Adelia menatap nanar mobil yang mulai menjauh dari rumahnya, perlahan butiran air mata jatuh dari kelopak matanya. Dengan kasar Adelia menyeka air matanya, perasaan marah dan kesal terus membara di hati Adelia.
"Anak haram.. Anak haram.. Memangnya siapa yang mau dilahirkan sebagai anak haram? Jika aku bisa memilih aku juga tidak ingin dilahirkan dari hasil hubungan gelap, kenapa mereka terus menyalahkan ku atas kejahatan yang di lakukan oleh ayah dan ibu kandungku, kenapa aku yang harus terus di salahkan."
Dengan persamaan marah dan juga sedih Adelia langsung menutup pintu dengan keras, tapi tatapannya seketika membulat saat pintu di depannya langsung terjatuh.
Mulut Adelia tidak bisa berhenti menganga, wajahnya menunjukkan ekspresi terkejut. "Bagaimana ini?" Adelia mulai panik saat melihat pintu rumah yang sudah lepas dari tempatnya.
"Arg.. Aku sial sekali, bagaimana sekarang? Apa Haris akan marah? bagaimana jika dia marah dan langsung mengusir ku keluar." Adelia mulai khawatir dengan apa yang akan terjadi nanti, terutama kepada Haris. Dia takut jika pria itu marah karena baru 2 hari Adelia tinggal di rumahnya tapi dia sudah membuat rumah pria itu hancur.
Adelia duduk terdiam dengan wajah yang masih panik, kini hari sudah menunjukkan pukul 12.00 siang dan Adelia masih terdiam dengan pikirannya yang bingung.
Hingga sosok Haris datang dan langsung membuyarkan lamunannya, Adelia sontak langsung berdiri dengan wajah yang panik.
Nampak mata Haris menatap ke arah pintu yang sudah tergeletak di tanah, "Aku bisa jelaskan semuanya." Adelia tiba-tiba berjalan mendekat dan berusaha menjelaskan kepada Haris agar pria itu tidak marah.
Tapi bukannya marah Haris tersenyum, "Bagaimana keadaanmu? Apa pintunya mengenai mu saat jatuh?"
Adelia tercengang dengan apa yang dia dengar, pria itu malah menanyakan keadaannya. "Aku baik-baik saja tapi pintu rumahmu sudah rusak, aku sungguh tidak sengaja. Aku hanya menutupnya dengan sedikit keras dan tiba-tiba pintu nya jatuh." Adelia berusaha menjelaskan secara detail apa yang telah terjadi.
"Tidak apa-apa, lagi pula ini hanya sebuah pintu. Untuk apa meminta maaf yang terpenting kau tidak terluka." Haris tersenyum dengan tangan yang langsung mengangkat pintu dan kembali membenarkannya.
Adelia yang melihat hal itu hanya bisa diam, pria itu sangat baik dan memperlakukannya dengan lembut. Dirinya merasa sangat bersalah karena Adelia malah memperlakukan Haris dengan sangat buruk.
"Ini aku tadi mendapatkan makanan enak dari bos ku," Haris menyerahkan sebuah kantung plastik kepada Adelia.
Dengan tangan kecilnya Adelia mengambil bungkusan plastik itu, dia langsung pergi ke dapur untuk menyiapkan makan siang. Sementara Haris tengah membenarkan pintu yang rusak.
"Mas.." Panggil Adelia dengan wajah yang bingung.
"Iya?" Haris menjawab dengan mata yang melihat ke arah Adelia.
Ade bisa melihat dengan jelas mata indah Haris, mata yang sangat jernih dengan warna kecoklatan.
"Makanannya sudah siap, bagaimana jika kita makan dulu." Adelia langsung memalingkan wajahnya.
"Baik."
Haris mulai membereskan peralatan miliknya, Adelia bisa melihat keringat yang bercucuran dan menembus baju suaminya.
Tanpa mengatakan apa-apa Haris tiba-tiba membuka pakaian atasnya, Adelia dengan wajah terkejut melihat tubuh Haris yang berotot dan sixpack.
"Tubuhnya sangat bagus dan bahkan mulus.." Ucap Adelia di dalam hati.
Tanpa melihat ke arah Adelia, Haris langsung berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang lengket oleh keringat. Adelia bisa melihat tubuh bagian dalam Haris yang mulus hanya kedua tangannya yang di tutupi oleh perban, tangan Adelia meraba-raba hidungnya, dia takut jika dirinya mimisan karena terpesona dengan bentuk tubuh suaminya.
Setelah cukup lama, Haris datang dengan pakaian yang lengkap. Pria itu tersenyum ke arah Adelia, "Maaf membuatmu menunggu, tadi aku mandi dulu."
"Iya tidak masalah kok."
Adelia langsung duduk berhadapan dengan Haris, nampak dia langsung mengambil makanan yang ada di atas meja. Di saat makan, Adelia merasakan jika masakan ini sangat enak bahkan rasanya seperti masakan restoran bintang lima. Meski dari tampilan makanan ini seperti kurang menarik, "Ada apa? Apa kau tidak suka dengan makanannya?"
"Aku suka, rasanya sangat enak." Adelia terus memakan makanannya dengan lahap, ini kali kedua dia merasakan masakan yang rasanya seperti masakan restoran bintang lima.
Haris tersenyum tipis saat melihat Adelia memakan makanannya dengan lahap, setelah selesai makan Haris langsung membereskan semua piring-piring kotor.
"Biar aku aja, Mas." Adelia berusaha untuk mengambil piring-piring kotor hingga dia tidak sengaja menyentuh tangan Haris.
Mata Adelia dan Harus saling menatap satu sama lain, hingga Adelia memalingkan wajahnya.
"Kamu duduk aja, biar aku yang bereskan."
"Aku aja, dari pagi Mas Haris kerja. Jadi sekarang Mas istirahat aja," Adelia hanya bisa berbicara dengan mata yang tidak berani menatap ke arah Haris.
"Ya sudah, aku akan lanjutkan membenarkan pintu."
Haris kemudian pergi, kini Adelia langsung membereskan semua piring-piring kotor sekaligus mencucinya.
Di tempat haris, mencuci piring tidak seperti di rumahnya yang dulu. Yang sudah di sediakan wastafel cuci piring, di rumah Haris dia mencuci piring di kamar mandi dengan air yang mengalir dari bak dan Adelia pun harus berjongkok di saat mencuci piring.
Setelah selesai, Adelia langsung berjalan menghampiri Haris yang sedang memasang kembali pintu rumah.
"Sudah selesai?" Tanya Adelia yang melihat jika pintu sudah terpasang lagi.
"Sudah." Haris menjawab dengan tatapan mata yang masih tertuju pada pintu.
"Maaf sudah merepotkan mu." Adelia kembali meminta maaf kepada suaminya.
"Tidak apa-apa, ini bukan salahmu. Lagi pula, pintu nya memang sudah sangat tua dan rapuh."
Setelah selesai Haris langsung membaringkan tubuhnya di atas lantai yang beralaskan tikar tipis, Adelia melihat suaminya yang tengah berbaring dengan mata yang terpejam.
Ada perasaan tidak enak di hari Adelia jika mengingat perlakuan buruknya kepada Haris, bahkan Adelia tidak melaksanakan kewajibannya sebagai seorang istri.
"Apa di tempat ini tidak ada tetangga?" Tanya Adelia yang tidak melihat ada rumah di dekat rumah tempatnya tinggal sekarang.
"Tidak, rumah ku lumayan jauh dari pemukiman warga."
Adelia hanya menganggukkan kepalanya, dia paham mungkin alasan Haris tidak ingin tinggal di dekat orang-orang karena kekurangannya.
"Apa kau lelah?" Tanya Adelia.
"Sedikit."
"Bagaimana jika aku memijat mu," Adelia mengajukan diri untuk membantu Haris.
"Apa tidak masalah?"
"Tidak kok,"
"Terimakasih."
Adelia langsung mengambil tangan Haris dan memijat secara perlahan tangan pria itu, nampak Haris menikmati setiap pijatan yang di berikan oleh istrinya.
Sementara Adelia hanya bisa menunjukkan kepalanya, meski Adelia kini berada di dekat Haris tapi dia tidak berani mengobrol dengan Haris dan suasana pun menjadi hening.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Pujiati Fathir
lanjut thor lama² pasti adel jatuh cinta sama haris😀
2022-11-14
0
@haerani-d
aku mampir neh kak, pertama baca dikira banyak bawangnya, eh ingin nangis g tega sama pintu yang tumbang jadi ketawa sambil berurai air mata deh...
2022-11-07
0
Aze_reen"
adelia istri idaman😒...
hadir mampir kk..
adelia.... ini sdh jam 12 siang loh..kok cuma duduk bengong natap pintu rusak..
apa ga ada niat buat masakkah...
apa ga laparkah??
bikin cemilan apa kek buat di makan wktu senggang..
dri pada bengong makan angin...
bs masak aja kah kamu del???
2022-10-22
3