Laki-laki Idaman

Dengan hati-hati Kania membuka pintu rumah, ruang tengah terlihat sepi tak ada satupun disana. Ia meneruskan langkahnya dan menuju dapur ala pantry yang merupakan tempat favoritnya di rumah ini. Kania menaruh 2 kotak sushi miliknya yang dibeli saat jalan pulang. Ia berniat menawarkan sushi kepada Davin, namun diurungkan nya karena merasa sungkan khawatir melewati batas yang seharusnya ada di antara mereka.

Setelah berganti pakaian dan mencuci tangan, Kania membuka bungkusan yang dibawanya dan menaruh sushi beserta sausnya di wadah yang berbeda. Kemudian menyusunnya di atas meja yang ada di pantry. Suara langkah terdengar, seseorang sedang menuruni anak tangga dengan santai. Kania menoleh dan mendapati Davin sedang menuruni anak tangga.

Davin berjalan ke arah Kania dan tersenyum. Kania membalas senyumannya.

"Baru pulang?"

"Iyah hehe, Mas Davin juga baru pulang?"

"Ngga saya pulang dari jam setengah 9"

"Ooh, makan Mas. Saya beli 2 porsi" ucap Kania sambil menyodorkan piring lain yang belum tersentuh olehnya. Davin menarik kursi dan duduk di sampingnya. Kania mengira Davin akan menolak tawarannya, karena selama ini mereka tidak pernah makan bersama. Dan ia selalu ingat harus menjaga jarak wajar antara dirinya dengan Davin.

Keduanya menyantap makanan dengan tenang. Kania menahan dirinya untuk bertanya tentang pertemuan tidak sengaja yang terjadi tadi sore.

"Tadi temen kamu?"

"Iya Mas, yang aku pernah cerita"

"Ooh, Jeny ya?"

"Iya Mas"

"Nanti hari rabu ke rumah sakit ya, Ayah mau pulang ke rumah"

"Iya Mas, Ayah udah sembuh? "

"Ayah mau operasi nanti di Singapura, dokter nyaranin operasi disana karena alat yang lebih memadai dan tingkat keberhasilan operasi sebesar 80%. Dokter nyaranin buat istirahat di rumah sementara, karena keadaannya udah lebih baik dari sebelumnya"

"Semoga Ayah cepet sembuh"

"Gimana belajarnya? Susah ngga?"

"Ada yang susah, ada yang gampang juga Mas"

"Bahasa Inggris kamu bagus ngga?"

"Ngga Mas, masih dasar"

"Ooh tambah 1 lagi berarti ya, english course"

"Hah?"

"Iya, english course. Nanti kalo kita udah nikah, kamu pasti ikut saya ke acara pertemuan. Saya punya bisnis ekspor, dan beberapa kenalan dari luar negeri jadi bahasa Inggris penting buat kita komunikasi. Saya yang pilihin langsung pengajarnya yang native supaya bisa cepet lancar dalam waktu dekat"

"Iya Mas" ucap Kania sambil tersenyum memperlihatkan beberapa giginya.

Belum belajarpun otaknya sudah membayangkan bagaimana pusingnya mempelajari banyak hal dalam waktu bersamaan.

"Grammar nya udah ngerti?"

"Belom ngerti banget Mas"

"Oke, nanti saya kabarin kelasnya mulai kapan ya. Tapi prosesnya cepet biasanya. Perkiraan minggu depan udah mulai belajar"

"Tabble manner udah belajar kan?"

"Udah Mas"

"Besok malem kita makan malam diluar ya. Saya mau liat hasil belajar kamu karena kemungkinan dalam waktu dekat akan ada makan bersama keluarga"

"Iya mas. Keluarga besar Mas?" tanya Kania panik

"Ngga, Ayah sama Mamah aja"

"Oh, kirain saya keluarga besar"

"Emang kenapa kalo keluarga besar?"

"Saya mau nyiapin mental dulu Mas, belum siap kalo harus ketemu keluarga besar"

Davin hanya tersenyum, sementara Kania mulai pusing dengan pikiran yang ada dikepalanya. Dia masih menyesuaikan dirinya dengan rutinitas barunya belum lama ini, dan ditambah satu course lagi. Selain itu pertemuan keluarga besar yang mungkin saja akan diadakan secara mendadak, membuatnya semakin tertekan. Ia benar-benar seperti sedang bekerja, namun itu bisa saja terjadi lagipula Kania harus mengikuti perintah atasannya sesuai kesepakatan yang telah mereka buat.

Handphone Davin berdering.

"Iya Mah" ucap Davin sambil menekan tanda speaker di panggilannya

"Lagi apa Nak"

"Makan Mah"

"Udah malem gini, makan apa?"

"Makan sushi"

"Ooh, Mamah mau ingetin nanti hari rabu loh jangan lupa jam 4 udah di rumah sakit ya. Ajak Kania juga ya"

"Iya Mah"

"Mau disambungin sama Kania teleponnya?"

"Ngga usah udah malem, kasian dia udah tidur pasti. Kamu aja sampein"

"Iya Mah"

"Yaudah yah"

"Iyah"

Davin menutup panggilan telepon dan menghabiskan sushi nya yang tersisa 2 potong lagi. Lalu meminum air mineral yang disiapkan Kania untuknya.

"Saya ngga akan minta kamu ketemu keluarga besar, sebelum kamu siap. take your time Kania"

"Terimakasih Mas Davin"

Davin hanya tersenyum sekilas dan beranjak dari duduknya. Ia kembali ke kamarnya.

Setelah merapikan peralatan makan, Kania menuju kamarnya. Ia melihat ke satu titik di kamarnya, memikirkan satu demi satu kemungkinan yang mungkin saja terjadi di masa depan dan menepuk pundaknya lalu berkata

"Apapun yang terjadi pasti kamu bisa Kania semangat"

Menyadari ada keanehan yang terjadi hari ini padanya, Kania menyadarkan kembali dirinya untuk tahu batasan antara dia dengan Davin. Membuang jauh rasa suka yang entah sejak kapan dirasakannya, baginya ini akan semakin rumit jika melibatkan perasaan.

"Sadar Kania kamu kerja disini, suka sama Mas Davin cuma buang-buang waktu dan menyakiti diri sendiri" ucapnya sambil menatap langit kamar dan sesekali menampar pipinya sendiri dengan pelan.

Tak bisa dipungkiri, ia sudah terpesona oleh sosok laki-laki yang belum lama ini hadir di sekitarnya. Seseorang yang pintar dalam segala hal dan terlihat sangat menawan dengan segala aura yang muncul dalam dirinya. Meskipun tidak memiliki wajah yang sangat tampan, namun wajah Davin terlihat sempurna baginya. Laki-laki yang menarik dan terlihat sexy ketika dalam mode serius. Terlebih ketika sedang memakai kacamata khas miliknya, lalu membaca buku.

Kania tertawa membayangkan Davin dengan beberapa style yang pernah ia lihat. Pipinya memerah karena malu, ia memutuskan untuk membiarkan perasaannya dalam tiga hari kedepan. Lalu melupakannya dan mengabaikan perasaannya di masa depan.

Keesokan harinya...

Kania meraih jam yang ada di samping tempat tidurnya dan mematikan alarm yang berbunyi lalu kembali tidur.

Setelah terbangun untuk yang kedua kalinya, ia meraba kasur mencari keberadaan handphone miliknya. Setelah membuka layar handphone yang terkunci, ia membuka matanya dan mengumpulkan kesadaran. Matanya membulat ketika melihat jam sudah menunjukan pukul setengah 8 pagi.

Ia menyalahkan dirinya, karena mematikan alarm tanpa melihat jam terlebih dahulu. Kania bersiap secepat yang ia bisa, karena kelas akan dimulai jam 8 pagi hari ini. Dengan membawa perlengkapan belajarnya, ia setengah berlari ke luar rumah. Ketika hendak menutup pintu depan, ia dikagetkan oleh suara klakson.

Kania terperanjat, rasa ingin memaki meningkat tinggi dalam dirinya. Namun ia urungkan saat melihat seseorang yang sedang duduk di kursi kemudi mobil. Davin tertawa melihat Kania yang terlihat sangat terkejut karena klakson yang ia bunyikan dengan sengaja. Kania tersenyum dengan sedikit terpaksa lalu menyapa Davin dari depan pintu. Davin melambaikan tangannya menandakan Kania agar mendekat. Kania menghampirinya dan mendekati kaca mobil.

"Mau berangkat?"

"Iya Mas"

"Naik"

"Gapapa Mas duluan aja"

"Masuk, saya antar"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!