutnya membuat Red tambah gila.

Bandara?

Ardikara?

Sesuai namanya yaitu Ardikara, yang berasal dari bahasa Jawa, yang mana itu adalah kakek dari Rose Sea Martin dari sang ibu yaitu Rara Sekar Ardikara, maka bisa dipastikan Bandara itu adalah kepemilikan keluarga besar Martin. Red bisa tahu karena ya memang sudah tahu sejak dulu.

Tapi pertanyaannya.

Memangnya mau liburan kemana?

"Lo memangnya mau kemana?"

"Lombok, Oberoi Lombok."

Red sudah tidak mau menjawab lagi, matanya hanya masih melihat Sea dengan datar, dan gadis yang selalu memakai pakaian hitam serba panjang itu hanya mengangkat kedua alis bersamaan, sumpah demi weekend yang sialan, Sea sama sekali tidak merasa jika permintaan liburan konyolnya ini sangat tidak diinginkan oleh Red.

Terlebih Red harus meninggalkan Rubby yang merana di apartemen, sendirian.

"Lo memang hobi nyusahin orang."

"Makasih Red buat pujiannya. Kamu ganteng kalau marah-marah terus. Sering-sering ya."

Setelahnya Red menancap gas dengan perasaan dongkol tak tertahankan.

***

Bentangan langit menguning, sangat indah dan menyejukkan mata. Di depan sana ada kolam renang super besar dengan pemandangan pantai lepas, sangat pas untuk tempat healing bagi manusia-manusia pecinta senja.

Red duduk sendirian, masih pening dengan amukan Rubby yang baru saja terurai lewat panggilan suara. Seakan pemandangan di depannya itu tak berarti apa-apa, definisi healing di saat langit menguning hanyalah omong kosong belaka, nyatanya Red merasakan kepalanya memberat.

"Rubby marah sama kamu?"

"Lo masih sempet tanya itu?"

Sea yang berjalan dari belakang mendekat dengan sepenggal pertanyaan yang sama sekali tidak butuh jawaban. Red total muak, tapi tidak bisa berbuat apa-apa saat sang Mama menitip pesan untuk menjaga Sea yang sudah ada disampingnya dan kedua anak remaja yang sedang asik bermain di pantai sana.

"Aku nggak akan minta maaf." Bersamaan itu Sea mendudukkan diri persis disamping Red, menenggelamkan lutut sampai telapak kaki di air kolam.

"Gue tahu lo emang nggak tau diri."

Sea hanya tersenyum saat Red menatapnya dengan marah. Pemuda Ardibrata tak habis pikir dengan Sea yang selalu tenang saat ia mengumpat, berkata kasar bahkan meneriakinya dengan keras, tanpa bosan dan lupa, Sea hanya diam dan sesekali tersenyum sebisanya.

Sekali saja, Red ingin Sea berbalik memarahinya atau paling tidak membalas umpatannya, maka, saat itu terjadi, Red bersumpah akan melempar Sea keluar angkasa, biar adil.

Red kembali menatap arah depan, persis di genangan air yang terdapat pasir pantai. "Lo masuk nggak cuci kaki dan langsung kesini? Ngotorin kolam?" tanyanya tersungut lagi.

Astaga.

Apapun yang dilakukan Sea tampak salah. Nanti juga di bersihin oleh petugasnya. Sea membayar mahal untuk menyewa tempat ini, jadi gadis itu bisa melakukan apa saja.

"Ini kan lagi di bersihin, Red. Kamu lihat sendiri 'kan. Nih." Sea tambah menggoyangkan kakinya di dalam kolam.

"Berdiri nggak!! Keluar, mandi sana."

Bukan tanpa alasan Red menyuruh Sea untuk segera beranjak. Selain mengganggu pemandangan dan suasana hatinya. Red gatal mata melihat penampilan Sea yang terbuka.

Oke.

Masalah bikini seharusnya tidak membikin ribet pemuda yang notabennya sudah sering melihat tubuh seksi telanjang Rubby. Tapi lebih daripada itu, gadis di depannya adalah Sea, bukan kekasihnya.

Red itu pemuda normal, masih bisa terangsang meski bersumpah setia dengan Rubby seorang. Makanya ia kerab sekali membatasi hal-hal yang berpotensi membuatnya berpaling, bukankah asal ketertarikan itu berasal dari mata lalu turun ke hati. Jangan sampai Red tertarik dengan Sea yang begini.

Sedangkan Sea masih tidak menggubris. Meninggalkan Red yang sudah berdiri duluan dan pemuda itu tetap setia menungguinya tepat di belakang punggung.

"Se. Berdiri nggak lo? Atau gue tarik tangan lo."

Sumpah demi mata keranjang para lelaki di luar sana. Jika saat ini disuguhi tali bra yang nampak jelas meski Sea sudah berusaha menutupi dengan kardigan panjang yang menerawang, maka sudah bisa dipastikan, Sea akan habis di ranjang.

"Se..."

"Aku nggak mau, Red. Kamu aja sendiri sana yang mandi. Mau mandi bareng aku emang?"

Astaga. Mulut gadis ini minta di gaplok pakai sandal.

"Nggak sudi."

Sea menoleh kebelakang, kepalanya mendongak, "Yaudah, sana kamu duluan." usirnya dengan tangan melambai-lambai.

Meski dipaksa begitu. Red tak menuruti. Pemuda itu memilih membungkuk, lalu tangan kekarnya mencengkram pergelangan tangan Sea. Dalam hitungan detik, Sea berhasil berdiri karena Red menariknya dengan cepat.

"Aw." Pekikan keras terdengar. "Red, sakit." adunya.

Red sudah mengira-ira jika yang ia lakukan tak sampai bisa menyakiti Sea. Reaksi gadis ini sungguh berlebihan. Tapi sedetik kemudian, Red memandang wajah Sea yang memerah, air mata juga sudah berjatuhan.

"Anjing, tangan lo kenapa?"

"Le-lepasin!!" Sea merengek, pun raut wajahnya kebingungan.

"Jawab gue, kenapa pergelangan tangan lo memar?" Red mengangkat tangan kiri Sea, kebetulan yang lebih mengerikan adalah, tangan kanan Sea yang mencoba menolong tangan kiri mendapat tanda memar yang sama.

Sea menggeleng. Tetap tak mau menjawab dan mencoba untuk melepaskan diri. Red tidak tega dan mengendurkan cengkramannya. Disaat semua sudah terlepas sempurna, Sea berlari menuju kamar penginapan.

Red yang masih syok hanya memandangi punggung Sea yang akhirnya sudah masuk seutuhnya ke dalam kamar. "Itu alesan lo selalu pakai baju lengan panjang?" gumamnya.

Tak tahu pasti akan praduganya. Tapi jika diingat-ingat, Sea memang tak pernah memakai lengan pendek, seperti memakai bikini barusan tadi, Sea masih melapisinya dengan kardigan lengan panjang, meski menerawang, mata Red tetap bisa teliti mendapati memar yang begitu membiru di kedua pergelangan tangan Sea.

Red yang begitu penasaran dan merasa punya tanggung jawab seperti pesan sang Mama, maka ia segera berlari menyusul Sea. Mau bagaimanapun, Red harus mendapatkan jawaban.

Terpopuler

Comments

Dara

Dara

Kayaknya Odipee penggemar bunga mawar...atau memang nama asli Odipee juga Rose

2023-01-27

0

osa

osa

knp di novel yg berbeda ada nama yg sm hehehe
tapi gak pp lah , semua novelnya terlalu sayang u gak di baca.
lain dr pd yg lain

2023-01-02

0

Dedo

Dedo

Seaaaaaaa please itu ganggu

2022-12-16

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!