Seperti biasa hari ini aku pergi ke kantor tempatku bekerja. Sebuah konsultan di bidang bisnis dan perumahan. Namaku Michael, usiaku 40 tahun masih single dan belum berminat untuk menikah.
Aku pria mapan dengan segudang kemampuan, tampan, cukup harta meski tidak melimpah tapi lumayan untuk bersenang-senang. Aku tipe pria yang tidak menyukai suatu ikatan dalam hubungan.
Kenapa? Karena aku malas diributkan dengan hubungan remeh temeh khas pasangan bucin akut lain.
Aku malas memanjakan wanita yang ujungnya senang sekali dibanjiri hadiah, bunga, pujian, lalu berakhir di ranjang uuups …,
Aku tipe one night stand, maybe anggaplah demikian. Tapi aku bukan tipe brengsek yang begitu mudah mempermainkan wanita. Aku menyukai wanita cantik, pintar, dan juga seksi. Apalagi jika mapan, karena biasanya wanita mapan itu sedikit jual mahal.
Yah, itu tidak selalu benar memang karena nyatanya wanita mapan ketika sekali meminta, aku harus siap merogoh dalam kantongku. Tapi itu tidak masalah, asalkan mereka membuatku bahagia dan nyaman bersamanya.
Pagi ini aku mengecek email dan chat-chat masuk dalam ponselku. Wendy partner merangkap sekretaris sudah berkali-kali meneriakkan agar membuka email darinya. Dia benar-benar cerewet, tapi aku bersyukur untuk itu, karena Wendy berhasil menaklukkan sifat teledorku yang parah.
Seperti pagi ini hampir saja aku melupakan janji bertemu calon pembeli sebuah ruko yang sudah hampir tiga bulan aku pasang di berbagai media sosial. Belum ada peminat yang cocok pada ruko itu, aku juga tidak mengerti kenapa ruko itu begitu sulit terjual. Padahal harga yang aku berikan tergolong murah dan lokasinya sangat strategis.
Membeli ruko atau investasi lainnya dalam bentuk benda tak bergerak memang susah-susah gampang. Jadi ketika ada buyer yang berminat aku menyambarnya dengan cepat.
"Mike, dia akan datang jam sembilan pagi dan kau baru datang?" Wendy masuk ke kantorku dengan segelas kopi di tangannya.
Seperti biasa dia akan terus mengoceh hingga aku berkata, "Apa ada masalah?"
Menyebalkan bukan? Well, that's me!
Aku melihat Wendy mengerucutkan mulutnya membentuk huruf O sempurna, aku dibuat gemas ingin mengecupnya saat ini juga. Tapi … tidak, Wendy bukan tipeku.
"Aaaargh, I'm not your mother Mike! Sampai kapan kau akan memelihara penyakit lupa itu!" serunya dengan berkacak pinggang, lihatlah dia tampak semakin manis jika merona dalam amarahnya.
Aku hanya menanggapinya dengan senyum tanpa dosa. Aku melihat jam dan sekarang baru pukul delapan sementara janji kami pukul sembilan, lalu dimana salahku?
Kadang aku tidak memahami pemikirannya tentang waktu. Ah, persetan dengan itu yang penting Wendy sudah menyiapkan segalanya dan satu bendel penuh berkas ruko dan calon pembelinya sudah tersedia di mejaku.
"Maaf Wen, tapi aku kan belum terlambat. So baiklah, apa yang kita punya sekarang?!" tanyaku santai tanpa memperdulikan keluhan Wendy.
Wendy seperti biasa, mengalah demi mood baikku. Ia mendekatiku lalu mulai berbicara panjang lebar tentang Almira, calon pembeli rukoku.
"Jadi Almira akan membeli ruko untuk coffee shop? Apa dia sudah tahu berapa pembukaan harga tokonya?!"
"Yup, aku sudah memberitahukan semua detail padanya. Termasuk mempromosikan mu sebagai konsultan bisnisnya." Wendy tersenyum puas setelah memberikan penjelasan panjang bak kereta.
"Good, aku suka kerjamu! Dia datang jam sembilan kan? Aku harus sarapan dulu, energiku sedikit terkuras habis semalam."
"Uuuh, my Boss is so incredible! Bermain dengan wanitamu lagi semalam, berapa kali?!" sindiran sarkas padaku, aku tertawa mendengarnya dia benar-benar memahami kebiasaan ku.
"Ehm, tidak berkali kali cukup dua kali dengan pelepasan maksimal!" sahutku dengan kerlingan mata sebelah.
Wendy mengerjap tak percaya dengan jawabanku, ia tersenyum sinis dan menggelengkan kepala. "Kau lebih baik segera menikah Mike. Aku khawatir dengan staminamu yang luar biasa. Itu bisa … menyiksamu!"
"Hei, apa yang kau katakan? Aku masih bisa mengontrolnya Wendy, aku juga melakukannya dengan kekasihku bukan dengan sembarang wanita!" protesku keras pada perkataan Wendy.
"I know that Mike, but you do that every night? Are you crazy, you're suck! Nggak bosan tiap hari bercinta?"
Uuuh, perkataan Wendy menohok hatiku seketika. Aku baru menyadari jika hampir seminggu ini aku tak pernah melewatkan malam tanpa bercinta dengan Vivian. Kami tidak pernah bertemu selama tiga bulan terakhir.
Vivian seorang pramugari penerbangan internasional jadi dia selalu sibuk dengan jadwal penerbangannya jadi ketika dia off selama beberapa hari kami menghabiskan waktu bersama, dengan bercinta tentu saja.
Menahan kerinduan selama berbulan bulan, bukankah wajar jika aku melampiaskannya pada Vivian? Apalagi tubuh indahnya yang sempurna bak bintang film dewasa, siapa yang tahan untuk tidak menyentuhnya? Aku laki-laki normal yang masih berhasrat pada wanita.
Satu hal yang tidak bisa dipahami Wendy, karena dia masih betah hidup sendiri tanpa kekasih. Wendy pergi meninggalkan ruangan ku tanpa banyak bicara lagi. Dia kesal memarahiku karena aku tak pernah merespon amarahnya. Bagiku dia adik kecilku.
Aku melirik piring yang sedari tadi diletakkan di mejaku dengan paper wrap. Itu sarapan untukku, Wendy pasti menyiapkannya, lagi. Entahlah aku rasa dia menyukaiku diam-diam, aku sering melihatnya memperhatikanku dari kejauhan. Aku juga memergoki Wendy tengah menggigit bibirnya sendiri saat aku sedang bermesraan dengan Vivian.
Mungkin hanya perasaanku saja tapi terkadang sikap Wendy sedikit berlebihan. Aku tak peduli sepanjang itu tidak mempengaruhi kinerjanya bersamaku. Profesionalitas itu segalanya bagiku.
Aku menikmati sarapanku sambil memeriksa laporan perkembangan perusahaan yang aku miliki. Trend yang cukup bagus membuat moodku baik pagi ini terlepas dari omelan Wendy tentu saja.
"Mike, kau sudah selesai? Tamunya datang!" Wendy tanpa permisi membuka pintu ruangan ku.
Aku buru-buru membersihkan mulutku dan menemuinya di ruangan meeting. Wendy segera mengikutiku dengan berkas ditangannya.
Entah mengapa jantungku terasa berdesir aneh saat beberapa langkah hendak memasuki ruang meeting. Mungkin karena aku terlalu bersemangat dengan calon pembeli baru atau … entahlah.
Aku hanya merasa sesuatu hendak terjadi hari ini. Sesuatu yang menggetarkan jiwaku, jantungku, dan mengoyak hariku.
Sepertinya aku terlalu berlebihan menghadapi situasi ini. Sadarlah Mike!
Wendy membukakan pintu ruangan untukku. Wangi vanila menyeruak dari ruangan berpendingin ruangan, aku tersentak. Wajah ayu terbingkai rambut ikal hitam melebihi bahu, matanya membulat sempurna dengan iris mata coklat terang. Bulu matanya lentik dan bibir yang terpoles lipstik coklat bata membuatku terpesona.
Ya Tuhan dia mempesona!
"Senang bertemu denganmu tuan Michael!" Ia langsung menyapaku dengan suara indahnya.
Aku tersenyum padanya berusaha memberikan kesan menarik dan setampan mungkin di matanya. "Hai, aku juga nona Almira!"
Wanita bernama Almira itu tersipu, "Well, sepertinya anda salah tuan, aku bukan nona tapi nyonya!"
What's?! Nyonya? Dengan tubuh seramping dan wajah secantik ini? Ya Tuhan, hukum aku karena sudah mengagumi milik orang lain!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
mio amore
salingkuh dimulai
2023-06-14
0
Lilih Malihatun
lah ini Vivian yg ono bukqn sih ? 😁😁
2023-01-18
1
Rhiedha Nasrowi
walah ini si Mike tipikal orang macam Sariwangi ini😁😁
2022-11-25
1