POV Bu Rida.*
Mora yang sudah bangun dan hal itu membangunkan bu Rida dari tidurnya, perlahan-lahan kedua matanya terbuka , dan melirik jam dingding di ruangan itu, ternyata sudah jam 5 pagi, Bu Rida menatap ke ranjang nya Mora dan ternyata kedua bersaudara itu ngobrol santai sambil meluapkan rasa rindu diantara mereka berdua.
"Ibu sudah bangun?"
Gomgom menyapa ku duluan, dengan tersenyum bu Rida menatap ke arah Mora dan adiknya itu.
"Iya nak, Mora kamu sudah bangun juga?" ujar Bu Rida yang melihat Mora tersenyum.
"Iya Bu"
Bu Rida kembali menatap dua bersaudara itu, rasa penasaran yang begitu besar yang membuatnya ingin mengintrogasi keduanya.
"Mora....." ucap Bu Rida yang ingin bertanya kepada Mora.
"Bu..... saya tau ibu penasaran dengan semua ini, tapi tolong Bu ..... untuk saat ini jangan kita bahas dulu ya, Bu tolong bangunkan mbak Tarni."
Bu Rida hanya bisa menuruti perintah dari Mora, dan membangunkan Tarni. alhasil Iren pun ikut terbangun.
Tapi suami Bu Rida dan anaknya Aris masih belum sadar juga, Tarni dan Iren langsung mendekat keranjangnya Mora.
"Iya mas Mora, apa yang bisa Mbak bantu?"
"Mbak Tarni....... saya mintak tolong, untuk dibelikan bunga mawar merah dan putih, bunga melati, dan daun sirih."
Pinta Mora kepada Tarni, dan hal itu membuat Gomgom terlihat kebingungan.
"Bang..... Biasanya kumbang 7 rupa kok ini cuman tiga kumbang aja" sanggah Gomgom yang masih terlihat bingung.
"Gom...."
Sambil melirik adiknya itu dengan tajam, karena Gomgom seperti bercanda.
"Iya mas Mora disekitar sini ada pasar pagi kok, lengkap semua." ucap Tarni yang siap membantu apapun.
"mbak Tarni ku temani ya, ntar sekalian beli sarapan, bentar saya cuci muka dulu." ujar Gomgom yang mintak ikut ke pasar.
Tarni dan Gomgom berangkat ke pasar untuk membeli barang yang dibutuhkan oleh Mora, dan Mora beranjak menuju kamar mandi.
Tidak butuh waktu lama mbak Tarni dan Gomgom sudah tiba di ruangan ini, semua barang yang di beli nya langsung di serahkan kepada Mora.
Sementara Gomgom berusaha membujuk Bu Rida, Iren dan Tarni untuk sarapan terlebih dahulu. tapi mereka bertiga menolak, alhasil Gomgom sendiri yang sarapan.
Semua bahan tersebut disatukan dalam tempat makanan tadi malam yang dipake Gomgom sebelumnya, kemudian Mora memberikan sedikit air kedalam kotak makan itu, kemudian meremas bahan itu, dan menempelkan nya di bahu kiri Aris kemudian ditempelkan lagi di bahu kanan pak Didit.
Tak berselang lama akhirnya Aris dan Papa nya sadar.
"Papa... Kak Aris...."
Suara panggilan Iren terdengar parau, beberapa waktu mereka saling bertatapan satu dengan yang lainnya, dan dokter jaga beserta perawat mendatangi ruangan ruangan rawat.
"Syukurlah sudah siuman, suster tolong di cek ya pasien nya."
"Siap Dok."
Beberapa saat kemudian perawat itu melaporkan hasil pemeriksaannya kepada dokter'"
"Bu Rida, semua sudah normal, infus nya kami cabut, pemeriksaan nya nanti jam 10."
"Dokter kalau sudah normal apakah sudah di izinkan untuk pulang?"
"Jangan dulu Bu, setelah pemeriksaan jam 10 nanti baru kita kasih keputusan nya"
Dokter dan perawat itu meninggalkan mereka di ruangan itu, Bu Rida memberikan vitamin kepada Mora, Aris dan suaminya.
Rumah sakit hanya memberikan jatah makan kepada pasien, akhirnya mereka bertiga sarapan dengan nasi uduk yang di beli oleh Gomgom.
**
Setelah selesai sarapan, secara bersama Bu Rida, Iren, Tarni dan Gomgom menatap Mora dengan penuh pertanyaan akan hal kejadian yang aneh ini, tetapi Mora hanya menatap adiknya itu.
"Gomgom, nanti pulang ke rumah dulu, tolong ambilkan pakaian Abang 2 pasang aja, karna kita mau nginap di rumah pak pak Didit setalah pulang dari sini.
Sembari menyerahkan kunci mobilnya, dan kemudian Gomgom berlalu meninggalkan mereka di ruangan itu.
"Pak.....Bu......
Nanti saya ceritakan di rumah aja ya, mbak Tarni duluan aja pulang, dan tolong siapkan bahan seperti yang tadi, tambahan nya beli kan arang kayu, dan tempat membakar nya."
"Iya mas Mora, kalau begitu Tarni pamit pulang dulu."
Setelah berpamitan kepada mereka semua, Tarni pun meninggalkan pamit dan berlalu, suasana kembali hening, Bu Rida hanya menatap suami nya, Aris dan kemudian ke Mora, dengan keheningan ini membuat kepalanya semakin runyam, ada apa dengan semua ini?.
Peristiwa yang janggal ini menimbulkan sejuta pertanyaan yang bersarang dalam benaknya Bu Rida, lidah Nya rasa kelu dan sulit untuk berkata.
Kini Gomgom pun sudah tiba di ruangan ini, dan hal itu mengingatkan nya kepada Iren.
"Iren ngak sekolah? Dah jam berapa ni?"
"Ma.... Iren dah pamit ngak masuk ke wali kelas."
"Oh....."
Jawab bu Rida yang terlihat lega.
Lama juga mereka terdiam dan tak terasa ku l sudah jam 9 lewat, dan dokter serta perawat juga sudah di ruangan ini, lebih cepat dari perkataan nya tadi pagi.
Perawat itu membuka perban di betis Aris, di bersihkan secara perlahan, kemudian mengganti nya dengan perban kecil, karna memang hanya terluka sedikit aja.
Kemudian perawat itu memeriksa suami nya bu Rida dan kemudian Mora, setelah itu kembali melaporkan kepada Dokter.
"Bu..... Keputusan yang bisa ku berikan, pasien sudah bisa pulang, ini resep hanya untuk Aris aja, nanti diambil di apotek ya Bu."
Setelah itu mereka semua beres-beres untuk meninggalkan rumah sakit ini, dan mereka pun menuju ruangan administrasi, selesai mengurus administrasi mereka secara bersamaan ke apotek untuk menebus obat.
Selesai semua urusan, mereka menuju parkiran rumah sakit, Aris bersama Mora, sementara bu Rida, Iren, dan papa anak-anak bersama Gomgom.
Setelah 30 menit perjalanan, akhirnya sampai di rumah, Tarni menyambut mereka, sambil mengambilkan barang bawaan dari bagasi, sembari mengikuti ke dalam rumah.
"Mas Mora ini semua yang mbak beli, mas butuh apa lagi?" ujar Tarni kepada Mora seraya menyerahkan semua barang yang dibutuhkan oleh Mora.
"Baskom, air minum, korek api, minyak angin dan beras. oke semua lengkap."
Setelah menyiapkan barang yang dibutuhkan, Mora kemudian mengambil beras, menaruh dalam baskom dan keluar rumah, sementara yang hanya mengikuti Mora dari belakang.
Mora menaburkan beras tersebut ke sekeliling rumah, dan juga sudut-sudut rumah.
Kemudian masuk lagi ke dalam rumah, dan Mora menyalakan arang dengan bantuan minyak angin itu, setelah mengeluarkan asap Mora meletakkan nya dekat sofa.
Kemudian Mora melihat ke arah ke arah yang lainnya dengan tatapan serius, hal itu sangat menakutkan.
"Pak, Bu, Iren, Aris, Gomgom dan mbak Tarni silahkan duduk disini"
Perintah Mora dengan mimik wajahnya yang sangat serius.
Dan tidak tau kenapa mereka semua mengikuti yang di perintahkan oleh Mora, dan kemudian Mora menaburi bunga tersebut di sekeliling mereka yang duduk di sofa, kemudian Mora menaruh sisanya dalam baskom yang berisi beras dan ditambah dengan daun sirih.
Ya Tuhan apa yang sedang Mora lakukan?
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Risma Sitorus
oke juga bahan mantra nya
2022-12-10
1