Kencan

Anna memandang lekuk tubuhnya di depan cermin, memandang penuh arti jika sebentar lagi akan ada kewajiban untuk membaginya bersama orang lain. Baru saja beberapa menit yang lalu wanita itu terbangun dari tidurnya. Sedikit tergesa untuk membasuh diri mengingat jika hari ini adalah waktunya untuk berkencan.

Kencan?

Iya kencan, oleh sebab itu, Anna segera mandi lalu pulang kerumah megah keluarga Park. Mengingat jika pasangan kencannya hari ini akan menjemput dirinya di rumah orang tuanya, maka dengan langkah seribu, ia harus cepat menyelesaikan acara mandinya atau orang di balik ponsel yang sedari tadi mengoceh berubah pikiran untuk datang kesini dan menyeretnya tanpa belas kasihan—ya tidak juga, nyonya Park atau bisa di sebut Dara Park tidak mungkin tega kepada putrinya, punya kaki untuk berjalan kenapa juga harus repot-repot menyeret.

Anna memekik kesakitan, akibat olahraga semalam membuat pegal di seluruh badan sampai ketulang bahkan di area pinggul yang mempunyai efek begitu kuat. Salahkan Jeffry karena kecerobohannya, jika mencekik manusia sampai mati tidak bisa membuatnya hidup di balik jeruji maka tadi malam lah waktu yang tepat untuk menghabisi Jeffry.

Mungkin rencana itu akan dipikirkan lagi oleh Anna, yang terpenting saat ini adalah pulang dan memenuhi permintaan orang tuanya.

"Mom," teriak Anna seperti tak punya aturan dan lupa jika umurnya sudah hampir memasuki dua puluh delapan.

Dara menoleh dimana putrinya berada, melipat tangan dengan tatapan curiga. "Tadi malam pergi ke klub lagi?" Tanyanya.

"Tidak. Siapa yang mengatakannya?" Elak Anna.

"Jeffry."

Saat ini juga, Anna ingin terbang ke rumah Jeffry dan melempar pemuda itu ke hutan tropis agar dilahap hewan buas sampai habis.

"Mom, kenapa bukan keluarga Jung saja yang menjadi jodohku?"

"Memang kau mau menikah dengan Jeffry?"

"Aku maunya dengan Hobi oppa."

"Anna!" Geram Dara sembari memekik memanggil nama anaknya.

Jung Hobi adalak kakak Jung Jeffry yang sudah menikah, bahkan istrinya sedang mengandung anak kedua.

Apa Anna bercita-cita ingin menjadi penghancur rumah tangga orang?

Anna mendegus lalu menapaki tangga menuju kamarnya dengan segurat senyuman karena berhasil mengerjai Ibunya. Jika tidak bisa mengelak lagi, maka Anna hanya akan diam dan berlalu. Kelakuan CEO muda itu memanglah begitu, terkadang tidak tahu aturan dan semaunya sendiri; seakan masa depan sebagai pendamping seorang pria memanglah hal yang harus dikesampingkan.

"Pakailah gaun yang sudah mommy siapkan di ranjang, Anna," teriak Sandara.

"Iya, mom," jawab Anna tak kalah berteriak.

Hanya Dara lah kelemahan Anna. Walau bagaimanapun wanita paruh baya dengan wajah muda itu adalah orang yang paling dihormati dan dicintainya. Anna akan menurut jika Dara sudah berkata dengan sarat perintah maupun meminta.

Pernah suatu hari Anna ingin membunuh dirinya sendiri. Tapi, bayangan Dara dengan senyum merekahnya talak membuat Anna berhenti dari tindakan gilanya. Membayangkan senyuman pudar dari ranum Ibunya jika ia mati tiba-tiba pasti akan sangat menyedihkan.

Bunuh diri; pasti akan membuat Dara menyalahkan diri sendiri karena tak berhasil membahagiakan putrinya—setidaknya itu lah yang terlintas dalam benak Anna.

Memandang duplikat dirinya di depan cermin dengan balutan dress dari Alexander McQueen seri belted biker dress, mempertontonkan keindahan kakinya karena gaun itu sepanjang atas lutut. Sentuhan terakir berada pada sepatu model pumps dari merk yang sama dengan seri pointed toe pumps yang membalut telapak kakinya, membuat Rose tersenyum—perfetto.

"Honey. Cepat turun," panggil Dara.

Nampaknya dengan panggilan kelewat manis melebihi madu itu menandakan jika hati Dara sangat berbunga.

"Yes, Mom," saut Anna dari atas.

Nampaknya keluarga Park memang sangat suka dengan vocal tinggi sampai Park Toby kepala keluarga menggelengkan kepala, istri dan anaknya itu sama saja, lantas kenapa sering sekali mereka berdua saling menyalahkan jika suara berisik mengganggu telinga.

Anna menuruni anakan tangga dengan sesekali meringis karena punggunggnya benar-benar sakit, jika absen dari kencan bisa dilakukan maka saat ini ia masih terbaring di ranjang empuknya, tapi itu hanyalah seandainya.

"Cepat, ditunggu di mobil depan," suruh Dara.

Dahi Rose mengkerut heran. "Hah?" tanyanya tidak mengerti.

"Tidak ada waktu, cepat keluar."

Segera Anna keluar. Terasa aneh saat sang penjemput kencan tidak menunggu di dalam rumah. Ada apakah gerangan—mencurigakan.

Saat Anna sampai di samping mobil mewah dengan warna hitam mengkilat, terlihat mahal. Seorang pria sedikit tua membuka pintu penumpang, lantas mempersilahkan Anna untuk masuk ke dalam.

Anna membungkuk untuk melesatkan tubuh rampingnya, namun kala mata terbukanya menatap presensi seseorang di dalam; Anna terkaget lalu segera membungkukkan badan tanda hormat.

Nyonya Kim atau jika Anna tidak salah ingat namanya, Kim Shinha berada di dalam sana, teman kencan Anna bukanlah anaknya yang bernama Kim Vee melainkan calon mertuanya.

"Annyeong haseyo," sapa Anna santun.

"Masuklah," pinta Shinha.

Anna sedikit gugup, jujur saja, pawakan wanita paruh baya dengan rambut digelung rapi keatas itu sangat menakutkan. Tipikal wanita bangsawan yang sangat hati-hati dalam berbicara. Untung saja Anna punya adab yang sama, jadi untuk sementara, Anna hanya merapal doa agar bisa mengatasinya.

Setelah buntalan empuk itu terduduk di jok samping dimana Shinha disebelahnya, Anna sedikit kikuk dan tidak nyaman, beberapa kali meremat telapak tangan untuk menenangkan debaran jantungnya. Sejak perkenalan pertama memang tidak ada obrolan yang berarti di antara mereka, yang ada adalah obrolan antusias antar orang tua. Jadi, berhadapan dengan nyonya Kim sendirian membuat Anna dilanda gugup luar biasa.

"Ayo jalan," intrupsi Shinha pada supirnya.

"Semalam kau mabuk?" tanya Shinha datar, sedatar permukaan air dalam gelas.

Tak terduga.

Anna seakan mati saja, nyawanya sedang mencari alasan di luar sana, mencari kosa kata yang tepat untuk dilemparkan sebagai jawaban.

"Iya, Nyonya Kim," jawab Anna akhirnya, hanya itulah yang mampu Anna katakan. Menjalin hubungan dengan orang baru harus dimulai dengan kejujuran bukan? Anna bukan tipikal orang munafik yang suka cari muka dengan topeng cantik.

"Hwahahahhahahha."

Tawa Shinha menggelegar seiring perjalanan menuju butik saat mendengar jawaban yang teramat kaku dari calon menantunya. Sedang Anna membolakan mata, tak henti menatap Shinha yang masih menghapus air mata akibat ledakan tawanya.

Apakah Anna tampak sangat lucu? Ia berkaca pada spion depan yang berada di tengah, mungkin riasannya berantakan, atau lipstik yang digunakan belepotan sampai keluar area bibir.

Nope.

Anna tidak menemukan keganjalan, melainkan mendapati wajahnya yang rupawan, wah, ia terlalu percaya diri.

"Ana, panggil Ibu. Aku bukan majikanmu, aku adalah Ibumu mulai sekarang. Mengerti! Ya Tuhan, kau lucu sekali," ucap Shinha dilanjutkan dengan cubitan di pipi Anna yang gembul di akhir kalimat.

Anna mengangguk. Sepertinya Shinha memang sengaja mempermainkannya. Jika sudah konyol kenapa menampilkan raut menyeramkan seperti hantu di awal tadi? Anna tidak mengerti pun tidak menduga jika Ibu dari Vee sangat berbeda dari calon suaminya.

"Kau pasti membedakan bagaimana sikapku dan sikap Vee bukan?"

Wah.

Anna ketahuan, atau mungkin Shinha yang memang canayang? Semacam peramal dengan kedok Nyonya besar.

"Aku bukan canayang atau peramal."

Lagi.

Anna berkeringat dingin akibat teralu banyak membatin dengan spekulasi yang tertebak sampai akhir. Anna akhirnya hanya tersenyum seperti orang bodoh. "Maafkan aku Nyo—,"

"Ibu, panggil aku Ibu," potong Shinha.

"Ibu," ucap Anna pada akhirnya.

Terlihat Shinha menghela nafas teratur, masih menoleh untuk memandang Anna yang tertunduk. "Tenang saja, waktu muda Ibu juga suka minum. Apalagi saat berkumpul bersama kerabat atau teman, hal pertama saat itu sudah pasti minum bersama. Kau mengerti!!" jelas Shinha agar Anna tahu jika minum-minuman memabukkan bukanlah sesuatu hal yang besar dan tidak harus dihindari jika menjadi menantu keluarga Kim, akhirnya Anna lega, teramat lega sampai menderukan nafas kuat.

Anna tersenyum simpul. "Aku mengerti, Bu," jawabnya.

Shinha tanpa terduga menarik telapak tangan Anna untuk digenggam. Tatapan hangatnya sangat jelas saat Anna balik memandang netra calon mertua.

"Bisakah kau berjanji padaku, Anna," pinta Shinha sarat meminta, terlebih memohon.

Hati Anna sakit, sungguh sakit melihat orang tua sedang tidak berdaya lewat sorotan mata. Apa yang bisa diharapkan dari Anna hingga Nyonya besar Kim yang terkenal dengan kewibawaannya sampai meminta bahkan memohon padanya yang sangat-sangat tidak pantas jika dijadikan menantu.

"Ibu, apapun, apapun akan aku lakukan," jawab Anna tanpa ragu sedikitpun.

Anna mengalah. Tidak sanggup untuk menjawab tidak. Mendadak ada yang menggedor hatinya untuk terbuka dan menerima permintaan itu.

"Vee. Pria nakal itu adalah pemilik senyum yang sangat indah, tapi sayangnya tidak pernah bisa Ibu lihat lagi. Bisakah kau membuat dia bahagia? Membuat dia tersenyum lagi? Ibu hanya meminta itu padamu, Anna."

Jika diminta mengelilingi Dunia sampai kehabisan uang, Anna sangat bisa, ia kaya. Jika disuruh mati sekarang juga, Anna juga bisa, itu cita-citanya. Tapi, jika untuk membuat si angkuh Kim Vee untuk tersenyum, jelas talak, Anna tidak bisa, sangat mustahil bahkan.

Anna membantah prinsip munafik dalam kamus hidupnya. Mengatakan, "Iya, Bu. Anna akan melakukannya untuk Ibu." jawabnya sangat bersebrangan dengan kemampuan dan kuasa yang dimilikinya.

Keheningan setelah itu terjadi sampai mobil yang membawa sepasang calon menantu dan mertua sudah berada di depan pelataran butik terkenal di Seoul. Tampilan megah dengan arsitektur modern tampak terlihat mewah dari luar.

Shinha dan Anna disambut oleh perancang sekaligus pemilik butik besar ini, sepertinya seseorang itu tidak mau melewatkan bagaimana perawakan calon menantu keluarga Kim.

"Selamat datang Nyonya Shinha dan—,"

"Anna, panggil saya Anna," sambung Anna dengan ramah.

"Nona Anna," sapa wanita itu akirnya, dan Anna mengangguk singkat.

Mereka digiring langsung ke ruangan yang disediakan khusus untuk customers, memperlihatkan gaun-gaun pengantin yang terlihat mewah dan elegant.

"Apa anak itu sudah datang, Jase?" Tanya Shinha kepada Jase, ya itu adalah nama wanita yang sedari tadi bersama mereka.

"Tuan Vee sudah menunggu disana," jawab Jase dengan jari menunjuk ke arah balik tirai yang tertutup dengan kain menjuntai ke bawah.

"Ck. Dasar anak itu, ayo ikut Ibu, Anna."

Shinha dan Anna berjalan menuju balik tirai yang ditunjukan oleh Jase. Membelah tengah kain sampai bunyi rekatan bersuara. Vee ada disana, duduk di sebuah sofa dengan nyamanya, kedua lengan tangan berpangku pada paha dengan telapak tangan yang disatukan.

Tatapannya begitu dingin yang mampu membekukan siapapun yang melihatnya. Walaupun begitu, rupawan wajahnya memang tidak bisa diabaikan. Sedang Vee menatap Anna dengan meneliti dari kepala sampai kaki, Anna cantik tapi Vee tidak tertarik.

Keduanya sama-sama menyangkal dan menolak untuk terpesona, hati mereka juga sama-sama tertinggal untuk urusan murahan seperti itu, perasaan mereka juga sama, mati untuk cinta.

"Aku sudah memilih, aku tidak mau gaun lain," ucap Vee egois. Setelah itu berlalu dan pergi mengurusi urusannya sendiri.

Shinha menghela nafas berat, sampai kapan putranya akan seperti itu, selalu saja tidak perduli seakan hidup sediri di Bumi ini.

Sedang Anna hanya menyisir langkah Vee sampai punggung pria itu menghilang dari pandangan. Anna tidak masalah, bahkan sangat berterimakasih karena tidak perlu repot-repot memilih gaun yang menurutnya sangat melelahkan dan membosankan, karena dulu Anna juga pernah merasakannya walaupun pada akhirnya berantakan.

Anna merogoh ponsel yang baru saja berbunyi. Membuka text yang baru saja dikirimkan padanya.

+822xxx:

Keluarlah, ikut aku beli cincin lalu makan bersama, tanpa ibu. Aku tunggu di dalam mobil. Vee.

Begitulah pesan itu saat dibaca oleh Anna. Wanita itu lantas memberitahu Shinha dan menunjukkan pada calon mertuanya. Mata Shinha berbinar dan langsung mengiyakan dengan mendorong Anna agar cepat keluar untuk menyusul putranya. Terbit senyum bahagia saat Anna melihat Shinha yang begitu senang.

Terpopuler

Comments

osa

osa

suka sih , sayang crtnya Korea.lbh suka Indonesia hehehe

2022-12-31

1

Momogi

Momogi

Otw jadi manti kesayangan nih

2022-11-13

0

Momogi

Momogi

Anjay cantik tp nggk tertarik

2022-11-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!