Kecelakaan

Nyaris pukul sepuluh malam saat Anna meninggalkan Vee untuk urusan yang ia yakini akan sedikit banyak membantunya memenuhi nafsu yang tak mampu, ah bukan, bukan seperti itu, yang lebih tepat adalah yang tidak mau Jeffry penuhi.

Langit malam memang sudah semakin menggelap, tapi Anna masih termanung seorang diri dengan rokok yang perlahan meninggalkan abu dan memilih terbang untuk bergabung bersama angin. Helaan nafas lolos begitu saja saat matanya menjamah luas pemandangan di depannya, hanya Anna saja yang menjadi satu-satunya manusia gila yang menduduki salah satu kursi di sirkuit balap Internasional di Negaranya.

Suara desiran angin yang halus bercampur dengan suara langkah kaki dari arah belakang membuat Anna seketika menoleh, menarik sudut bibirnya untuk melebar, ia benar-benar senang karena akan menikmati malam ini dengan kemenangan—setidaknya itulah yang menjadi angan-angannya.

Laki-laki tinggi berpakaian serba hitam dengat topi membungkus kepalanya itu lantas berhenti setelah sebelumnya menyatukan alis saat melihat abu yang sudah hampir hilang tertiup angin.

Jeka menggeleng kepala sejenak, "Pemborosan, tidak kasihan banyak orang mati kelaparan, disumbangkan bahkan lebih bagus, daripada uangmu hangus." Sarkasnya yang sontak membuat Anna memutar bola mata, kawan lama yang baru dua hari yang lalu mengabarinya telah bertolak dari Amsterdam itu sangat menyebalkan.

Anna berdecak. "Sebenarnya banyak pilihan, peluk, senyum, kau tidak rindu?" setelahnya bibir merah muda itu menekuk tanda merajuk.

Helaan nafas halus terdengar saat laki-laki itu mengeluarkan tangannya yang awalnya tersimpan di saku celana, "Sini," pintanya dengan melambai.

Anna dengan senang hati melompat untuk mendapat dekapan saat Jeka melebarkan tangan. Ia mengakui jika sangat merindukan temannya yang satu ini.

"Hoe," terdengar teriakan bersuara akrab dari bawah arena balap, rambutnya berwarna hitam pekat yang sedang mendayu karena tertiup angin malam, ranumnya tersenyum lebar bagai matahari pagi yang yang baru muncul ke permukaan, parasnya yang menawan seolah ingin meminta pengakuan karena tangannya yang melambai masih di hiraukan.

"Enu," gumam Anna pelan, lalu menatap wajah Jeka disusul dengan teriakan senang hingga melompat girang, "Aku sangat tahu jika kalian memang sangat menyayangiku." Anna meringis saat laki-laki pemilik gigi kelinci itu tak segan menjitak kepalanya.

Bagaimana bisa hal seperti ini dikatakan bentuk dari kasih sayang dengan wanita gila yang memaksa mereka untuk melakukan hal yang membahayakan nyawa?

Kepala Jeka mendadak pening, tapi menatap mata Anna yang berkedip lucu sembari memohon, pemuda itu tak tahan jika tidak mengabulkan.

Anna memajukan bibir bawahnya, lantas berkata, "Jadi tidak sayang ya? Kookie tidak sayang Anna?"

"Stop it, atau kucium kau disini."

Mendengar penuturan itu, Anna membekap mulutnya lalu lari terbirit menghampiri Enu yang sudah menyandarkan tubuhnya dengan nyaman pada pintu mobil sembari merentangkan tangan, ya, siapa tahu Anna akan datang dan memeluknya seperti wanita itu memeluk Jeka.

Terkadang harapan memang tak selalu menyenangkan, alih-alih mendapat pelukan, pemuda bernama lengkap Cha Enu mendapati Anna yang tengah meneliti mobil yang ia bawa, yang seakan terlihat lebih menawan dari pada pemiliknya. Enu mendadak sakit hati.

Kejutan lain seakan iri jika tidak menghampiri, Anna serta Enu menangkap lampu yang menyorot tepat di depan mereka.

"Sialan," gerutu Anna.

Anna menatap geram ke arah Enu yang ada disampingnya, pun Jeka yang baru saja mendekati mereka ikut terkena imbas lirikan menusuk yang seakan mampu membunuh dalam hitungan detik itu juga.

Enu ngeri, langsung saja laki-laki itu bersembunyi dibalik tubuh Jeka, jari tangannya sibuk membentuk V sign; simbol perdamaian dan kalah talak sebelum berperang. Sedangkan Jeka tidak seperti Enu yang kebanyakan tingkah, ia hanya menatap Anna dengan tenang.

Suara berdenyit keras ban mobil yang berisik tegang dengan bitumen akibat rem dadakan yang disengaja mampu membuat Anna memekik lebih daripada geram. Wanita itu melotot sembari membalik badan.

Jendela mobil terbuka, menampilkan sosok wajah paripurna dengan lesung pipi membingkai rupanya. "Apa kau melupakan sesuatu Anna Park? Ponselmu misal." Sarkasnya diakhiri ranum yang terangkat sebelah.

"****!!!" Umpatan Anna terdengar sangat keras.

Sial. Sial. Sial. Ia melupakan sesuatu. Semenjak kejadian dua tahun silam. Pemuda bernama lengkap Jung Jeffry itu tak akan pernah kelupaan perihal keamanan Anna kemanapun wanita itu menginjakkan kakinya, ponselnya disadap.

Anna mencoba menetralkan emosinya. Jangan sampai. Jangan sampai. Itu rapalnya. Maksudnya jangan sampai ia meledak saat ini juga. Ia ingin bersenang-senang. Bukan malah kebakaran jenggot akibat emosi yang tak mampu ia tahan.

"Ayolah Jeff, sekali ini saja, ya, ya, ya." Anna merayu.

Jeffry keluar dari mobilnya, melipat tangan dibawah dada dan berdiri tepat disamping Anna yang sudah menyatukan telapak tangan tanda memohon.

Sialan. Jeffry tidak tega. Pasalnya ia baru saja mendapati jika calon suami Anna memang orang yang berpengaruh. Setelah menikah pasti wanita sekaligus sahabatnya itu tidak bisa keluar rumah seenaknya, apalagi bermain adu balap seperti ini. Tapi, Anna adalah wanita bebal. Masih banyak lagi cara yang dapat ia lakukan di masa depan.

Jeffry menghembuskan nafas halus sebelum menanggapi, sedikit melirik ke arah Jeka yang memang sebelumnya sudah diajak berkompromi. "Dengan satu syarat." ucapnya.

"Apa?" tak tanggung-tanggung Anna langsung menjawab. "Aku terima apapun syaratnya." imbuhnya lagi meyakinkan.

"Kau harus mengalahkan Jeka dengan aku yang akan berada di dalam mobil bersamamu, sebagai pendamping. Jika kau kalah, tidak akan ada hal-hal seperti ini lagi. Deal. Tidak ada penolakan."

"Oke, deal."

Daripada tidak sama sekali. Tidak apa lah. Anna sudah sangat bahagia bisa merasakan sesuatu yang dapat memicu adrenalinenya. Anna hanya ingin tahu saja, bagaimana nanti akhirnya.

Tapi.

"Tunggu. Aku tidak mau." tolak Anna berbeda dengan semangat mengiyakan seperti sebelumnya.

Jeffry menautkan alisnya. "Terserah, ayo pulang kalau kau tidak mau."

"Ayolah, bersenang-senang saja, oke, tidak harus mengalahkan Jeka. Kalian tahu sendiri...."

Jeffry memotong ucapan Anna dengan deheman panjang sembari menggelengkan kepala dan telunjuk jari yang ikut berkompromi. "Iya, atau tidak sama sekali. Aku bisa menyeretmu dari sini. Enu dan Jeka siap membantuku."

Anna lesu, beralih menatap Jeka. "Kookie, kau boleh menciumku, ayo cium aku."

Enu bergidik ngeri menyaksikan rengekan Anna yang berakhir dengan wanita itu mencoba meraih kepala Jeka untuk dicium, namun tak kunjung berhasil karena Jeffry ikut serta bersama Jeka untuk menggagalkan rencana busuk wanita itu.

"Oke." Rose mulai geram. "Aku akan mengalahkan Jeka. Tapi, kau....Enu, kau yang akan berada di samping kemudiku."

Pasalnya jika Jeffry yang berada di samping kemudi Anna, wanita itu tidak akan bisa konsentrasi, Jeffry pasti cerewet.

"Oh, tidak bisa, honey." Jeffry tetap menolak. "Aku akan tetap berada di samping kemudimu."

Terlambat. Anna berlari dan membuka pintu mobil milik Enu yang sejak pertama kali ia lihat sangat menarik di matanya. "Enu, kau memilih masuk, atau aku langsung tancap gas sekarang juga!!!" ancamnya.

"Wanita gila." Jeffry menggeram jengkel.

Benar bukan. Anna memang bengal. Mau bagaimanapun sangat susah mengendalikannya. Sedangnkan Jeka dengan sangat santai mengangkat bahunya.

"Ayo, begini saja, buat dia senang." Ajak Jeka kepada Jeffry. "Enu, ponselmu harus terhubung dengan Jeffry. Awasi wanita gila itu." perintahnya serius kepada Enu, dan pria tinggi itu langsung berlari kecil masuk kedalam mobilnya.

***

"Huh, apa-apan, mengalahkan Jeka. Enu, kalian itu mau membuat taruhan yang sudah pasti tidak bisa aku menangkan. Dasar licik."

Enu yang sudah berada di samping Anna terpaksa harus mendapatkan omelan mengesalkan itu. Namun yang dikatakan Anna memang benar dan masuk akal. Wanita pintar seperti Anna sudah pasti tahu akan rencana yang memang sudah disusun rapi oleh ketiga sahabatnya. Apalagi untuk mengalahkan Jeon Jeka, si raja balap yang bahkan sudah ratusan kali mendapatkan medali emas, dari lokal, nasional maupun internasional.

Gila. Gila. Mana bisa Anna mengalahkannya.

Enu menghela nafas gusar sebelum menjawab, "An, kita menyayangimu, hal ini berbahaya, kau yakin sudah bisa mengatasinya? Yakin sekali?"

Anna mengeratkan genggaman tangannya pada setir, matanya memandang nanar aspal yang terlihat hitam lewat kaca depan mobil, "Please. Maka dari itu, bantu aku. Bantu aku untuk memastikan." pintanya sembari memohon. "Setelah ini, aku akan berhenti, aku berjanji, kau tahu aku orang yang tidak pernah mengingkari janji bukan, kau percaya padaku 'kan Enu?"

Enu kalah. Jika Anna sudah berbicara kelewat serius, lantas apa yang harus diragukan. Mungkin terkadang tingkah Anna memang kekanakan, tapi Enu tahu jika wanita itu mempunyai tekanan begitu besar. Sering sekali berlagak acuh agar tidak membebaninya. Tapi ia sangat tahu apa yang terjadi pada sahabatnya.

Enu memandang Anna dengan senyum sampai matanya menyipit, tangannya mengelus pucuk kepala Anna, lalu berkata, "Jika kau sudah berjanji, aku bisa apa, ayo kalahkan Jeka."

Setelah itu, Enu mengangkat telepon yang sedari tadi menyala, nama Jeffry yang muncul di layar kacanya. "Oke, ayo kita lakukan."

***

"Anna, kau gila."

Anna hanya mengerlingkan mata, menatap geli Enu yang berada disampingnya, lalu memfokuskan lagi pandangan pada arena balap yang berliku-liku di depannya.

"Ayolah honey, tidak akan terjadi apa-apa, percayakan semuanya padaku. Kita akan selamat dan mengalahkan si gigi kelinci itu, tinggal sedikit lagi."

Enu menggeram. "Tapi tidak dengan kau berbelok dengan mendadak, Anna, oh my gosh, kau membuatku jantungan. Sial. Aku merasa seperti banci."

Terdengar ledakan tawa dalam mobil yang dikendarai oleh Anna yang tentu saja dapat didengar juga oleh Jeffry dan Jeka. Sambungan telepon tersambung dengan sangat jelas. Enu memang semenggemaskan itu.

Jeka dan Jeffry hanya menggeleng sembari tersenyum tipis, menyimak obrolan yang hanya didominasi oleh umpatan Enu saat Anna melakukan aksinya. Anna memang jago dalam hal ini. Jeka saja mengakui. Namun, wanita itu masih tertinggal jauh di belakangnya.

Jeka bisa saja mengalah, sangat bisa malah. Namun ia akan ketahuan dan Anna tidak suka dengan hal yang meremehkannya.

"Anna, setelah semuanya selesai, aku pastikan akan mencekik lehermu."

"Ayolah babe, bahkan aku akan mencium mu sampai mampus." balas Anna disertai senyum yang sangat misterius.

Kecepatan mencapai 150 pada speedometer. Wanita itu menarik tubuhnya ke depan untuk lebih fokus. Jantungnya berdetak tidak karuan. Bahkan otaknya sudah dikerubungi oleh adrenaline yang begitu kuat.

“Ayolah, kembalikan debaran itu. Aku ingin merasakan. Aku ingin kembali kemasa itu.” Batin Anna memohon untuk sesuatu yang membuatnya sampai nekat melakukan balap ini lagi. Berurusan dengan jalanan ini. Berurusan dengan nyawa lagi.

Ekor mobil Jeka sudah terlihat jelas di depan sana. Sedikit lagi. Anna menekan gas dengan penuh setelah mengerem akibat belokan yang mengharuskan ia bergerak ke arah kanan, menyusul Jeka dengan arah yang sama.

"Jeff, kita menyusulmu." Enu bangga saat mengatakan itu. Sedikit lagi, Anna memang sudah akan menyalip mobil Jeka.

Ckiiiit.

Bruuuuk.

Mobil yang dikendarai Anna menabrak pembatas dengan sangat tiba-tiba. Sebelum itu terjadi, yang dirasakan Anna hanya bayangan kendaraan yang berlalu lalang menghadang jalannya. Anna kebingungan untuk menghindar, sampai-sampai takut untuk maju ke depan, ke kiri atau ke kanan. Pandangan Anna memudar, hal terakhir yang ia dengar adalah Enu yang memanggil-manggil namanya dengan keras sebelum semuanya menjadi sunyi, gelap dan mencekat.

Terpopuler

Comments

Momogi

Momogi

Enu gokil bgt dah

2022-11-13

0

Momogi

Momogi

Gentle ih, suka Jeka

2022-11-13

0

Momogi

Momogi

Duh deg2an nih

2022-11-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!