7 Januari 2000.
09:13.
Sembari memeriksa berkas laporan kasus kriminal yang baru saja diberikan Josh, Arthur yang berjanji kepada Alexa untuk menemuinya lagi, sesekali melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Bla ... Bla ... Bla...." Arthur sama sekali tidak memperhatikan, apa yang sedang dikatakan Josh kepadanya.
Tepukan yang mendadak terasa di punggungnya, hampir membuat Arthur menjatuhkan lembaran berkas di tangannya.
"Ada apa denganmu? Apa kamu masih hangover?" tanya Josh dengan raut wajah heran.
"Ugh ...! Tentu saja tidak. Aku hanya sedang memikirkan sesuatu," jawab Arthur datar.
"Apa itu?" tanya Josh tampak penasaran.
"Umm...." Arthur tidak menjawab pertanyaan Josh, dan hanya bergumam.
Arthur merasa ragu untuk menceritakan apa yang dia pikirkan, karena dia tidak mau kalau Josh hanya akan menertawakannya nanti.
"Apa yang kamu pikirkan? Tentang pekerjaan—berkas laporan—di tanganmu? Atau sesuatu yang lain?" tanya Josh lagi.
"Aku mau pergi keluar sebentar."
Arthur meletakkan lembaran kertas berkas ke atas meja, kemudian berdiri dari bangku kerjanya, dan beranjak pergi dari kantor.
"Hey ...! Arthur!"
Teriakan Josh yang memanggilnya, tidak dihiraukan oleh Arthur dan tetap berjalan meninggalkan Josh yang menatapnya, dengan raut wajah kebingungan.
Arthur segera berkendara dengan satu tujuan pasti, yaitu, Arthur akan menemui Alexa di rumah sakit.
Dari koridor rumah sakit, Arthur bisa melihat Alexa yang tampak sedang berdiri menghadap salah satu pohon, yang tumbuh segar di dalam taman rumah sakit.
Alexa berdiri di dekat bangku taman, yang menjadi tempatnya berbincang-bincang dengan Arthur kemarin.
"Alexa ...!" seru Arthur, sambil berjalan menghampiri wanita itu.
Alexa yang berdiri membelakangi Arthur, kemudian segera berbalik dan tersenyum, ketika Arthur menghampirinya.
"Kamu datang...." kata Alexa.
Alexa tampak memandangi Arthur dari ujung rambut, hingga ke ujung kakinya, dan membuat Arthur merasa sedikit grogi, dengan pandangan menyelidik dari Alexa itu.
"Apa ada yang salah?" tanya Arthur heran.
"Tidak." kata Alexa. "Tapi, apa aku boleh tahu, apa pekerjaanmu yang sebenarnya?"
"Detektif ba—" kata Arthur.
"Hebat! Aku punya beberapa kenalan, yang mungkin saja adalah rekan kerjamu, atau bisa jadi mereka adalah atasanmu," Alexa menyela perkataan Arthur.
"... Oh! Apa kamu mau duduk dulu sambil mengobrol?" lanjut Arthur, tanpa menyelesaikan apa yang hendak dia katakan sebelumnya.
Alexa kemudian duduk di bangku taman, dan Arthur juga ikut duduk di situ, bersebelahan dengan Alexa.
"Rambutmu masih basah ... Bukankah hari ini cukup dingin?" ujar Arthur, lalu melepaskan jaket yang dia pakai.
"Tidak perlu. Aku tidak merasa kedinginan," sahut Alexa.
Melihat wajah pucat dan bibir Alexa yang agak membiru, membuat Arthur tetap memasangkan jaketnya, untuk menutupi bagian punggung Alexa.
Seperti sebelumnya, kali ini, Alexa juga tampak mengendus bagian dalam jaket Arthur.
"Kamu membuatku merasa gugup," celetuk Arthur.
"Pffftt ...! Untuk apa kamu merasa gugup? Bukannya aku sudah bilang, kalau aroma jaket mu tidak menggangu. Justru aromanya menarik, hingga aku mau menciumnya," ujar Alexa.
"Apa kamu membawa rokok?" sambung Alexa.
Arthur tahu kalau wajahnya pasti merona merah saat ini, dan pertanyaan Alexa bisa mengalihkan rasa berdesir-desir di dalam hati Arthur.
Dengan tergesa-gesa, Arthur mengeluarkan rokok dan pemantik dari dalam kantong jaket, yang sekarang sedang dipakai Alexa.
Arthur kemudian menyalakan sebatang rokoknya, dan memberikannya kepada Alexa.
Alexa tampak santai menghisap rokoknya, dan menghembuskan kepulan asap dari mulut dan hidungnya bersamaan.
"Kamu pasti menunggu ceritaku, hingga membuatmu datang untuk menemuiku. Tapi, kamu mau aku menceritakannya dari mana?" kata Alexa.
"Terserah kamu saja. Asalkan kamu merasa nyaman untuk bicara," sahut Arthur. "Kalau kamu mau menceritakan sejak masa kecilmu, aku akan lebih senang untuk mendengarkannya."
"Umm ... Okay!"
———***———
29 Februari 1972.
14:37.
Tanggal yang hanya ada dalam kalender setiap empat tahun sekali, menjadi tanggal kelahiran paling langka di dunia.
Namun di tanggal itu, hadirlah bayi Alexa yang segera membuka mulutnya lebar-lebar, untuk mengeluarkan suara tangisan pertamanya.
Hanya Alexa, tanpa ada nama belakang yang di sisipkan oleh kedua orang tuanya di dalam nama itu.
Meskipun lahir di tanggal yang spesial, bukan berarti keberadaan Alexa di dunia ini dianggap istimewa.
Orang tuanya berpisah saat Alexa masih berusia satu tahun.
Alexa bahkan belum sempat disapih sebagaimana layaknya bayi pada umumnya, dan terpaksa meminum susu formula dari tangan kerabat jauh dari pihak ayah yang merawatnya, karena kedua orang tuanya mengabaikannya.
Alexa tumbuh menjadi anak yang pintar dan penuh rasa ingin tahu.
Di usianya yang masih belum genap empat tahun, dengan diajarkan oleh salah satu kerabat yang berprofesi sebagai guru di primary school, Alexa sudah bisa membaca, menulis, bahkan bisa mengerjakan perhitungan sederhana.
Ketika berusia lima tahun, kerabat yang mengajarkan Alexa itu, kemudian mengajak Alexa untuk mendaftar sekolah agar bisa mengikuti pengajaran formal.
Namun, pertumbuhan fisiknya tidak sebaik perkembangan inteligensinya.
Tubuh Alexa yang lemah, membuatnya sering mengalami sakit yang berulang, hingga membuatnya tidak bisa beraktifitas selayaknya anak-anak yang sebaya dengannya.
Rasanya, tidak ada satupun bulan dalam kalender hidupnya, tanpa Alexa merasakan yang namanya jatuh sakit.
Oleh karena itu, di masa kecil Alexa, lebih banyak dia habiskan dengan membaca buku yang menjadi hobinya—mau tidak mau menjadi kebiasaan—karena tidak ada yang lain yang bisa dia lakukan.
Entah itu membaca buku di perpustakaan sekolah, ataupun membaca buku di rumah, sambil mengurung diri di dalam kamar.
Sebagai seorang anak kecil, tentu saja ada saatnya Alexa ingin seperti teman-temannya yang lain, yang bisa berkumpul dan bermain sepuasnya.
Walaupun demikian, Alexa tidak pernah mengeluhkan ketidaknyamanannya kepada keluarga yang merawatnya, melainkan mengalihkan pikirannya, dan terfokus kepada hobi membacanya.
Bukan tanpa alasan.
Dalam sakitnya, Alexa pernah secara tidak sengaja mendengar percakapan dari keluarga yang merawatnya itu.
Alexa dianggap terlalu merepotkan dan menghabiskan biaya hidup keluarga, untuk obat-obatan yang sering Alexa konsumsi, untuk semua sakit penyakit yang Alexa alami.
Alexa bertekad untuk tidak menjadi beban bagi keluarga yang merawatnya, dan berusaha sebisanya untuk menjaga kesehatannya agar tidak sampai jatuh sakit.
———***———
"... Aku rasa untuk hari ini, cukup itu saja dulu ya?!" ujar Alexa. "Ketika kamu datang lagi, aku akan menceritakan hal yang lain."
Arthur menganggukkan kepalanya, lalu melihat waktu di arloji di pergelangan tangannya.
10:45.
"Aku masih punya waktu sebentar, sebelum aku kembali ke kantor. Apa kamu masih bisa duduk di sini bersamamu?" tanya Arthur.
"Iya. Seperti yang kamu lihat, aku tidak ada kesibukan lain di tempat ini," jawab Alexa.
Arthur bisa melihat kesedihan yang terpancar di mata Alexa, saat wanita itu berbicara, hingga membuatnya ingin memeluk wanita itu.
"Umm ... Lalu, bagaimana denganmu? Apa tidak yang mau kamu ceritakan kepadaku?" lanjut Alexa, mengejutkan Arthur.
"Tidak ada yang menarik. Tapi aku berjanji, kalau aku akan menceritakan tentang diriku di lain waktu," jawab Arthur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
$uRa
ternyata masa kecil Alex sungguh menyedihkan..
2022-10-31
0
$uRa
siipp..kerenn....penasaran dengan Alexa dan arty
2022-10-23
1