...HAPPY READING...
...----------------...
Pagi ini aku bangun tidur dengan semangat sekali, karena hari ini adalah hari sabtu. Entahlah terselip sedikit rasa di hatiku ingin segera bertemu dengan Rama, akankah hari ini dia akan menemui ku lagi di kantin? atau dia akan mengantar ku pulang dengan naik angkot? Em aku tidak sabar untuk itu.
pukul setengah enam pagi aku mandi untuk membangunkan syaraf-syaraf ku yang masih tertidur.Setelah mandi aku segera bersiap-siap lalu menemui ibu dan Bang Tito di meja makan untuk sarapan bersama.Sudah menjadi tradisi di keluarga kami setiap akan melakukan aktivitas ibu akan menyuruh aku, Bang Tito dan juga ayah untuk sarapan, jika tidak sarapan maka ibu akan melarang kami untuk pergi dari rumah.Katanya sarapan itu penting sekali karena ibu tidak mau kalau dia antara kami ada yang terkena penyakit magh seperti ibu. Apalagi ayah yang tugasnya mengabdi untuk negara, meskipun ayah pulangnya seminggu atau dua minggu sekali, ibu selalu menelpon ayah setiap pagi untuk mengingatkan ayah supaya tidak lupa sarapan. Memang ibuku adalah ibu yang terbaik sedunia.
"Hari ini ayah pulang bu?" tanyaku sambil mengunyah roti coklat ku.
"Minggu depan tadi bilangnya ke ibu".
" Buk besok aku main ke rumahnya via ya" kataku dengan nada sedikit memohon.
"iya boleh tapi pulangnya Jagan malam-malam".
"Siap komandan, Bang besok anterin aku ya ke rumahnya via"
"Iya, besok abang juga gak kemana-mana kok".
Saat sampai di sekolah jam sudah menunjukan pukul tujuh kurang lima belas menit. Aku segera berlari ke kelas karena hari ini adalah hari piket ku.
" Eh maaf ya ren aku telat, tadi nunggu angkotnya lama banget"kataku sambil nafas ngos-ngosan karena dari gerbang menuju kelas aku berlari.
"Iya gak papa shin, kamu hapus papannya aja soalnya udah disapu semua" jawab Reni ramah sekali. Aku menganggukan kepala mengiyakan.
"Vi tau gak ternyata Rama rumahnya satu komplek sama aku tapi beda blok" kataku sedikit berbisik karena saat ini sedang pelajarannya pak onim.
"Masak?" tanya via juga sedikit berbisik.
"Iya, kamu tau gak kemarin dia naik angkot sama aku"
"Apa naik angkot?" tanya via dengan sedikit berteriak, segera aku menutup mulut via agar tidak menimbulkan kebisingan.
"Iya vi, kan aku kaget kenapa dia turun ditempat yang sama kayak aku ternyata dia bilang rumahnya juga di komplek itu"
"Ada ada aja emang si Rama, orang kemarin berangkat sekolah aku liat dia bawa motor kok, trus pulangnya jadi naik angkot" kata via dengan sedikit menggeleng-gelengkan kepala, aku mengangkat bahu ku tanda tidak mengerti.
"Tau, dia juga katanya mau mampir ke rumahku tapi kapan-kapan".
" Mungkin dia naksir kamu kali shin" kata via menggodaku,aku mencubit lengan via.
"Apaan sih vi, nggak lah, dia kan ketua gangster pasti dia ceweknya tuh banyak"
"Nggak kok, nih ya aku satu sekolah sama dia sejak kita masih SMP dan aku gak pernah liat dia tuh godain cewek selama ini".Aku terdiam beberapa saat.
" Oh ya vi aku belum cerita ke kamu ya kalau hari pertama aku sekolah di sini aku digodain sama dua preman dan yang nolongin aku tuh si Rama"
"Mungkin dia jatuh cinta sama kamu pada pandangan pertama" via terkekeh lagi setelah lagi-lagi menggodaku.
"Via, shinta kalau kalian ngobrol sendiri silakan keluar dari kelas" Kata pak onim yang tidak kusadari sedari tadi melihatku dan via. seketika itu aku dan via sama-sama menundukkan kepala.
"Maaf Pak" kataku pada pak onim.
"Tidak ada maaf, sekarang kalian berdua keluar" kata pak onim dengan nada sedikit meninggi. Aku dan via pun segera berdiri dan meninggalkan kelas.
"Kemana nih vi, baru juga jam p
kedua udah dikeluarin" kataku dengan nada dengan sedikit kesal. Sebetulnya aku tidak kesal dengan via tapi aku kesal pada diri ku sendiri kenapa aku hari membicarakan tentang Rama bersama via pada saat jam pelajarannya pak onim, padahal pak onim itu terkenal guru paling killer di sekolah.
"Kantin aja sambil nungguin bel istirahat" Jawab via santai sekali. Aku dan via pun ke kantin, tapi saat di kantin kulihat ada sekitar lima orang anak sosiologi dua sedang duduk di meja pojok yang kemarin aku tempatin bersama via, dan dengan cepat mataku bisa menangkap ada Rama di sana.
"Loh via ngapain kamu di jam pelajaran gini ke kantin, bolos ya" kata mamad, aku tau mamad karena via pernah mengenalkanku padanya, mamad adalah pacar via teman dari Rama.
Via mengajakku duduk bergabung bersama mereka. sebenarnya aku sih sedikit malu dan canggung karena ada Rama di sini.
"Nggak, kita dikeluarin sama pak onim" kata via.
"Lah kenapa?"
"Tau ah" Kata via, kali ini nada bicaranya sedikit kesal.
"Maafin aku ya vi, gara-gara aku kita jadi dikeluarin" kataku sedikit berbisik.
"Udahlah santai aja shin, lagian aku juga rada males sama pelajarannya pak onim" kata via.aku sedikit tersenyum karena via tidak marah padaku. Sekilas aku melirik Rama dia tengah memandangku dengan sedikit tersenyum.
"Vi bilangin ke temen kamu dia cantik kalau lagi senyum" Kata Rama kepada via. Aku yang mendengarnya sedikit terkejut, memandangnya sekilas lalu menundukkan kepala, aku malu sekali rasanya karena teman-teman Rama tertawa setelah mendengar perkataan Rama, via juga.
"iya" jawab via singkat sambil menyenggol lenganku seperti menggoda.
Ku lihat Rama bangkit dari duduknya lalu mendekati Via.
"Vi boleh aku duduk di situ" kata Rama sedikit memohon.
"iya iya boleh" kata via lalu segera dia pindah duduk di sebelahnya mamad, dan Rama duduk di sebelah ku. Jantungku berdetak tidak karuan, sudah lama aku tidak merasakan hal seperti ini, terakhir aku merasakan seperti ketika pras mau menembak ku.
Rama sedikit menggeser bokongnya untuk bisa lebih dekat denganku,ku hanya diam saja karena tidak tau harus berbuat apa. Sekarang aku terjebak di antara anak-anak gangster. Ku lihat Rama mengisyaratkan sesuatu kepada teman temannya, yang membuat teman-temanya pun pergi meninggalkan kami berdua, via juga karena mamad mengajaknya untuk pergi, awalnya via menolak tapi karena mamad membisikkan sesuatu pada via akhirnya dia mau. Sebelum pergi aku menggelengkan kepala padanya memohon agar dia tidak meninggalkan aku berdua di sini bersama Rama.
"Mau aku antar lagi?" tanya Rama memecahkan keheningan di antara kami berdua, aku memandang matanya yang sedang memandangku.
"Gak usah" kataku lalu memalingkan pandanganku lagi.
"Tapi aku mau mengantarmu lagi"
"Em" aku bingung harus menjawab apa.
"Tapi bukan naik angkot"
"terus?" tanyaku sedikit heran.
"Naik motorku"
"motor?" tanyaku sedikit terkejut.
"iya, mau?"
"Gak usah deh, aku naik angkot aja" Rama terdiam sejenak, aku juga.
"Ya udah aku gak maksa kamu, tapi suatu saat kamu mau kan aku antar pulang lagi".
" iya"jawabku singkat. "kemana teman-temanmu tadi?" tanyaku.
"Biarin, mereka lagi ngawal si via sama mamad pacaran"
"Ngawal?"
"Iya biar mamad sama via gak bisa aneh-aneh" aku hanya terdiam.
"Ya udah aku ke kelas dulu" kataku lalu berdiri, dia juga ikut berdiri.
"Aku ikut"
"ikut?"tanyaku heran
" Iya, kan kelas kita sebelahan"
Lagi-lagi aku hanya diam.
"Kamu ngapain di jam pelajaran gini ke kantin" tanyaku saat kita sedang berjalan menuju kelas.
"Kasian gurunya"
"Kasian?"
"Iya kasian kan kalau beliau udah capek-capek ngejelasin tapi gak aku perhatiin"
"Trus ngapain kamu ngajak-ngajak temen?"
"Ya biar aku gak sendirian"
"Em ya udah sana ke kelas mu" kataku lalu duduk di depan kelasku. Bukannya ke kelasnya dia malah ikut aku duduk di sampingku, aduh Rama kamu buat aku jadi serba salah, tidak tau harus ngapain kalau sudah ada didekat mu.
"Aku mau di sini dulu" katanya tanpa memandangku, aku diam.
beberapa menit kemudian bel istirahat pun berbunyi, aku tetap duduk di depan kelas bersama Rama karena mau menunggu via yang tidak kunjung kembali dan aku heran kenapa si ketua gangster ini masih di sini, membuat jantungku berdetak tidak karuan saja, uh sebal!
"Ayok ke kantin shin" aku menoleh ke sumber suara dan ternyata itu adalah afredo.
"Nggak deh di aku habis dari kantin soalnya" jawabku ramah sekali, kulihat afredo melirik Rama sinis.
"Em ya udah aku ke kantin dulu ya" pamit afredo di ikuti oleh dua temannya, aku hanya tersenyum dan mengangguk.
Memang selama ini aku merasa kalau afredo suka padaku, bukannya aku kepedean tapi karena setiap malam afredo pasti mengirimi ku pesan atau menelpon ku membahas tentang hal-hal yang tidak penting.
"Pacarmu?" tanya Rama dengan tatapan penuh selidik.
"Bukan" ku lihat Rama sedikit tersenyum mendengar jawabanku.
"Oh kirain"
"Sana balik ke kelasmu" kata ku memerintahnya.
"iya" katanya lalu pergi meninggalkan aku sendiri di depan kelas.
Malam minggu ini aku habiskan dengan menonton TV bersama ibu ya walaupun sebenarnya aku bosen sih di rumah terus, mau mengajak Bang Tito untuk jalan-jalan tapi dia lagi ada acara bersama teman-teman nya.Awalnya Bang Tito mau mengajakku tapi aku tidak mau karena ku pikir acaranya pasti sangat membosankan ternyata di rumah aja cukup membosankan juga tau kalau kayak gini lebih baik aku ikut Bang Tito.
Aku melirik jam dinding baru saja menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Lebih baik aku menonton drakor di kamar daripada harus menonton sinetron bersama ibu, tapi saat aku mau ke kamar aku mendengar suara motor berhenti di depan rumahku, aku pun berjalan kedepan dan melihat siapa yang bertamu di rumahku. Awalnya ku pikir itu temannya Bang Tito, tapi ternyata itu Rama,Aku terperanjat.
"Rama?" kataku dengan nada sedikit gugup.
"Iya"
"Ngapain kamu kesini?" tanyaku dengan nada suara yang ku kecilkan karena aku takut kalau ibu mendengarnya.
"Mau ajak jalan-jalan kamu"
"Hah?"
"Kok hah, buruan siap-siap, aku tunggu"
"Tapi?kenapa gak ngabarin dulu?"
"Gak sempat"
"Em gimana ya" Aku sedikit bingung karena tiba-tiba dia ada di sini dan mengajakku untuk jalan-jalan. Ku lihat wajahnya dibuat memelas agar aku mau ikut dengannya.
"Ya udah aku ganti baju dulu ya" Kataku lalu masuk ke dalam rumah,
"Ada tamu ya shin di depan?" tanya ibu
"Iya bu temen shinta, shinta mau keluar dulu ya bentar kok"
"Iya, jawab ibu tanpa menatapku karena sedang asyik dengan sinetron yang dilihatnya.
" Bawa helm gak?"tanyaku.
"Gak usah, aku udah bawa dua buat kamu"
"Em ya udah ayok"
"Bentar ibu kamu mana?"
"Ada di dalam"
"Aku mau pamit dulu sama ibu kamu"
"Eh gak usah langsung berangkat aja"
"Itu namanya gak sopan, masak aku ajak anak ceweknya pergi tapi gak pamitan dulu"
"Em ya udah tunggu sini aku panggi ibu dulu"
Lagi-lagi Rama membuat jantungku berdetak tidak karuan, keringat dingin mulai membasahi keningku persis saat aku lagi nahan berak.
"Bu kenalin ini Rama teman sekolah shinta" kataku mengenalkan Rama pada ibu. Rama segera meraih tangan ibu dan menciumnya, ternyata si ketua gangster ini sopan juga.
"Rama bu, calon pacarnya shinta" katanya dengan tersenyum lebar, mataku membelalak mendengar perkataannya lalu menatap ibuku yang juga tersenyum.
"Ibunya shinta" kata ibu dengan senyum ramah sekali.
"Do'ain ya buk" kata Rama.
"Do'ain apa? " tanya ibu keheranan.
"Do'ain semoga shinta mau sama saya" kata Rama, kali dengan sedikit tertawa, aku mengernyitkan dahi sambil menatap ibu dengan rasa malu, ibu juga tertawa.
"iya ibu do'ain" kata ibu sambil menatapku penuh arti, aku malu sekali.
Aku dan Rama pun berpamitan kepada ibu dan segera berlalu meninggalkan rumah, sebelum pergi ibu memberi pesan agar pulangnya tidak malam-malam. Rama mengajakku menyusuri kota menaiki motor CB yang sudah di modifnya itu. Terlihat banyak muda-mudi juga ikut meramaikan suasana malam minggu ini.
"Kita mau kemana?" Tanyaku.
"Jalan-jalan aja, habis itu cari makan, kamu belum makan kan?"
"Iya" jawabku singkat.
Rama mengajakku makan di nasi goreng yang ada di pinggir jalan, kupikir dia akan mengajakku makan di restoran atau kafe secara dia kan anaknya seorang CEO tapi ternyata tidak, dan aku tidak masalah dengan itu, toh makanan pinggir jalan juga gak kalah enak dengan restoran.
Setelah makan Rama mengajakku untuk pulang takut kemalaman katanya, sejujurnya sih aku masih ingin buat jalan-jalan buat ngilangin jenuh tapi malu buat ngomong sama dia.
Semakin malam udara di sini semakin dingin, aku yang hanya memakai kaos oblong melipat tanganku untuk menghangatkan nya.
"Kalo kamu kedinginan masukin aja tanganmu ke kantong jaket ku"katanya, sepertinya dia tau kalau sekarang aku sedang kedinginan.
" Gak usah"
"Aku gak mau minjemin kamu jaket ku"
"kenapa?"
"Nanti jadi aku yang kedinginan"
"Oh"jawabku singkat.
"Udah buruan masukin nanti kalau kamu sakit aku yang di marahin ibu mu" katanya dengan Nada sedikit menggoda. Akhirnya pun aku menyerah karena memang udara sangat dingin sekali, aku pun memasukkan tanganku ke kantong jaketnya, meskipun masih terasa dingin tapi agak mending lah tidak sedingin tadi, kulihat dari kaca spion Rama melirik ku sambil tersenyum, aku juga.
"Makasih" kataku ketika kami sudah sampai di depan rumahku.
"Sama-sama, salam buat ibumu"
"Iya"
"Ya udah aku pergi", aku tersenyum melihat kepergiannya.
Ah Rama kamu membuat Rasa baru dalam hidupku, Rasa ingin selalu bisa ada di dekat mu, tapi aku malu untuk mengatakan itu karena aku masih bingung dengan perasaan ku sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments