BAB 2

"Kas, Kasih. Ayo bangun," suara Rayi dengan gedoran keras di pintu membangunkan dari mimpi indahku.

"Jam berapa?" tanyaku dengan mata masih terpejam.

"Sudah jam tujuh, kurang sepuluh menit," kata Rayi masih dengan berteriak.

"Kenapa baru dibangunin? " protesku sambil berlari membawa handuk ke kamar mandi.

Masih terdengar omelan Rayi yang tidak jelas di telingaku karena tertutup oleh suara guyuran air. Aku berlari lagi ke lemari mengambil seragam yang ternyata masih kusut dan aku buru-buru menyetrika. Ah sudahlah, tidak perlu berdandan yang penting ketiak aman pakai deodoran. Tanpa sarapan aku lalu bergegas menaiki sepeda motor yang sudah dinyalakan dan digas terus menerus oleh Rayi sebagai pertanda aku harus bergegas.

"Makanya kalau tahu besok kerja, malamnya jangan keluyuran. Tidur awal, tidur cukup delapan jam, seragam disiapin dari sore jadi pagi tinggal pakai" Rayi mulai ceramahnya.

"Fokus dong nyetirnya, jangan nyanyi terus," protesku tidak mau tahu.

Rayi adalah teman kerjaku, hanya saja dia di departemen fabric. Dia mengontrak di depan rumahku dan setiap hari kami berangkat dan pulang kerja bersama-sama. Dia adalah teman baikku saat ini.

Kami tiba pabrik dan presensi tepat waktu. Hanya saja aku kurang pede dengan penampilanku hari ini. Sangat awut-awutan tanpa make up.

"Yang sudah baikan sama Awan, lupa waktu," kata Rayi dengan nada khas nyinyirnya.

"Kok tahu?" tanyaku sambil merapikan rambut.

"Iyalah, semalam kalian pelukan lama banget di depan pintu. Belum tahu rasanya digrebek warga sih," kata Rayi.

"Ngintip ya, kamu?" tuduhku sambil memonyongkan bibir

"Ndak lah, kebetulan aku di depan pintu, ngesis, sumuk aku nonton sinetron eh malah dapat yang live" kata Rayi membela diri dengan nada medok bercampur bahasa Jawa khas ala Rayi.

"Udahlah, nanti pas makan siang aku cerita. Kerja dulu, kerja dulu." kataku sambil berlari kecil memasuki ruang kerjaku.

...****************...

"Jadi semalam aku jadian sama Awan," kataku sambil setengah berbisik.

"Hah? Kok iso ki lho?" tanya Rayi seakan tak percaya.

"Ya bisa dong, kan kami saling mencintai," jawabku sambil menyuapkan soto daging ke mulutku.

"Terus kalian pergi ke mana?" tanya Rayi yang semalam pasti memantau kegiatanku dan Awan.

"Ke cafe," jawabku singkat

"Ke cafe tenan? Ah, mosok?" katanya meragukan ucapanku.

"Kamu maunya kami ke mana?" tanyaku dengan nada menantang.

"Ya terserah kalian, wong kalian yang pacaran," katanya tanpa rasa bersalah.

"Ya udah, kami ke cafe. Kamu nggak usah protes kalau aku cerita," kataku sambil menggelengkan kepala.

"Terus pulang jam berapa sampai bangun kesiangan?" tanya Rayi menginterogasi.

"Nggak tahu, aku pulang langsung tidur." kataku

"Mosok?" Rayi mulai protes lagi

"Kamu ni lho, mosak mosok, mosak mosok terus," aku tidak kalah protes juga ke Rayi.

"Jadi kami ke cafe, dikenalin sama temannya yang nyanyi di situ, namanya Arka," kataku menjelaskan

"Si Arka ganteng ndak?" tanya Rayi mulai keluar dari topik awal.

"Kok malah bahas Arka sih?" protesku dengan nada tinggi dan disambut Rayi dengan ngedumel entah apa.

Beginilah kami, selalu heboh dan ribut setiap kali bertemu tapi kamu saling nyaman berteman satu dengan yang lainnya. Kami menyelesaikan makan siang dan obrolan kami yang tak tentu arah karena jam istirahat sudah selesai dan kami harus kembali bekerja.

...****************...

Lumayan lelah untuk hari ini. Betapa tidak, ada beberapa model pattern baru yang harus diselesaikan. Aku dan Rayi melangkah malas menuju parkiran.

"Nanti mampir ke minimarket sebentar ya," kataku ke Rayi yang dijawab dengan anggukan.

Sampai di gerbang luar, tampak di seberang jalan seorang laki-laki yang berpakaian rapi berdiri bersandar pada mobilnya dan sedang asyik dengan ponselnya.

"Awan tuh," kata Rayi sambil menghentikan sepeda motor dan menunjuk dengan bibirnya.

"Ngapain dia? Rapi amat kayak mau kondangan," kataku seakan tidak percaya.

"Jemput kamu toh ya, mosok yo mau melamar kerja jadi satpam? Beneran pacaran nggak sih?" Kata Rayi urung menjalankan sepeda motornya kembali.

"Tunggu di sini sebentar," kataku kepada Rayi lalu turun dari sepeda motor dan berlari kecil menyebrangi jalan.

"Awan, kamu ngapain di sini?" tanyaku begitu tiba di depannya.

"Jemput kamu," jawabnya singkat.

"Aku kan sama Rayi, kasihan kalau dia harus naik motor sendiri." kataku menjelaskan.

"Ya udah, kamu sama Rayi, aku tunggu di rumahmu ya," jawab Awan sambil menepuk lembut puncak kepalaku.

Aku lalu bergegas kembali ke lokasi di mana aku meninggalkan Rayi dan kagetnya aku, dia sudah tidak ada di situ. Aku mulai mengacak-acak poniku dan sesekali menggaruk-garuk kepalaku, hal yang sering aku lakukan saat panik. Rasanya ingin mencakar-cakar tanah. Astaga, Rayi ini benar-benar tidak jelas, kurang cerdas, nggak etis, jadi teman nggak ada akhlak, masak aku ditinggalkan begitu saja.

Aku lalu mengambil ponselku dan menelponnya, tapi tidak diangkat. Lama aku mencoba namun tidak ada jawaban. Pasti Rayi meletakkan ponselnya di dalam tas sehingga dia tidak sadar kalau aku menghubungi. Masa' iya aku harus menghubungi Awan padahal tadi aku yang menolaknya menjemputku. Terpaksa aku memesan ojek online sambil terus menggerutu mengenai tingkah Rayi.

Aku hampir sampai di depan rumah dan tampak dari kejauhan Rayi dan Awan berdiri di depan rumahku. Setelah berterimakasih pada bang ojek, aku mendekati Rayi dengan muka cemberut yang pasti sangat jelek.

"Maksudmu apa?" tanyaku galak ke arah Rayi.

"Lho, lha wong tak kiro kamu pulang sama Awan," katanya berusaha membela diri.

"Tadi akan aku bilang tunggu bentar, kok malah ditinggal?" aku masih melayangkan protes tidak terima dengan perlakuan Rayi.

"Iya deh, sepurane! Maaf! Salah paham!. Habisnya kamu ya aneh, dijemput pacar malah ndak mau," kata Rayi sambil melangkah menuju rumahnya.

Awan malah tertawa saat melihat pertengkaran kami. Seperti menikmati acara lawak di TV.

"Nggak dikejar tuh Rayinya?" kata Awan masih menyisakan tawa.

"Nggaklah, nanti juga ke sini sendiri. Kamu sih, jemput tapi nggak ngabarin dulu," kali ini aku malah protes ke Awan

"Kan mau kasih surprise," balasnya.

"Luar biasa aku benar-benar terkejut. Tunggu sebentar ya, aku mau mandi dulu," katamu sambil masuk ke dalam rumah dan diikuti oleh Awan.

Aduh, pasta gigiku sudah habis, sabun juga tinggal sedikit. Gara-gara peristiwa tadi aku batal ke minimarket untuk membeli keperluanku. Sudahlah, gosok gigi nanti malam saja dan mandi dengan sabun seadanya. Sabun mandi dikocokin air dikit pasti busanya jadi banyak  Nanti malam sebelum tidur aku akan mandi lagi. Tidak nyaman juga tidak bisa berlama-lama di kamar mandi karena Awan sudah menungguku.

"Kamu wangi, tahu nggak aku suka banget sama cewek yang wangi," kata Awan saat aku menemuinya di ruang tamu.

"Kenapa nggak pacaran aja sama sabun GIV, kan wangi terus tuh sepanjang hari," candaku yang disambut tawa oleh Awan.

"Kayak lagu dangdut aja," kata Awan sambil tertawa terkekeh.

"Lagu tentang pacaran sama sabun gitu?" tanyaku penasaran.

"Bukan, lagu judulnya cinta sabun mandi," jawab Awan.

"OOO,," jawabku singkat tanda mengerti.

"Sudahlah, malah jadi bahas itu. Ke rumahku yuk, aku kenalin ke orang tuaku," kata Awan menggebu-gebu.

"Lho, kan aku sudah kenal," jawabku apa adanya.

"Aku kenalin sebagai calon istri," katanya mantap.

"Apa? Apa tidak terlalu cepat?" tolakku halus. Astaga aku belum siap untuk ini.

"Kan usiaku sudah cukup, sudah sesuai undang-undang," katanya sambil tersenyum

"Apa lain kali aja ya, aku kan masih capek baru pulang kerja. Biar kalau ketemu terlihat fresh, bersemangat. Ya." kataku beralasan.

Untung saja Awan menyetujui penolakanku. Kami lalu berbicang-bincang sebentar dan tidak lama kemudian Awan pulang.

"Besok aku anterin kerja ya," kata Awan menawarkan.

"Nggak usah, aku sama Rayi aja seperti biasa," jawabku.

"Nanti ditinggal lagi, kalian bertengkar lagi" katanya sambil tertawa.

"Kalau Rayi nggak lihat kamu ya pasti nggak ditinggalin," jawabku sambil bergelayut manja di tangan Awan.

"OK deh, pacarku yang kayak jaelangkung," katanya sambil menepuk lembut puncak kepalaku.

"Kok jadi jaelangkung?" tanyaku penasaran.

"Datang tak dijemput, pulang tak diantar" katanya santai sambil masuk ke dalam mobil.

"Bisa aja," aku menbalas sambil tertawa.

Awan pergi setelah aku melambaikan tangan ke arahnya. Dan tampak Rayi berjalan mendekatiku lalu aku berpura-pura menghindarinya dengan berjalan cepat kembali ke rumah.

Episodes
1 BAB 1
2 BAB 2
3 BAB 3
4 BAB 4
5 BAB 5
6 BAB 6
7 BAB 7
8 BAB 8
9 BAB 9
10 BAB 10
11 BAB 11
12 BAB 12
13 BAB 13
14 BAB 14
15 BAB 15
16 BAB 16
17 BAB 17
18 BAB 18
19 BAB 19
20 BAB 20
21 BAB 21
22 BAB 22
23 BAB 23
24 BAB 24
25 BAB 25
26 BAB 26
27 BAB 27
28 BAB 28
29 BAB 29
30 BAB 30
31 BAB 31
32 BAB 32
33 BAB 33
34 BAB 34
35 BAB 35
36 BAB 36
37 BAB 37
38 BAB 38
39 BAB 39
40 BAB 40
41 BAB 41
42 BAB 42
43 BAB 43
44 BAB 44
45 BAB 45
46 BAB 46
47 BAB 47
48 BAB 48
49 BAB 49
50 BAB 50
51 BAB 51
52 BAB 52
53 BAB 53
54 BAB 54
55 BAB 55
56 BAB 56
57 BAB 57
58 BAB 58
59 BAB 59
60 BAB 60
61 BAB 61
62 BAB 62
63 BAB 63
64 BAB 64
65 BAB 65
66 BAB 66
67 BAB 67
68 BAB 68
69 BAB 69
70 BAB 70
71 BAB 71
72 BAB 72
73 BAB 73
74 BAB 74
75 BAB 75
76 BAB 76
77 BAB 77
78 BAB 78
79 BAB 79
80 BAB 80
81 BAB 81
82 BAB 82
83 BAB 83
84 BAB 84
85 BAB 85
86 BAB 86
87 BAB 87
88 BAB 88
89 BAB 89
90 BAB 90
91 BAB 91
92 BAB 92
93 BAB 93
94 BAB 94
95 BAB 95
96 BAB 96
97 BAB 97
98 BAB 98
99 BAB 99
100 BAB 100
101 BAB 101
102 BAB 102
103 BAB 103
104 BAB 104
105 BAB 105
106 BAB 106
107 BAB 107
108 BAB 108
109 BAB 109
110 BAB 110
111 BAB 111
112 BAB 112
113 BAB 113
114 BAB 114
115 BAB 115
116 BAB 116
117 BAB 117
118 BAB 118
119 BAB 119
120 Bab 120
121 BAB 121
122 BAB 122
123 BAB 123
124 BAB 124
125 BAB 125
126 BAB 126
127 BAB 127
128 BAB 128
129 BAB 129
130 BAB 130
131 BAB 131
132 BAB 132
133 BAB 133
134 BAB 134
135 BAB 135
136 BAB 136
137 BAB 137
138 BAB 138
139 BAB 139
140 BAB 140
141 BAB 141
142 BAB 142
143 BAB 143
Episodes

Updated 143 Episodes

1
BAB 1
2
BAB 2
3
BAB 3
4
BAB 4
5
BAB 5
6
BAB 6
7
BAB 7
8
BAB 8
9
BAB 9
10
BAB 10
11
BAB 11
12
BAB 12
13
BAB 13
14
BAB 14
15
BAB 15
16
BAB 16
17
BAB 17
18
BAB 18
19
BAB 19
20
BAB 20
21
BAB 21
22
BAB 22
23
BAB 23
24
BAB 24
25
BAB 25
26
BAB 26
27
BAB 27
28
BAB 28
29
BAB 29
30
BAB 30
31
BAB 31
32
BAB 32
33
BAB 33
34
BAB 34
35
BAB 35
36
BAB 36
37
BAB 37
38
BAB 38
39
BAB 39
40
BAB 40
41
BAB 41
42
BAB 42
43
BAB 43
44
BAB 44
45
BAB 45
46
BAB 46
47
BAB 47
48
BAB 48
49
BAB 49
50
BAB 50
51
BAB 51
52
BAB 52
53
BAB 53
54
BAB 54
55
BAB 55
56
BAB 56
57
BAB 57
58
BAB 58
59
BAB 59
60
BAB 60
61
BAB 61
62
BAB 62
63
BAB 63
64
BAB 64
65
BAB 65
66
BAB 66
67
BAB 67
68
BAB 68
69
BAB 69
70
BAB 70
71
BAB 71
72
BAB 72
73
BAB 73
74
BAB 74
75
BAB 75
76
BAB 76
77
BAB 77
78
BAB 78
79
BAB 79
80
BAB 80
81
BAB 81
82
BAB 82
83
BAB 83
84
BAB 84
85
BAB 85
86
BAB 86
87
BAB 87
88
BAB 88
89
BAB 89
90
BAB 90
91
BAB 91
92
BAB 92
93
BAB 93
94
BAB 94
95
BAB 95
96
BAB 96
97
BAB 97
98
BAB 98
99
BAB 99
100
BAB 100
101
BAB 101
102
BAB 102
103
BAB 103
104
BAB 104
105
BAB 105
106
BAB 106
107
BAB 107
108
BAB 108
109
BAB 109
110
BAB 110
111
BAB 111
112
BAB 112
113
BAB 113
114
BAB 114
115
BAB 115
116
BAB 116
117
BAB 117
118
BAB 118
119
BAB 119
120
Bab 120
121
BAB 121
122
BAB 122
123
BAB 123
124
BAB 124
125
BAB 125
126
BAB 126
127
BAB 127
128
BAB 128
129
BAB 129
130
BAB 130
131
BAB 131
132
BAB 132
133
BAB 133
134
BAB 134
135
BAB 135
136
BAB 136
137
BAB 137
138
BAB 138
139
BAB 139
140
BAB 140
141
BAB 141
142
BAB 142
143
BAB 143

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!