Kota

Sebelum hari ulang tahun Ren. Mereka berencana untuk pergi kekota demi melihat cahaya terbang itu.

Ren membawa bekal yang banyak mungkin cukup untuk tiga hari dan juga sebuah pedang peninggalan ayahnya.

Yah pedang biasa untuk prajurit dan itu sudah mulai terlihat tua dan berdebu.

Ren mengangkat pedang itu lumayan berat, meski Ren sudah belajar bela diri sendiri sejak kecil, ia sebelumnya hanya berlatih dengan bambu yang di buat seperti pedang dan belum ada pengalaman untuk bermain pedang.

"Gulfan ayo semangat kita akan kekota lho pagi ini," ujar Ren mengikat rambut panjangnya dan memakai penutup wajah yang sedikit tipis serta memakai tudung agar wajahnya tidak di ketahui atau di kenali di kota.

"Maafkan aku dewa aku rela di beri cambukan daripada menolak permintaan gadis cantik ini," ujar Gulfan meratapi nasibnya.

"Dewa jangan hukum Gulfan, karena kalau Gulfan tidak mau menurutiku akan ku goreng saja," ujar Ren sambil bercanda.

"Kau jahat seperti biasanya nona Ren,"

Mereka pun akhirnya berangkat dan meninggalkan gunung ini untuk sementara waktu.

Ren berharap semoga apa yang di carinya dan apa yang ia lihat akan menjadi pengalaman terhebat selama hidupnya.

Ia juga membawa sebuah buku catatan kecil yang ingin ia tulis dalam perjalanannya.

Selama dua hari Ren dan Gulfan berjalan dari gunung ke kota. Gulfan yang selalu terbang dan mengamati Ren dari bawah.

Dan tibalah mereka di pintu gerbang kota yang sangat ramai itu.

Ren terpesona seketika melihat kota yang begitu ramai, ia berada di pusat kota.

"Ini adalah pusat kota Qing di sini sangat ramai hati-hati dengan langkahmu," ujar Gulfan yang langsung hinggap di bahu Ren.

"Wah banyak sekali orang, itu apa? itu apa? itu apa?" Tanya Ren melihat banyak pedagang yang Ren tidak tahu.

"Itu adalah pedagang, mereka menjual berbagai makanan dan juga pakaian," jelas Gulfan.

"Bagaimana aku bisa mendapatkannya, ini sangat berkilai dan bagus," ujar Ren mendekati salah satu pedagang aksesoris.

"Kalung giok itu sangat cantik untukmu Nona," ujar pedagang itu.

"Wah cantik sekali, bagaimana cara aku bisa punya ini?" tanya Ren.

"Hei Bodoh, kau harus membelinya dengan uang," ujar Gulfan berbisik pelan di telinga Ren.

"Nona bagaimana mau beli tidak?" tanya pedagang itu.

"Kau tidak bisa membelinya kalau tidak punya uang, coba kau perhatikan pelanggan itu. Itu uang yang akan di bayar dengan barang yang akan di belinya," tunjuk Gulfan kepada pelanggan pria yang sedang menggunakan uang untuk membeli buah.

Ren mengamati dengan seksama dan baru paham itu yang namanya uang, selembar kertas bergambar yang bisa membeli apa saja.

"Aku tidak punya uang," ujar Ren yang baru paham kalau ia tidak memiliki kertas yang bernama uang itu.

"Kalau tidak punya uang jangan datang kemari, membuat repot saja," ujar pedagang itu kesal.

Pria yang sedang membeli buah itu melihat Ren yang sedang mengalami masalah. Dan ia baru saja mendengar kalau gadis ini tidak punya uang untuk membeli perhiasan.

Pria itu memiliki rambut panjang berwarna hitam yang di ikat ia selalu membawa kipas kecil di tangannya dan warna mata yang cokelat kehitaman.

Ia memperhatikan Ren yang menurutnya sangat mencurigakan, gadis itu memakai tudung dan penutup wajah. Apakah dia orang sini? atau mata-mata?

Pria itu terus memperhatikan Ren yang masih berdebat dengan pedagang aksesoris itu, ia tak sengaja menatap mata Ren yang berwarna cokelat keemasan itu.

"Matanya cukup indah," ujarnya lalu mendekati Ren.

Ia menatap Ren dengan wajah tampan yang sedikit sinis lalu mengambil perhiasan yang ingin Ren miliki.

Ren terkejut dan jantungnya sangat berdebar ketika ada lawan jenis yang sangat tampan itu berdiri di sampingnya.

"Kyaaaaa pria ini tampan sekali," ujar Ren dalam hati.

"Hati-hati Ren, dia ini adalah anak dari saudagar kaya. Jika kau tertangkap olehnya bisa gawat, kita harus pergi dari sini," bisik Gulfan menghentikan hayalan Ren yang berdiri di samping pria tampan itu.

"Sau... Saudagar kaya, wah pasti orang yang penting di kerajaan aku tidak boleh tertangkap,"

Ren berjinjit dengan perlahan mencoba melarikan diri, namun ketika Ren hendak kabur tangannya langsung di tarik oleh pria itu.

"Hah!"

Pria itu menatap Ren dengan senyumannya yang menggoda.

"Tangan kecil yang begitu imut

Kulit putih bersih sebening batu giok

Mata indah seperti cahaya bulan

Hei Nona cantik darimana asalmu?"

Pria itu melantunkan sebuah syair yang sangat mengagumkan, membuat Ren sedikit terpana.

Ren terkejut bisa mendengar langsung syair seindah ini.

Jadi seperti ini yang namanya syair?

"Wah itu Tuan muda Yuan Jiang,"

"Wah mana-mana?"

"Itu di situ?"

Pekik para wanita yang tidak sengaja melihat dan mendengar lantunan syair dari pria tampan yang bernama Yuan Jiang itu.

Melihat sekerumunan besar berlari kearah Ren dan pria Yuan itu.

Ren panik melepaskan diri lalu pergi berlari sejauh mungkin dari pria tampan itu.

Yuan Jiang tersenyum lalu mencium tangannya yang telah menyentuh gadis itu.

"Aku menemukannya, paman aku ambil kalung ini," ujar Yuan Jiang akhirnya membeli kalung yang telah di pilih Ren.

"Tuan muda Jiang beri aku sebuah lantunan syair hari ini,"

"Apa kau senggang aku bisa menemanimu,"

"Tuan muda Jiang aku bisa memasak dan membuat kaligrafi,"

"Tuan muda Jiang nikahi akuuu,"

Ujar para wanita itu menggila, Yuan Jiang ingin sekali mengejar gadis bertudung itu. Tapi apa boleh buat ia telah di kerumuni oleh gadis-gadis.

"Maaf nona-nona aku harus segera pulang dan untuk hari ini aku tidak punya syair yang indah untuk kalian dadah," ujar Yuan Jiang memberi kiss bye dan berlari dari kerumunan itu.

"Tuan muda Jianggg,"

Ren pun berlari setelah merasa agak jauh dari pria itu, Ren pun mencoba untuk berhenti dan istirahat tanpa sadar ia telah kehilangan Gulfan saat berlari tadi.

"Gulfan, Gulfan," panggil Ren mulai panik.

Tiba-tiba sebuah kerumunan berdatangan lagi membuat Ren masuk di kerumunan itu dan di apit-apit oleh warga kota itu.

"Lihat jenderal Xiu Ye telah pulang,"

"Mana-mana?"

"Itu dia menunggangi kuda,"

"Seperti biasa dia tetap tampan,"

Ren melihat bahwa para warga kota ini berkerumun sambil menyambut kedatangan seseorang yang sangat penting dan merupakan jantung kerajaan ini.

Ren melihat segerombolan prajurit yang menunggangi kuda sambil mengikuti pemimpin mereka di depan.

Tiba-tiba Ren kembali terkejut ternyata orang yang di sambut pulang itu adalah pemburu yang di temuinya saat mandi waktu itu.

"Pr... Pria itu,"

"Hidup jenderal Ye,"

"Hidup jenderal Ye,"

"Hidup Jenderal Ye,"

"Heeeeh! dia adalah Jenderal?" ujar Ren kembali terkejut ketika para warga bersorak untuk mereka.

Next

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!