POV Bu Rida.
**
Suaminya dan anaknya Aris yang pingsang setelah mengeluh sakit pundak nya, membuat Bu Rida sangat ketakutan dan kwatir, tanda di pundak kanannya ini dulu sangat kecil lebih tepatnya seperti tai lalat pada umum nya.
Begitu juga dengan tanda di bahu kiri Aris, tetapi kenapa bisa tiba-tiba membesar seperti itu, seperti lingkaran tapi tidak penuh dengan diameter 5 cm.
Mora yang tidak sadarkan diri dengan mulut dan mata yang terbuka setelah melihat tanda lahir di pundak kanan suaminya dan pundak kiri Aris, bingung dan bu Rida semakin kebingungan.
Akhirnya Mora, Aris dan suaminya di buat dalam satu ruangan atas permintaan bu Rida, Mora sudah dianggap nya sebagai anak sendiri dan juga untuk memudahkan pengawasan, dan ketiga nya sekarang sudah di infus, terlintas sejenak bu Rida ingin menghubungi keluarga Mora.
Dalam Kebingungan Nya , bu Rida mengambil handphone nya Mora, dan Tiba-tiba handphone Mora bergetar, sepertinya nada dering panggilan nya sudah di matikan, terlihat yang menghubungi adalah Gomgom, bu Rida sempat ragu untuk menjawab nya.
Dalam hati Gomgom seperti nama dalam suku Batak, mungkin ini saudaranya, dan dengan ragu-ragu bu Rida menjawab panggilan telepon tersebut .
"Bang.....nga libur Ahu bang, alai Tolu ari do, malungun Ahu mamereng Abang, nga di jabu Abang?" *dialog bahasa Batak Toba.
(bang, aku libur bang. tapi tiga hari saja, kangen aku sama Abang. Abang sudah rumah?)
Bu Rida tahu kalau itu bahasa Batak, karena beliau pernah dengar Mora berbicara melalui handphone dengan bahasa seperti itu.
"Maaf saya bicara dengan siapa ya?" jawab bu Rida yang tidak mengerti bahasanya lawan bicaranya.
"Saya Gomgom, adik nya bang Mora, ini handphone nya bang Mora kan bu?"
"Iya benar"
"Maaf dengan siapa saya bicara?"
"Saya Rida, istrinya pak Didit, kamu kenal?"
"Kenal Bu, dari photo yang pernah bang Mora perlihatkan sama ku, oh iya kenapa ibu bisa mengangkat handphone nya bang Mora?"
"Iya... Abang mu lagi sakit, di rawat di rumah sakit Citra, Gomgom bisa kemari?"
"Gomgom sudah di Jakarta bu di rumah kawan, tapi takut nya nanti jam besuk di rumah sakit sudah habis ketika Gomgom sampai disana."
" Tenang aja, nanti ibu yang urus."
"Baik lah kalau begitu, bu... Tolong share lokasi rumah sakit nya ya."
" Ok nanti ibu share lokasinya."
"siap Bu, saya akan segera berangkat."
Bu Rida menghela napas panjang, karena masih ada keluarga Mora yang bisa di hubungi nya, setidaknya bu Rida bisa bertukar pikiran dengan nya.
**
Sudah pukul 9 malam bu Rida dan Tarni duduk bersebelahan dekat pak Didit, Tarni Asisten rumah tangga sengaja di panggil untuk membawa pakaian bu Rida dan Iren serta suaminya dan juga Aris dan juga bekal.
Iren masih terduduk di sofa dengan kebingungan dan kwatir, karna mereka tidak punya jawaban atas kejadian ini.
"Iren....besok kamu sekolah, pulang aja sama Tarni ya, biar mama yang jaga disini." pinta bu Rida kepada putrinya.
"Ngak Ma... Iren tetap disini, bagaimana bisa mama menjaga 3 orang sekaligus, lagian mbak Tarni sudah membawa baju seragamku yang bersih kemari."
Jawab Iren yang tidak mau meninggalkan Mama Nya sendiri yang menjaga tiga orang sekaligus.
"Ya dah lah kalau begitu." sanggah mama Nya.
Mereka kembali dalam keheningan, sambil berpikir ada dengan semua ini? Kenapa tiba-tiba seperti ini?
"Ma.... bang Mora bergerak" Ucap Iren yang melihat Mora bergerak.
"Mora.....Mora.... Bisa dengar suara ibu?
'ha.....hmmmmm.....ha........"
hanya itu keluar dari mulutnya dan gerakannya berhenti, mulut nya akhirnya tertutup, dan matanya bisa terpejam.
"Iren..... Panggilkan dokter cepat." perintah Mama nya
Iren dan Tarni bersama-sama keluar, dan Tak berselang lama dokter pun datang bersama dengan satu orang perawat, dokter tersebut memeriksa keadaan Mora, kemudian Suaminya bu Rida dan terakhir Aris.
"Dokter gimana?" terlihat jelas rasa kekwatiran dari raut wajahnya.
"detak jantung pasien normal, dan tekanan darah nya sudah normal, nanti kalau dah siuman panggil saya lagi"
"Baik dokter, .......
terimakasih ya dokter"
Dokter dan perawat itu pun berlalu, dan lagi Suasana kembali menjadi hening, tiba-tiba handphone Mora bergetar, bu Rida melihat layar handphone Mora dan Gomgom yang menghubungi Nya.
"Halo Gom.... Dah dimana nak?"
"Iya bu, Gomgom sudah di lobby rumah sakit Citra"
"Bilang aja sama resepsionis nya atau security disana, mau kelantai 3 nomor 213, mau bertemu dengan Bu Rida"
"Baik bu."
Selesai berbicara dengan Gomgom, bu Rida melirik jam dingding di rumah sakit tersebut, jarum jam sudah menunjukkan jam 10 lewat, dan tak beberapa lama, Gomgom sudah sampai di ruangan ini masih memakai seragam polisi dengan menenteng tas, terlihat rasa cemas dalam mimik wajah nya.
"Bu.... bang Mora nya mana?" Tanya Gomgom yang terlihat cemas melihat Abang nya terbaring di ranjang.
Bu Rida hanya menunjukkan dengan telunjuk jari ku posisi Mora.
"Bu....bang Mora kenapa?"
"Panjang cerita nya Gom, setelah Membahas desa Aek Simarmata, dan Abang mu melihat tanda di pundak kanan pak Didit dan Aris, Abang mu langsung pucat dan mulut dan matanya terbuka serta tidak sadarkan diri, dan sekarang begitu kondisi nya.
"Bu....bisa lihat tanda itu?
"Silahkan." jawab bu Rida dengan singkat.
Setelah melihat tanda di pundak kanan Suaminya, wajah Gomgom terlihat pucat dan gugup, kemudian dia mengalihkan pandangannya ke Tarni.
"Ibu siapa?"
"Saya Tarni, saya kerja di rumah keluarga Bu Rida. mas panggil aja mbak ya."
"Mbak.... Bisa menyediakan daun sirih dan sereh?."
"Bisa...."
Tanpa pikir panjang, Tarni langsung menelpon seseorang, bu Rida makin bingung dan semakin makin bingung, serta ketakutan tapi tidak tau harus bertanya apa, hanya beberapa saat Susi ART (Asisten rumah tangga) sebelah rumahnya bu Rida sudah datang membawa pesanan Gomgom serta makanan yang kemas dalam kotak makanan.
"Mbak Tarni ada mangkok? atau apapun itu yang bisa menampung air?"
"Ada...."
Dengan sigap Tarni mengambil tempat lauk yang dibawa dari rumah yang sudah di cuci nya di wastafel.
"Mbak air minum."
Tarni memberikan botol minuman itu, sementara Gomgom menuangkan kedalam tempat makan, kemudian memasukkan 3 helai daun sirih, serta mengambil batang sereh.
kemudian menghancurkan sampai halus di bagian batang nya, kemudian mencelupkan nya dalam air yang berisi daun sirih tersebut, terlihat mulut Gomgom komat- Kamit,
Gomgom sudah sudah seperti dukun yang berseragam polisi, setelah itu Gomgom mendekati ranjang abangnya, dan Gomgom memercikkan sampai tujuh kali ke Mora menggunakan batang sereh yang sudah di hancurkan batang nya.
Lagi-lagi Gomgom terlihat komat-kamit, setelah komat-kamit Mora diludahi oleh Gomgom, kemudian komat-kamit lagi, dan tiba-tiba.
'uhtttttttttt ..... ahhhhhhh......'
Mora bergerak dan kemudian terbangun, mereka berempat saling tertegun dan bertatapan satu sama lainnya.
"Bang....bang... Bang Mora .....
Ini aku Gomgom, bang...... " ucap Gomgom yang memanggil abangnya.
Terlihat Mora mulai melirik gomgom, dan melirik bu Rida, Iren dan Tarni. kemudian melirik gomgom lagi.
"Kapan sampai dek?"
Dengan sangat pelan, Mora malah bertanya ke Gomgom. keadaan nya belum sepenuhnya pulih.
"Barusan bang, kami libur 3 hari, makanya saya mau bertemu dengan Abang, jangan banyak gerak, minum dulu ini bang."
Dengan nurutnya Mora minum dari tempat itu, dan setelah nya Gomgom menyuruh Abang nya itu untuk tidur kembali.
Setelah tidur, Gomgom mendekat ke arah bu Rida, sambil menyalami saya dan Iren serta Tarni dan Susi.
"Duduk Gom..." ucap bu Rida, yang mempersilahkan Gomgom duduk disampingnya.
"Iya Bu, terimakasih."
"Gom....kamu itu polisi atau dukun?
"Belum jadi polisi Bu, masih tahap pendidikan dan Gomgom bukan dukun Bu."
"jadi Apa yang kamu lakukan barusan?"
"Dulu pernah bang Mora ngobrol dengan oppung Doli kami, oppung Doli itu kakek Bu, orang tua dari bapak kami.
(oppung Doli adalah Kakek dan pasangannya Oppung Boru.* tradisi Batak Toba).
Setelah ngobrol agak lama tiba-tiba bang Mora seperti yang ibu ceritakan tadi. Kebetulan adek perempuan oppung Doli kami yang juga ada di rumah saat itu melakukan hal sama seperti yang ku lakukan sambil membaca doa bapak kami, serta doa keselamatan.
(doa bapak kami adalah doa yang diajarkan langsung oleh Yesus Kristus, sementara doa keselamatan adalah doa yang biasa digunakan untuk mendoakan keselamatan para jemaat.)* ajaran agama Kristen.
Adek oppung itu pensiunan pendeta Gereja Pentakosta satu-satunya gereja di desa Aek Holong.
adek nya oppung Doli melakukan seperti saya lakukan dengan membaca kan doa Bapak Kami, sehingga bang Mora kembali sadar."
Bu Rida semakin bingung dengan penuturan Gomgom sulit rasa nya mencerna disampaikan oleh gomgom.
Mora berkata kalau Mora dan keluarga besarnya penganut ugamo Malim (kepercayaan Batak Toba yang masih ada sampai sekarang).
Tapi disini adiknya Mora ini malah berdoa layaknya seperti jemaat Kristen.
"Gomgom kamu tau apa yang terjadi?" Tanya Bu Rida yang terlihat dalam kebingungannya.
"Ngak Bu, hanya bang Mora yang ngobrol dengan oppung Doli saat itu, sampai saat ini itu tidak pernah dibahas lagi, dan hanya bang Mora yang tau ceritanya."
"oh begitu...... Gom, kamu bilang tadi membacakan doa bapak kami, bukannya kalian ....."
Dengan agak ragu bu Rida bertanya akan hal kepercayaan Gomgom.
"Agama Malim Bu." jawab Gomgom dengan tenang.
"I..ya.." ucap Bu Rida di kala kebingungannya.
"Kalau saya pribadi memilih Kristen Bu, Bapak dan Mamak di kampung memberikan kami kebebasan dalam hal memilih keyakinan."
"Oh........
orang tua yang bijaksananya."
"nak..... trus apa yang harus kita lakukan?."
"Bu........Untuk saat kita hanya mengawasi nya Bu, sampai bang Mora bangun lagi.
Susana kembali hening, sementara Susi sudah kembali ke rumah majikannya, Tarni dan Iren tertidur di sofa, Gomgom duduk disebelah abangnya dengan sikap siaga, karna sudah tidak tahan akan ngantuk nya, Bu Rida izin ke Gomgom untuk tidur di sofa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Kiran Nadeak
Kren di jelaskan dalam bentuk bahasa Indonesia dan asal bahasanya.
2022-12-08
1