Sampai Di rumah

...HAPPY READING...

...----------------...

Turun dari angkot aku langsung berjalan menuju rumahku, namun ketika aku ingin membuka gerbang aku melihat bang Tito yang bersiap untuk pergi.

"Assalamu'alaikum" Salam ku, bang Tito pun langsung menoleh ke arah ku, dapat kulihat wajah bang Tito yang awalnya cemas mulai memudar. Dia menghampiriku lalu memegang kedua pundak ku.

"Kamu kok baru pulang" Tanya bang Tito kepadaku, belum sempat ku jawab bang Tito berbicara lagi.

"Ini tadi abang mau jemput kamu ke sekolah, soalnya kata ibu kamu belum pulang, mangkanya abang khawatir kalau kamu nyasar atau ada apa-apa" Kata bang Tito seraya menghembuskan nafas panjang.

"Bicara di dalam aja yuk bang, shinta capek banget ini" Kataku seraya menggandeng lengan bang Tito menuju ke ruang tengah, lalu kita berdua duduk.

"Kamu kemana aja baru pulang" Tanya ibu yang baru saja keluar dari dapur dan segera duduk di kursi depanku.

"Em tadi shinta agak bingung buk dimana tempat buat nunggu angkot" Jawabku sambil melepaskan jaketku dan menaruhnya di sebelahku.

"Bingung? Tanya bang Tito keheranan.

" Iya bang kan seharusnya kalau mau nunggu angkot kan di pertigaan, lah shinta ini nunggunya di halte"jawabku lalu menyenderkan bahuku di kursi karena rasanya lelah sekali. Bang Tito pun tertawa mendengar jawabanku itu.

"Dimana mana kalo halte itu buat nunggu bus shinta, terus kamu tau darimana kalo nunggu angkotnya tuh di pertigaan? " Tanya bang Tito

"Dari temen bang" Jawabku

"Buk tadi shinta digangguin sama dua preman" Kataku kepada ibu, seketika itu wajah ibu berubah menjadi khawatir.

"Diganggu? Kok bisa shin tapi kamu gak papa kan nak? " Tanya ibu cemas.

"Gak papa buk, untungnya tadi ada temen sekolah shinta yang nolongin, kalau gak ada dia gak tau tuh gimana nasibnya shinta"

"Alhamdulillah untung aja kamu gak kenapa napa nak, ibu dari tadi khawatir nungguin kamu gak pulang-pulang mangkanya ibu nyuruh abang kamu buat jemput kamu di sekolah" Mendengar perkataan ibu aku hanya bisa senyum dan bersyukur karena memiliki ayah, ibu dan abang yang sangat sayang kepadaku, Terima kasih Tuhan.

Setelah selesai mandi dan makan aku menonton TV bersama ibu.

"Buk ganti ah ngapain sih liat acara ini" Kataku kepada ibu, karena setiap hari ibu selalu melihat acara uji nyali yang ada di salah satu TV swasta.

"Ini aja bagus" Jawab ibuku. Aku hanya bisa diam dan menyanggah dagu dengan tanganku dan mulai melamun. Entah mengapa terlintas dipikiran ku ingin mengetahui kisah asmara antara ayah dan ibu di masa lalu. Aku pun bertanya kepada ibu

"Buk dulu ayah sama ibu kok bisa kenal gimana ceritanya" Mendengar pertanyaan ku ibu pun mengalihkan pandangannya dari TV lalu memandang ku.

"Dulu ibu sama ayah temen satu sekolah" Jawab ibuku santai

"Terus yang ngebuat ibu jadi cinta sama ayah apa" Tanyaku lagi.

"Apa ya? Ayahmu itu orangnya bisa ngebuat ibu merasa nyaman dan aman saat ada didekat nya, bisa membuat ibu tersenyum dan tertawa" Jawab ibuku sambil tersenyum mengingat masa lalunya dulu saat masih berpacaran dengan ayah.

"Dulu ibu punya mantan pacar gak" Tanyaku sambil tertawa cekikan.

"Punya tapi dia tidak bisa seperti ayahmu" Jawab ibu lembut. Aku hanya mengangguk anggukan kepalaku tanda mengerti. Memang ayahku lelaki sempurna bagiku, meskipun beliau sibuk dengan pekerjaannya tapi ayah tidak membiarkan aku dan bang tito merasa kekurangan perhatian dan kasih sayang dari sosok ayah, pantaslah ibu begitu mencintai ayah.

"Kalau kamu udah punya pacar belum" Tanya ibu sambil tersenyum menggoda.

"Ah apaan sih buk, enggak, shinta gak punya pacar kok" Jawabku malu-malu

"Masak anak ibu yang cantik ini gak punya pacar sih? " Lagi-lagi ibu menggoda ku.

"ih beneran bu, sebenernya banyak yang ngedeketin shinta, tapi aku nya gak mau" Jawabku sambil senyum malu-malu.

"Kenapa? " Tanya ibu.

"Masih belum siap buat buka hati" Jawabku.

"Masih belum bisa move ya dari pras?"

"ih apaan sih buk, enggak kok shinta udah move on tapi masih belum mau buat pacaran lagi" Jawabku. Yang dimaksud ibu adalah pras mantan pacarku saat aku masih di kota ku yang lama. Dulu waktu awal masuk SMA aku berpacaran dengan pras, dia temen sekelasku, kami pacaran hanya tujuh bulan. Aku memutuskan dia karena aku tidak betah dengan sifatnya.

Memang benar awal pacaran sifatnya baik banget ke aku, manis dan selalu bikin aku bahagia, namun lama-lama sifatnya berubah, dia jadi kasar. Kalo marah suka bentak-bentak aku dan tidak tau tempat.

Bahkan pernah dulu waktu ada kesalahpahaman kecil antara aku dan pras, dia membentak-bentak aku di depan seluruh teman-teman sekelas, tidak hanya membentak tapi dia juga berani menampar pipiku keras sekali karena aku membantah semua tuduhan dia. Alhasil aku memutuskan dia karena bukan sekali atau dua kali dia seperti itu tapi sudah berkali-kali dan sudah berkali-kali juga dia janji bakalan berubah ternyata itu hanya omong kosong.buat apa cowok kasar dan suka main tangan dipertahanin? Sifat yang seperti itu pasti tidak akan bisa dirubah sampai kapan pun, kan gak mungkin suatu hari aku harus menikah dan hidup bersama manusia tapi sifatnya kayak hewan.

"Eh kok ngelamun" Kata ibu membuyarkan lamunanku tentang pras.

"Nggak kok buk, shinta tidur dulu ya, capek banget soalnya" Kataku kepada ibu.

"Ya udah sana tidur" Kata ibuku. Aku pun pergi meninggalkan ibu dan masuk ke kamarku untuk memanjakan tubuhku yang sedari tadi ingin istirahat.

Disini aku ingin sedikit bercerita tentang Bang Tito.

Jadi Bang Tito adalah saudara ku satu-satunya, dia begitu sangat menyayangiku begitupun aku sangat menyayanginya. Ya meskipun terkadang Bang Tito suka sekali menggodaku. Dulu katanya aku bukan anak ayah dan ibu tapi anak tetangga yang sengaja diserahin ke ayah sama ibu karena orang tua ku gak bisa ngebiayain dan gak mampu buat beli susu. Tapi dibalik itu semua dia begitu menyayangi adik satu-satunya yaitu aku. Pernah dulu waktu kami masih SD, aku kelas 2 SD dan Bang Tito kelas 6 SD, lutut ku berdarah karena temen sekelas ku yang begitu nakal sekali mendorong ku saat pelajaran olahraga, aku menangis karena rasanya sakit sekali dan darah nya tidak mau berhenti. Lalu salah satu temenku manggil Bang Tito ke kelasnya dan memberi tahu kalau aku sedang menangis karena habis jatuh di lapangan. Bang Tito pun berlari menghampiriku ke lapangan dan melihat ku menangis.

"Kamu gak papa? " Tanya Bang Tito, dapat kulihat waktu itu wajah Bang Tito sangat khawatir sekali kepadaku.

"Sakit Bang perih" Jawabku masih dalam keadaan menangis sesenggukan.

"Ya udah sini abang gedong ya ke UKS biar lukanya di obatin sama bu Iin"

"Gak mau nanti tambah sakit"

"Enggak kan ada abang, nanti abang sulap gini ya simsalabim rasa sakit pergilah dari lutut adikku"Jawab Bang Tito menenangkan ku, aku pun menganggukan kepala ku tanda setuju. Tidak hanya sampai situ pulang sekolah pun Bang Tito menunggu ku di depan kelas, lalu menggendong ku dari sekolah sampai rumah.

Lalu pada saat Bang Tito akan kuliah di luar kota dan meninggalkan rumah, aku begitu sangat sedih, aku merasa kehilangan dan kesepian jika tidak ada Bang Tito disampingku. Aku menangis dan merengek seharian memohon kepada dia agar tidak pergi dan kuliah saja disini. Tapi yang namanya Bang Tito ada saja cara untuk membuat ku percaya walaupun dia kuliah di luar kota dia akan menyempatkan waktunya untuk menengok ku disini setiap dua minggu sekali.

Ya seperti itu hubungan antara aku dan Bang Tito yang begitu erat seperti segel sosis yang tidak bisa dilepaskan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!