Pertemuan hari ini bersama pak ilham dan pak Hendra sukses, dan masih bersyukur pak Didit masih profesional dalam hal berbisnis. setelah mimpi yang selalu mengganggunya.
tok.....tok.....tok.....
Pintu Ruangan pak Didit ku ketuk, setelah dipersilahkan masuk, dan aku langsung duduk di depan pak Didit dan raut wajahnya masih sama seperti tadi pagi.
Pak.....ini notulen nya pak."
"Ya Mora." jawab pak Didit dengan singkat.
"pak.... pak....
Mora sudah 5 tahun ikut bapak, dan baru kali ini saya melihat bapak sangat berbeda, ada masalah apa pak?
Mora pak Didit terlihat kaget setelah Perkataan Ku, mungkin beliau tidak tahu kalau raut wajahnya yang terlihat ada masalah tidak aku ketahui.
"Mora......Sebelumnya kamu bilang Aek Simarmata itu nama Desa ya?"
"ya benar pak, Dari ibu kota kabupaten Toba, menempuh perjalanan 4 jam dengan bus ke desa Aek Holong, dari Aek Holong 1 jam lebih menempuh perjalanan ke Aek simarmata."
"Dari mana kamu tau?"
"Bapak kandung ku berasal dari sana dan keluarga juga masih banyak disana."
"Oh......
Jadi kamu pernah ke Aek Simarmata itu?"
"Belum pernah pak."
"Kenapa?
"Desa Aek simarmata itu tidak berpenghuni pak."
"Kenapa begitu?"
"Belum ada jawabannya pak, sungai besar yang ada di desa Aek Holong adalah aliran dari air terjun yang berada di desa Aek Simarmata, menurut desas-desus nya, desa Aek Simarmata menyimpan cadangan minyak bumi, gas dan besi serta nikel.
Pemkab bekerja sama dengan pengusaha dari Belanda mengirim para peneliti dari berbagai bidang disiplin ilmu berjumlah 50 orang, dan hilang begitu saja di desa Aek Simarmata, bahkan tim SAR yang di kerahkan yang berjumlah 20 orang tersebut hilang tanpa jejak.
Penduduk Aek Holong termasuk pemangku adat nya memilih bungkam akan kejadian itu, dan seolah menghindari pembahasan mengenai desa Aek Simarmata."
Drrrt drrt drrrt....
Handphone pak Didit bergetar, dan itu adalah panggilan dari Bu Rida istrinya.
"Kenapa pak, apa yang terjadi?"
"Mora kita harus ke rumah sakit Sekarang Telpon pak Sindro" perintah pak Didit yang terlihat cemas.
Setelah di dalam mobil, pak Didit seperti terlihat cemas tapi berusaha tenang.
"Pak..... Kita ke rumah sakit mana?"
"Ke rumah sakit Citra, ngak perlu kwatir karna Aris sudah ditangani dokter."
"Aris kenapa pak?"
"Saat mau pulang dari kampus menuju sekolah nya Iren, Aris kecelakaan." jawab pak Didit yang terlihat tenang tapi dari sorot matanya terlihat jelas kekwatiran.
Seketika suasana Hening, pak Sindro melaju dengan kecepatan standar, hanya butuh waktu 20 menit akhirnya kami sampai di rumah sakit, pak Sindro langsung ku suruh pulang dan Aku bersama pak Didit buru-buru masuk ke dalam rumah Sakit.
Bu Rida istri pak Didit terlihat cemas dan mondar-mandir diruang Tunggu, dan Akhirnya dokter keluarga dari ruang pemeriksaan, serta membawa Aris untuk di pindahkan ke ruang perawatan.
"Dokter.... Gimana keadaan anak saya?" tanya Bu Rida yang terlihat sangat cemas.
"Bu....pak....
Anak ibu dan bapak hanya sedikit terluka di betis nya, dan sudah ditangani dengan baik, akan tetapi pasien kelihatan ketakutan, gemetaran dan sedikit meronta-ronta, dan kami telah memberikan nya obat penenang supaya anak ibu bisa istirahat."
"Oh begitu ya dokter, kami bisa masuk ke ruangan Aris Dok?"
"silahkan Bu, kalau begitu saya mohon pamit ya Bu."
Kami sejenak terdiam, dan pak Ilham mendekat ke arah kami sambil menepuk bahu kanan pak Didit.
"Pak Didit dan Bu Rida, saya jamin rumah sakit ini akan memberikan pelayanan yang terbaik untuk Aris, mohon sabar ya pak, Bu"
"Terimakasih pak Ilham, maaf telah merepotkan bapak"
"Tidak masalah pak, kalau begitu saya pamit dulu ya pak, kalau ada perlu jangan segan-segan untuk menghubungi saya."
"Baik pak Ilham" jawab pak Didit kepada pak Ilham, pemilik rumah sakit Citra rekanan perusahaan pak Didit.
Kini kami berada di ruangan Aris, kamar VIP karna pak Ilham adalah kolega pak Didit, sehingga tidak sulit untuk mendapatkan perawatan terbaik untuk Aris anak pertamanya.
tut...Tut....Tut....
Nada dering panggilan masuk handphone Ku, musik Batak tersebut mematahkan Susana hening tersebut, dan saking kaget nya aku menjatuhkan handphone tersebut ke lantai.
Dan saat itu Aris tiba-tiba terbangun dengan mimik wajah yang ketakutan, dan kemudian pingsan lagi, dan langsung ku matikan handphone, sembari keluar untuk memanggil dokter.
Dokternya segera datang, kemudian memeriksa keadaan nya Aris, sesaat kemudian dokter tersebut menatap pak Aris dan istrinya.
"Pak ....Bu....
pasien masih syok, setelah Pasian sadar kami akan melakukan observasi lanjutan."
"Dokter apakah pengaruh obat penenang nya sudah habis?"
"Seharusnya belum ibu, mungkin ini hanya bawaan refleksi dari apa yang di dengarkan nya, walaupun pasien terpengaruh obat penenang, tetap bisa mendengar, kalau begitu pamit ya Bu, pak".
Setelah dokter pamit, kami kembali terdiam, ada apa gerangan? apa yang sebenarnya terjadi?
"Maaf ya pak, Bu, Iren, tadi saya lupa menonaktifkan handphone."
Handphone ku aktif kan kembali tapi mode silent, agar tidak menggangu lagi.
"Pak....Bu.....Iren... Izin pamit, mau ke supermarket yang dibawah buat beli minum dan cemilan"
Pak Didit hanya mengangguk untuk mengiyakan, dan terlihat Iren menghampiriKu, untuk ikut ke supermarket yang ada dilantai satu.
Kini Aku dan Iren sudah kembali ke ruang ini, dengan membawa cemilan dan minuman, dan tiba-tiba Aris terbangun, memanggil Mamanya.
"Ya sayang mama dan papa disini, Iren dan bang Mora juga."
Kami bertiga mendekati Aris, sementara Aku keluar, setelah mendapatkan Dokter dan dua orang perawat perempuan kami langsung berlalu ke ruan rawat Aris.
"Bu....pa...semua normal, tapi kami mohon Aris rawat inap dulu sampai perban kaki nya di lepaskan."
"Dokter apa perlu pasang infus?"
"Tidak perlu Bu, hanya obat luar aja, dan juga vitamin, serta istirahat yang cukup."
"Terimakasih ya dokter."
Setelah Dokter meninggal kami di ruangan ini aku mendekati Aris yang terbaring di ranjang.
"Aris.....kok bisa kecelakaan gitu, kejadiannya gimana?"
"Nada dering panggilan Abang itu"
"Kenapa dengan nada dering Abang?"
Sejenak Aris terdiam dan aku semakin penasaran, ada apa sebenarnya? apa hubungannya dengan nada dering Ku?
"Aris mau jemput Iren ke sekolah, setelah 15 menit keluar dari kampus, tiba-tiba ada suara musik seperti nada dering mu bang"
Langsung aku keluarkan handphone, dan memutar video musik Gondang Batak asli.
"Seperti ini suaranya?"
"Iya bang, dan sesosok kakek-kakek muncul tiba-tiba, dan itu membuatku banting stir ke kiri, dan mengenai ke tembok, tapi sosok kakek itu tidak hilang juga, sembari mengucapkan kata, bonasigit...Aek Simaartata...Ulakan....pusingkan"
Semua yang di ruangan tiba-tiba terdiam, dan terlihat tatapan Aris seperti melayang-layang.
"Bona Pasogit, Aek simarmata, ulahon Manang Pasidung."
"Iya betul, itu yang di ucapkan kakek itu, dan tiba-tiba menjadi tinggi sembari membuka mulutnya lebar, dan Aris terbangun mendengar nada panggilan bang Mora, dan baru sadar kalau sudah berada di rumah sakit."
Penjelasan Aris kami saling bertatapan, dan seketika itu juga pak Didit mengeluh sakit di pundak kanannya.
Pak Didit kemudian pingsang setelah meringis kesakitan dan begitu juga dengan Aris yang meringis kesakitan di bagian pundak kirinya lalu pingsan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments