Dengan sedikit sempoyongan, Reina berusaha untuk bangkit. Ia menatap ke arah Jack dengan memegang pelipisnya yang mengeluarkan darah.
“Apa Anda ini memang seorang laki-laki?” tanya Reina dengan tatapan datarnya.
Terlihat sangat jelas di wajah Reina, jika tidak ada lagi pandangan yang seakan menatap hormat layaknya anak untuk ayahnya. Kini yang ada hanya tatapan acuh dan datar yang Reina tunjukkan untuk ayah palsunya, atau Reina perlu memanggil Jack sebagai ayah tiri?
“Kurang ajar!”
Jack hendak menerjang Reina, tapi untuk kali ini Reina dengan gesit menangkap tangan Jack dan memelintirnya. Dengan sedikit menggunakan tenaga, Reina lantas mendorong Jack yang kini dalam keadaan setengah mabuk.
Brukkk
Seketika itu juga Jack yang sedang setengah sadar langsung merasa sakit, kesadarannya sedikit demi sedikit mulai membaik.
“Jika memang Anda sangat menginginkan uang itu, silahkan saja! sebanyak apapun uang itu saya tidak akan peduli!” tegas Reina menatap dingin ayahnya.
Entah mengapa, Reina merasa bodoh. Dulu saat kecil, Reina selalu berusaha untuk terlihat baik di depan ayahnya, lebih tepatnya Reina berusaha menjadi anak yang seperti Jack inginkan.
Suka melukis, menggambarkan dan juga pandai dalam bermain alat musik. Dan lebih anehnya lagi, Reina sampai rela belajar itu semua hanya demi disayang oleh laki-laki yang jelas bukan ayah kandungnya
Karena Jack memang sangat menyukai seni.
“Dasar anak yang tidak tahu diri! kamu kira kita tidak berhak atas uang kamu? kita justru lebih berhak jika dibandingkan dengan kamu. Harus kamu ingat jika selama 14 tahun ini, kamu telah menjadi beban hidup keluarga ini!”
Reina yang mendengar hal itu, tatapan datarnya menjadi semakin dingin dan tak suka.
Beban hidup? Jadi apa seperti itu yang laki-laki itu pikirkan selama tentang dirinya? Kalau begitu, sebagai beban hidup bukankah Reina harus membuat laki-laki itu kesusahan?
“Sekarang saya ingin bertanya pada Anda tuan, berapa kali Anda makan dalam sehari? tiga kali? tidak! Anda makan mungkin lima kali dalam sehari. Sedangkan saya?, Anda pasti yang paling tahu jawabannya!”
Reina sengaja menghentikan ucapannya itu untuk melihat respon Jack. Ternyata laki-laki itu hanya diam, tapi tatapan sinis dan tak suka itu masih ia perlihatkan.
“Coba bandingkan dengan saya, saya makan satu kali dalam sehari. Uang jajan? mana ada istilah uang jajan dalam kehidupan masa kecil saya!. Lalu jika seandainya ayah kandung saya mengirimkan uang untuk bisa memenuhi segala kebutuhan keluarga ini, kira-kira berapa banyak uang yang setiap bulannya dia kirim 'kan?”
Jack hanya diam, tangannya mengepal erat seolah ia kini sedang direndahkan oleh Reina. Tapi yang Reina katakan itu benar, jika dirinya sebenarnya dibiayai oleh ayah kandung Reina. Alasan Jack masih mau bertahan dengan istri yang ia anggap berkhianat, itu tak lain karena demi sebuah tumpangan hidup.
Jack yang dari dulu memang pemalas, sangat tidak bertanggung jawab. Bahkan selama ini yang setiap hari bekerja adalah Rossa.
Disaat Rossa hamil dengan lelaki yang tidak Jack tahu orangnya, ia awalnya ingin meminta Rossa menggugurkan kandungannya itu. Tapi karena sebuah penawaran yang mana ayah Reina akan membiayai kehidupan Reina sepenuhnya, hal itu membuat Reina hingga saat ini masih hidup.
“Saat sekolah dulu, Kak Alisa Anda sekolah 'kan di sekolah favorit meski harus mengeluarkan banyak uang. Tapi saat giliran saya? apa Anda mau sedikit saja mengeluarkan uang? bahkan untuk sepeser saja tidak pernah, iya 'kan?!”
Lagi-lagi Jack hanya diam, tangannya mengepal semakin erat. Kukunya memutih seakan ia sedang menunjukkan jika dirinya sangat marah saat ini.
“Saya benar-benar harus mati-matian belajar demi tidak mengeluarkan biaya saat memasuki sekolah yang saya impikan. Dan kini di saat memikirkan itu semua, saya jadi berfikir, betapa tak tahu malunya kalian! terutama Anda tuan Jack, anda tidak bekerja tapi ingin selalu mendapatkan apa yang Anda mau, sungguh pemalas itu tidak perlu untuk dilestarikan!” sinis Reina.
Betapa banyak uang yang ayahnya kirimkan setiap bulannya, hingga bisa membiayai keluarga yang Reina rasa jika keluarga ini terlalu tamak dan boros dalam segala hal. Terutama Jack yang hampir setiap hari berjudi dan mabuk-mabukan.
“Satu hal lagi, bukankah Anda sangat suka bermain judi? berapa uang yang Anda habiskan sehari saat bermain judi?” “Masih merasa saya tidak tahu malu dan kurang ajar? atau kini Anda merasa betapa tidak tahu malunya Anda?”
“Sialan! sudah cukup! sana pergi dari sini dan jangan kembali lagi ke tempat ini!” teriak Jack dengan nada tingginya.
Harga dirinya sebagai lelaki terluka saat dirinya mendengar ucapan Reina yang baginya sangat merendahkan dirinya.
Reina yang mendengar itu hanya mengangguk datar, ia lalu mengambil semua barang miliknya, dan hendak keluar dari kamarnya dulu. Tapi saat Reina hendak melangkah, suara Jack membuat Reina langsung menoleh.
“Jangan sampai datang ke sini lagi! atau kalau tidak aku akan membunuh kamu saat itu juga!” marah Jack yang hanya Reina jawab dengan raut wajah datarnya.
...*****...
Melangkah keluar, Reina yang hendak pergi dari rumah, ia mendadak menghentikan langkahnya saat melihat kakaknya yang tak lain adalah Alisa sedang berjalan kearahnya.
Alisa tidak sendirian, ia bersama dengan laki-laki yang tak lain adalah mantan dari Reina, Rayyan.
Alisa terlihat memeluk Rayyan dengan erat, seakan ia tidak ingin berpisah dari seorang Rayyan yang termasuk ke dalam salah satu primadona di kampusnya karena ketampanan dan kekayaan Rayyan.
“Hai mantan,” sapa Rayyan ramah tapi hanya Reina jawab dengan tatapan acuhnya.
Reina hanya menatap ke depan dengan tatapan acuh dan tak pedulinya. Ia bahkan tidak menatap Rayyan sedikit pun. Bukan karena sedih atau cemburu, tapi Reina merasa muak setelah tahu sifat asli Rayyan yang sesungguhnya.
“Mau ke mana?” tanya Rayyan yang lagi-lagi tidak Reina respon. Karena ia kini melanjutkan kembali langkahnya.
Melihat jika Rayyan yang terlihat lebih perhatian kepada Reina dibandingkan dirinya, Alisa yang merasa kesal langsung menarik tangan Rayyan agar menatap ke arahnya.
“Reina memang sudah tidak tinggal di sini, ia tinggal sendiri. Tidak tahu dimana dia tinggal sekarang, apakah dia menjual tubuhnya demi sebuah tempat tinggal? entahlah, yang jelas aku yakin jika kehidupannya sekarang pasti sangat berantakan,” terdengar nada yang terkesan merendahkan, seakan mengatakan jika Alisa sengaja membuat Reina terlihat buruk di mata Rayyan.
Reina yang mendengar itu hanya diam, ia tidak terlalu peduli apalagi mendengarkan omongan Alisa. Jika bukan karena wanita itu, Reina mungkin tidak akan diusir dari rumah ini.
“Kenapa hanya diam? apa ucapan aku benar?” tatapan yang menghina dan merendahkan Alisa tunjukan. Alisa tidak peduli jika Reina saudaranya, karena dari dulu Alisa tidak pernah menganggap Reina sebagai adiknya.
Perbedaan fisik dan wajah sangat kentara hingga Alisa merasa yakin jika Reina bukan adiknya. Dan yang membuat ia sangat iri adalah, kecantikan Alina yang amat sangat cantik.
Hingga Alisa selalu merasa iri akan hal itu.
“Bukankah orang normal selalu akan mengalah?” tatapan acuh dengan nada yang terkesan santai dari Reina, membuat Alisa yang mendengarnya merasa kesal dan marah.
Saat Alisa hendak buka suara, tapi Reina sudah lebih dulu melangkah dan hendak pergi. Beberapa langkah berjalan, langkah Reina harus terhenti saat Rayyan berdiri tepat dihadapan Reina.
“Biar aku antar kamu pulang,” tawar Rayyan tapi hanya dijawab dengan tatapan datar.
Apa maksudnya ini, bukankah mereka sudah putus. Lalu mengapa Rayyan harus bersikap seolah-olah mereka masih bersama. Dan apa tadi, bukankah Rayyan memanggil Reina mantan?
Dan sekarang justru Rayyan bersikap seolah-olah mereka masih bersama. Apa Rayyan memang tak tahu apa artinya mantan itu?
“Ayo, kenapa hanya diam,” ajak Rayyan yang kini langsung membuka pintu dan duduk di kursi kemudi.
Melihat itu Reina langsung pergi begitu saja meninggalkan Rayyan dan Alisa. Ternyata hari ini adalah hari yang sial bagi Reina. Dua orang laki-laki tak tahu malu, Reina lihat dihari yang sama.
...*****...
Reina hendak menyeberang jalan, tapi tiba-tiba dari arah sampingnya terlihat seseorang yang sedang mengemudi dan menatap sinis Reina. “Mati saja kamu!” kesal orang itu.
Tanpa berkata apa-apa orang itu langsung menancap gas dengan kecepatan yang ia bisa
Tapp
Srettt
Brakk
Brukk
Reina yang tidak tahu apa yang terjadi, ia tiba-tiba merasa pusing karena berguling-guling. Tapi Reina sadar jika kini ia tidak apa-apa karena ia berada di pelukan seseorang.
“Mah, apa tidak apa-apa?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments