BAB 5

Pelan-pelan aku mendekati Awan dan berdiri di sampingnya. Dia memegang tanganku lalu berdiri di depanku. Dia terus menatapku seolah ada sesuatu yang ingin disampaikan namun ada sedikit ragu.

"Kas, kita tetap pergi tapi nggak sesuai rencana awal," katanya sambil menatapku takut aku kecewa.

"Nggak masalah, aku ngikut aja," jawabku sambil memberikan senyum terbaikku menunjukkan kalau aku tidak bermasalah dengan keputusannya.

"Tapi kita ke rumah sakit, daddy anfal," katanya dengan mata berkaca-kaca.

"Yakinlah Wan kalau semua akan baik-baik saja," kataku mencoba menghiburnya.

Di dalam mobil suasana hening dan kekhawatiran tampak jelas di mata Awan. Tidak seperti Awan yang biasa ku temui, Awan yang ceria dan suka bercanda. Memang dalam beberapa bulan terakhir ini penyakit jantung yang diderita ayahnya sering kambuh dan mengharuskan untuk rawat inap di rumah sakit. Sesekali ku usap bahunya sebagai bentuk supportku.

Kami tiba di rumah sakit dan di sambut oleh ibunya Awan. Aku masih bisa mengenali beliau, cantiknya awet, masih sama seperti padahal hampir dua puluh tahun berlalu. Hanya saja model rambutnya berbeda, kalau dulu rambutnya tergerai indah, sekarang digelung ala pramugari.

Kami menuju ke kamar pasien, di sana tampak seorang pria duduk bersandar sambil membaca buku. Garis ketampanan terlihat jelas di wajah pria berdarah Skotlandia-Jawa itu. Beliau tersenyum menyambut kedatangan kami.

"Daddy nggak papa, cuma disarankan istirahat," kata ibunya sambil menata bantal supaya ayahnya bisa nyaman duduk bersandar.

"Tadi Mbak Anti telepon katanya daddy nggak bangun-bangun," kata Awan sambil berdiri mendekati ayahnya namun tangannya tetap memegang tanganku.

"Mbak Anti kan dari dulu memang begitu, mudah panik," kata ayahnya sambil tersenyum.

Aku melirik ke arah Awan, wajah tegangnya sudah perlahan tampak tenang. Matanya terus menatap ke arah ayahnya dan pandangannya menunjukkan bahwa dia lega melihat ayahnya baik-baik saja. Dilepaskan pegangan tangannya dan beralih memegang tangan ayahnya. Dari sorot matanya dan tindakkan fisik yang dilakukan, terlihat jelas betapa Awan sangat menyayangi ayahnya.

"Kamu Kasih kan?" Kata ibunya yang sedikit mengagetkanku.

"Iya, Bu." jawabku sambil sedikit membungkuk tanpa hormat kepada beliau.

"Saat kuliah Awan sering pamit mau pergi sama Kasih, pakai nunjukkin fotomu juga, akhirnya kita ketemu juga," kata ayahnya melanjutkan pembicaraan dan menggoda Awan.

Aku hanya tersenyum lalu menundukkan kepala. Sedikit malu dan penasaran apa yang sudah Awan ceritakan ke orangtuanya mengenai aku? Aku tidak bisa berkutik dan merasa terjebak oleh keadaan. Ingin rasanya ku acak-acak rambutku, tapi aku harus menjaga sikap supaya terlihat manis.

"Kasih itu nama yang unik ya. Dulu waktu kecil Awan juga punya teman sekolah namanya Kasih, anaknya lucu, imut, menggemaskan. Tapi kasihan dibully terus sama Awan." kata ibunya yang membuat aku ingin tertawa namun aku berusaha menahannya yang ku balas dengan senyum.

"Bukan membully mom, tapi Awan gemes abis." kata Awan sambil tertawa.

"Tetap aja Awan nakal, sudah bikin dia menangis," protes ibunya sambil berusaha menjewer telinga Awan.

"Ya, itu kan dulu. Sekarang tugas Awan untuk buat dia tersenyum dan bahagia, iya kan Kas?" kata Awan sambil menatap lembut ke arahku.

Aku yang awalnya hanya menyimak pembicaraan mereka sedikit kaget dengan penyataan Awan. Ibarat orang main bola, aku belum siap tapi Awan mengoperkan bola padaku, dan tak bisa ku tangkap lalu mengenai mukaku dan komentator bola berseru 'terlalu cepat Awan memberi umpannya saudara-saudara'. Segera ku anggukkan kepala karena bingung harus berkata apa.

"Maksudnya gimana ya?" tanya ibunya sambil mengernyitkan dahi.

"Ini Kasih, Kasih yang kita bahas tadi, yang menurut mommy korban bullying," kata Awan sambil tersenyum lebar seperti baru mendapatkan jackpot.

"Sungguh?" kata ibunya dengan nada girang.

Ibunya lalu berjalan mendekatiku kemudian memelukku. Ku sambut pelukannya, pelukan dengan rasa yang sama saat beliau memelukku sambil meminta maaf karena kenakalan anak kesayangannya.

"Nggak nyangka kita masih bisa bertemu," kata beliau sambil melingkarkan tangannya di pinggangku.

"Sebenarnya udah rencana malam ini mau Awan ajak ke rumah, eh malah kayak gini," kata Awan dengan senyum mengembang.

"So sorry, daddy sudah merusak rencana kalian," kata ayahnya sambil mengelus punggung Awan

"It's OK. Maybe next time kita kumpul lagi buat yang meriah, daddy harus selalu jaga kesehatan," jawab Awan sambil menepuk pundak ayahnya.

Setelah obrolan yang seru mengenang masa kecil, aku dan Awan pamit pergi. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan mengenai kesehatan ayahnya. Seperti kata ibunya, ayah Awan hanya perlu istirahat, beliau seorang workaholic, ini lah cara supaya beliau mau istirahat. Mungkin ayahnya akan menjalani rawat inap selama dua atau tiga hari. Lalu malam Minggu berikutnya, kami akan berkumpul lagi untuk sekedar makan malam atau jalan-jalan.

Aku dan Awan berjalan menyusuri koridor rumah sakit. Sejak resmi berpacaran tangannya tidak pernah lepas menggandengku saat berjalan. Kami sampai di area parkir dan masuk ke mobil lalu meluncur ke jalan raya menuju ke sebuah hotel miliknya yang cukup ternama di kota ini. Dia ada janji dengan rekanan kerjanya sebentar untuk menandatangani kontrak kerjasama.

"Kamu nggak papa ketemu rekan bisnis tapi pakaianmu begini?" tanyaku mempermasalahkan tampilannya yang super santai.

"Ini kan Sabtu, sayang. Hari santai, di luar jam kerja, masih untung aku mau datang" katanya sambil menepuk lembut pipiku.

Tanpa mengurangi rasa hormat, Awan memintaku untuk duduk di meja yang lain sementara dia duduk di meja depanku berhadapan dengan seorang pria yang berpakaian sangat rapi. Awan memesankan jus alpukat kesukaanku dan sepiring french fries. Ku ambil ponsel dari dalam tasku untuk mengisi waktu menunggu. Ada WA yang panjang dari Rayi yang intinya dia protes karena aku pulang tanpa pamit, dan saat dia ke rumahku, aku sudah tidak ada.

[Maaf, aku kencan sama Awan] ku balas chatnya yang sudah terkirim satu jam yang lalu.

[Mosok?] balasnya singkat dan cepat membuatku terkekeh.

[Ngambek?] tanyaku lagi

[ora] lagi-lagi dibalas singkat.

[ya udah] balasku lagi

Kalau Rayi balas chat pendek-pendek berarti ada dua kemungkinan, kalau tidak sibuk bisa saja dia badmood. Kebetulan Awan juga sudah selesai lalu duduk di depanku dan menikmati french fries sambil menatapku dalam.

"Kamu cantik, Kas" katanya dan tatapan matanya tidak lepas dariku.

"Baru sadar?" kataku sambil tersipu malu.

"Udah sadar dari dulu, tapi aku nggak tahu gimana mengungkapkan. Sama kayak aku cinta kamu dari dulu tapi baru mampu mengatakannya," katanya sambil memegang tanganku.

"Aku tuh merasa nyaman sama kamu sejak dulu, nggak nyangka juga kamu mau sama aku," balasku sambil menatap ke dalam matanya. Ah, kalau Rayi tahu, dia pasti mengatakan lebay seperti sinetron. Terserah apa kata Rayi, yang jelas saat ini aku sangat bahagia.

Aku meminta pulang karena biasanya di hari Sabtu aku membersihkan dan merapikan rumah. Awan setuju dan menawarkan bantuan, walau aku menolaknya, dia tetap saja bersikeras. Kami lalu berjalan bergandengan menuju lobi dan menunggu mobil diambil valet sebentar. Dari kejauhan tampak seorang perempuan berlari ke arah kami sambil memanggil-manggil Awan dan setahuku dia adalah Chloe, perempuan yang selama ini mengaku sebagai pacarnya Awan.

"Jangan dilihat, pura-pura nggak tahu aja," saran Awan sambil kami bergegas masuk ke mobil dan meninggalkan area hotel. Aku sempat menoleh sebentar dan tampak kerumunan orang di tempat yang baru saja kamu tinggalkan.

Episodes
1 BAB 1
2 BAB 2
3 BAB 3
4 BAB 4
5 BAB 5
6 BAB 6
7 BAB 7
8 BAB 8
9 BAB 9
10 BAB 10
11 BAB 11
12 BAB 12
13 BAB 13
14 BAB 14
15 BAB 15
16 BAB 16
17 BAB 17
18 BAB 18
19 BAB 19
20 BAB 20
21 BAB 21
22 BAB 22
23 BAB 23
24 BAB 24
25 BAB 25
26 BAB 26
27 BAB 27
28 BAB 28
29 BAB 29
30 BAB 30
31 BAB 31
32 BAB 32
33 BAB 33
34 BAB 34
35 BAB 35
36 BAB 36
37 BAB 37
38 BAB 38
39 BAB 39
40 BAB 40
41 BAB 41
42 BAB 42
43 BAB 43
44 BAB 44
45 BAB 45
46 BAB 46
47 BAB 47
48 BAB 48
49 BAB 49
50 BAB 50
51 BAB 51
52 BAB 52
53 BAB 53
54 BAB 54
55 BAB 55
56 BAB 56
57 BAB 57
58 BAB 58
59 BAB 59
60 BAB 60
61 BAB 61
62 BAB 62
63 BAB 63
64 BAB 64
65 BAB 65
66 BAB 66
67 BAB 67
68 BAB 68
69 BAB 69
70 BAB 70
71 BAB 71
72 BAB 72
73 BAB 73
74 BAB 74
75 BAB 75
76 BAB 76
77 BAB 77
78 BAB 78
79 BAB 79
80 BAB 80
81 BAB 81
82 BAB 82
83 BAB 83
84 BAB 84
85 BAB 85
86 BAB 86
87 BAB 87
88 BAB 88
89 BAB 89
90 BAB 90
91 BAB 91
92 BAB 92
93 BAB 93
94 BAB 94
95 BAB 95
96 BAB 96
97 BAB 97
98 BAB 98
99 BAB 99
100 BAB 100
101 BAB 101
102 BAB 102
103 BAB 103
104 BAB 104
105 BAB 105
106 BAB 106
107 BAB 107
108 BAB 108
109 BAB 109
110 BAB 110
111 BAB 111
112 BAB 112
113 BAB 113
114 BAB 114
115 BAB 115
116 BAB 116
117 BAB 117
118 BAB 118
119 BAB 119
120 Bab 120
121 BAB 121
122 BAB 122
123 BAB 123
124 BAB 124
125 BAB 125
126 BAB 126
127 BAB 127
128 BAB 128
129 BAB 129
130 BAB 130
131 BAB 131
132 BAB 132
133 BAB 133
134 BAB 134
135 BAB 135
136 BAB 136
137 BAB 137
138 BAB 138
139 BAB 139
140 BAB 140
141 BAB 141
142 BAB 142
143 BAB 143
Episodes

Updated 143 Episodes

1
BAB 1
2
BAB 2
3
BAB 3
4
BAB 4
5
BAB 5
6
BAB 6
7
BAB 7
8
BAB 8
9
BAB 9
10
BAB 10
11
BAB 11
12
BAB 12
13
BAB 13
14
BAB 14
15
BAB 15
16
BAB 16
17
BAB 17
18
BAB 18
19
BAB 19
20
BAB 20
21
BAB 21
22
BAB 22
23
BAB 23
24
BAB 24
25
BAB 25
26
BAB 26
27
BAB 27
28
BAB 28
29
BAB 29
30
BAB 30
31
BAB 31
32
BAB 32
33
BAB 33
34
BAB 34
35
BAB 35
36
BAB 36
37
BAB 37
38
BAB 38
39
BAB 39
40
BAB 40
41
BAB 41
42
BAB 42
43
BAB 43
44
BAB 44
45
BAB 45
46
BAB 46
47
BAB 47
48
BAB 48
49
BAB 49
50
BAB 50
51
BAB 51
52
BAB 52
53
BAB 53
54
BAB 54
55
BAB 55
56
BAB 56
57
BAB 57
58
BAB 58
59
BAB 59
60
BAB 60
61
BAB 61
62
BAB 62
63
BAB 63
64
BAB 64
65
BAB 65
66
BAB 66
67
BAB 67
68
BAB 68
69
BAB 69
70
BAB 70
71
BAB 71
72
BAB 72
73
BAB 73
74
BAB 74
75
BAB 75
76
BAB 76
77
BAB 77
78
BAB 78
79
BAB 79
80
BAB 80
81
BAB 81
82
BAB 82
83
BAB 83
84
BAB 84
85
BAB 85
86
BAB 86
87
BAB 87
88
BAB 88
89
BAB 89
90
BAB 90
91
BAB 91
92
BAB 92
93
BAB 93
94
BAB 94
95
BAB 95
96
BAB 96
97
BAB 97
98
BAB 98
99
BAB 99
100
BAB 100
101
BAB 101
102
BAB 102
103
BAB 103
104
BAB 104
105
BAB 105
106
BAB 106
107
BAB 107
108
BAB 108
109
BAB 109
110
BAB 110
111
BAB 111
112
BAB 112
113
BAB 113
114
BAB 114
115
BAB 115
116
BAB 116
117
BAB 117
118
BAB 118
119
BAB 119
120
Bab 120
121
BAB 121
122
BAB 122
123
BAB 123
124
BAB 124
125
BAB 125
126
BAB 126
127
BAB 127
128
BAB 128
129
BAB 129
130
BAB 130
131
BAB 131
132
BAB 132
133
BAB 133
134
BAB 134
135
BAB 135
136
BAB 136
137
BAB 137
138
BAB 138
139
BAB 139
140
BAB 140
141
BAB 141
142
BAB 142
143
BAB 143

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!