Diantar Dia

...HAPPY READING...

...----------------...

Tidak terasa sudah seminggu aku sekolah di sini, tapi saat ini ada sesuatu yang mengganjal pikiranku. Entahlah kenapa selama satu minggu ini aku tidak melihat Rama di sekolah.

"Vi yang namanya Rama itu yang lagi main gitar pas kita lewat kelas sosiologi dua ya" Tanyaku pura-pura tidak tau Rama padahal aku sudah mengenalnya.

"Iya shin, emang kenapa?"Tanya via.

" Gak papa cuman nanya aja"jawabku santai.

"Dia lagi diskors tuh" Kata via.

"Diskors kenapa? "

"Katanya sih habis ngunci pak adi di kamar mandi, tau kan pak adi tuh guru BP" Jawab via sambil ketawa kecil. Aku pun begitu.

"Lah kok?"

"Emang dia tuh suka gitu, dulu aja waktu kelas satu dia pernah pura-pura kesurupan gara-gara dia mau diikutin lomba cerdas cermat"

"Cerdas cermat" Tanyaku penasaran.

"Iya, ya walaupun dia nakal anak gangster tapi dia tuh pinter"

"Emang ya vi kita tuh gak boleh menilai buku dari covernya tapi diliat dari isinya, trus gimana dia jadi ikut cerdas cermat? " Tanyaku.

"Enggak, diganti sama yang lain"

"Oh" Jawabku sambil menganggukkan kepala tanda mengerti.

"Kok jadi ngomongin Rama sih" Tanya via tiba-tiba ketika kami berdua saling terdiam.

"Eh iya iya kenapa ngomongin dia, udah siap-siap bentar lagi bu titik bakalan masuk" Jawabku mengalihkan pembicaraan.

"Baik anak-anak sekarang kalian boleh istirahat, jangan lupa PR-nya dikerjakan minggu depan dikumpulin" kata bu titik setelah empat puluh lima menit pelajaran.

"Baik bu" jawab kami satu kelas.

"Ke kantin yuk shin" ajak via.

"Iya ayok" aku mengiyakan ajakannya.

Aku dan via duduk di meja paling pojok karena suasana kantin hari ini sangat penuh dengan monster-monster yang kelaparan.

"Kamu tunggu sini aja shin aku yang pesanin makanan, kamu mau pesan apa? " tanya via

"Gado-gado sama es jeruk aja vi" jawabku.

"Oke kamu tunggu sini aja ya biar gak ditempatin sama orang lain" aku hanya menganggukan kepala mengiyakan.

aku mengamati sekitar, dan seketika mataku menangkap seseorang yang tidak asing bagiku, Rama!. Dia berjalan ke arah ku bersama dua temannya lalu dia duduk di samping ku dan dua temannya duduk di depanku. Aku tidak tau harus berbuat apa, aku hanya menundukkan kepalaku dan berharap via segera datang. Dapat ku lihat dari sudut mataku, Rama sedang memandang ku.

"Sendirian? " tanya Rama kepadaku.

"Enggak, sama via" jawabku tanpa memandangnya.

"Terus via sekarang kemana? " tanya nya lagi.

"Lagi pesan makanan" kali ini aku menjawab dengan memandangnya sekilas.

"Nanti pulang naik angkot lagi? " Aku sedikit terperanjat kenapa dia bisa tau kalau selama ini aku naik angkot dan tidak di anterin lagi sama Bang Tito, kan selama seminggu ini dia lagi diskors.

"Heem" aku menjawabnya cuek karena berharap dia tidak nyaman berbicara kepadaku dan pergi.

"Ya udah aku ke kelas dulu ya" Akhirnya dia pergi juga, kenapa tidak dari tadi aja, kataku dalam hati. Tapi saat dia akan meninggalkan kantin dia menepuk bahu orang yang duduk di samping mejaku dan bilang "kalau makan gorengan lima jangan ngaku dua lah sep, kasian Bi iyem" . Aku memandang kepergiannya dari kantin.

"Eh ngeliatin apa? " tanya via yang sudah berdada di depanku membawa pesanan kami berdua.Aku segera mungkin mengalihkan pandanganku dengan cepat.

"Ah enggak vi, kok lama? " tanyaku mengalihkan pembicaraan.

"Iya tadi gado-gado nya antri banget"

"Ya udah makan yuk keburu bel"

Pukul dua siang akhirnya bel pulang sekolah pun berbunyi, waktu yang ditunggu-tunggu oleh semua murid termasuk aku hehe.

"Mau pulang bareng gak shin? " ajak afredo ketua kelasku.

"Gak usah do,ngrepotin" jawabku, karena memang arah rumahku dan afredo berlawanan.

"Gak papa kali shin santai aja"

"Kapan-kapan aja ya do"jawabku sambil tersenyum manis kepadanya.

" Em ya udah deh, aku duluan ya shin"

aku hanya tersenyum.Dapat ku lihat matanya ada raut kekecewaan di sana karena aku tidak menerima ajakannya itu.

Aku menunggu angkot di pertigaan bersama beberapa teman yang lainnya. Sepuluh menit setelah menunggu akhirnya angkot yang ku tunggu datang juga. Aku segera naik dan duduk, namun baru beberapa detik aku duduk aku terkaget karena melihat Rama duduk di sebelahku.

"Rama" mataku memandangnya tajam karena masih dalam keadaan kaget. Dia malah tertawa kecil karena melihat expresi ku saat ini.

"Kenapa? " tanyanya

"Kamu ngapain naik angkot? " aku tidak menjawab pertanyaan nya dan bertanya balik padanya.

"Ya gak papa pingin aja naik angkot, ada yang salah? "

"Nggak" Jawabku singkat lalu memalingkan pandanganku darinya.

"Boleh pinjam HP mu? "

"Hah buat apa?"

"Udah pinjam bentar aja kok" katanya dengan Nada seperti merayu. Aku merogoh Tas ku lalu mengambil HP dan ku berikan pada Rama walau agak sedikit Takut kalau dia aneh-aneh. Dia mengambil HP dari tanganku sambil tersenyum melihatku. Ku lihat dia memasukkan nomor telepon dan menyimpanya dengan nama "RAMA GANTENG".

"Nomor Hpku" katanya lalu mengembalikan hpku lagi.

"Buat apa?" tanya ku heran.

"Ya siapa tau butuh, kalau ada preman yang gangguin kamu tinggal telpon aku" jawabnya sambil tersenyum manis sekali, jujur aku sangat terpesona dengan senyumannya itu. Dia terlihat sangat tampan apalagi bibirnya yang tipis itu berwarna pink alami.Sekajap aku dan dia saling terdiam.

"Kenapa?" tanyaku.

"Kenapa apanya?"

"Kenapa diskors?" tanyaku, entah kenapa aku menanyakan hal yang tidak penting dan tidak ada untungnya bagiku sama sekali.

"Kok tau?"

"i i iyaa dari via" jawabku gugup takut kalau dia sampai tau kalau selama ini aku mencari tau keberadaannya yang tidak ku temui selama seminggu di sekolah. Dia tersenyum.

"Ya karena aku rindu diskors sama pak adi" jawabnya santai sekali.aku sedikit tertawa mendengar jawabannya. Baru kali ini aku tau ada orang yang rindu diskors sama guru BP, karena kebanyakan murid menghindari untuk dipanggil sama guru BP.

"Kamu cantik kalau lagi ketawa" Katanya tiba-tiba. seketika aku berhenti tertawa dan melirik sekeliling ku memastikan kalau mereka tidak ada yang mendengar perkataan Rama barusan.

"Em makasih" Jawabku singkat dan tersenyum tipis.

"Bang kiri bang" kataku kepada abang kenek.

Aku memberi ongkos dan turun dari angkot, tapi kayak ada yang aneh, Rama ikut turun dari angkot dengan ku.

"Kok turun sini?" tanyaku penuh heran.

"Kan rumahku juga di kompleks ini" jawabnya sambil memasukan tangannya ke saku celana.

"Hah, masak, kok aku gak pernah liat"

"Mingkem" katanya sembari menutup mulutku yang sedari tadi melongo.

"Blok apa?" tanyaku lagi.

"Blok G nomor 87" jawabnya

"Oh blok sebelah berarti" kataku sambil mengangguk-anggukan kepalaku.

"Ya udah aku pulang dulu ya" pamit ku lalu berjalan meninggalkan dia.

"Aku antar" katanya sembari menyusul ku yang berjalan lebih dulu.

"Gak usah" jawabku lalu menghentikan langkahku, dia juga.

"Gak papa" jawabnya.Aku hanya terdiam lalu melanjutkan jalanku menuju rumah.

"Jadi ini rumahmu?" tanyanya ketika kami sudah sampai di depan rumah ku.

"Iya, ya udah aku masuk dulu" pamit ku.

"Boleh aku mampir?" tanyanya yang membuat aku mengurungkan niat ku untuk membuka gerbang.

"Mampir?"

"Iya, boleh?" tanyanya lagi.Aku sedikit bingung harus menjawab apa, Tuhan tolong aku. Aku menarik nafas panjang.

"Iya boleh" jawabku dengan sedikit terpaksa. Dia memandangku sambil tersenyum lebar

"Ya udah ayok masuk" ajakku.

"Bukan hari ini" jawabnya.

"Hah?"

"Hari ini aku hanya mengantarmu, mampirnya nanti kapan-kapan lagi" jawabnya lalu pergi.

setelah mandi dan makan aku belajar sebentar lalu merebahkan tubuh ku di atas ranjang ku yang sangat nyaman.

Tok! Tok! pintu kamarku ada yang mengetuk dan aku yakin itu pasti Bang Tito.

"masuk" pintu kamar ku terbuka dan benar ada Bang Tito di sana. aku pun bangun dan duduk, dia duduk di sebelah ku.

"tadi cowok di depan siapa? " tanya Bang Tito. aku tau yang dimaksud dia ada Rama.

"Rama, temen shinta" jawabku

"Ganteng dia" kata Bang Tito sambil tersenyum menggoda.

"Terus?"

"Ganteng dia daripada si pras bajingan itu" kata Bang Tito dengan nada sedikit meninggi saat menyebut nama pras.

"Iya, dia Bang yang udah nyelametin shinta waktu diganggu sama preman" kataku pada Bang Tito.

"Oh ya, anak mana dia?"

"Ternyata rumahnya ada di komplek ini juga tapi di blok sebelah, aku juga baru tau tadi" jawabku.

"Rama anak komplek ini juga, kayaknya gak asing deh" kata Bang Tito seperti sedang mengingat sesuatu

"Gak asing?" Bang Tito hanya diam selama beberapa detik.

"Ah iya abang inget namanya kalo gak salah Ramanda Yordan kan?rumah nya di Blok G nomor 87" kata Bang Tito.

"Kok abang tau?" tanyaku heran.

"Ya tau lah dia ketua gangster kan?"

"iya" jawabku singkat.

"Dia itu anaknya orang kaya, papanya kalau gak salah CEO, tapi gak tau perusahaan nya apa". aku sedikit terkaget mendengar penjelasan Bang Tito tentang Rama, kenapa dia bisa ngerti, ternyata Rama terkenal juga di Kota ini.

" Gak tau lah Bang ngapain juga ngomongin dia" kataku,padahal sebenarnya aku ingin sekali tau tentang Rama lebih jauh lagi. Ah Rama kamu membuat aku penasaran sekali akan tentang mu!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!