Pagi hari yang cerah terlihat seorang gadis yang baru saja selesai mencuci pakaiannya di sungai.
Rambut cokelat keemasan yang panjang, mata lebar dan berbinar berwarna kecoklatan terang, gadis itu sedang berendam di sungai yang indah itu.
Terlihat sebuah panah yang hampir saja mengenai si gadis yang sedang mandi.
"Hah,"
Gadis itu ketakutan mungkinkah ada pemburu di sekitar sini?
Kalau begitu ia harus cepat bergegas pergi dari sungai ini.
Suara telapak kaki dan semak-semak mulai bergerak dari arah sana, si gadis gemetar ketakutan dan mulai tergesa-gesa untuk pergu secepat mungkin sebelum ia di temukan.
"Oi, mau pergi kemana kau?"
Terdengar sorakan keras dari suara pria yang memanggilnya.
Si gadis hanya sempat memakai handuk dengan rambut basah yang tergerai, si gadis pun refleks melihat seseorang yang memanggilnya itu, ia hanya menelan ludah ketika melihat pria itu menghadangnya dengan panah dia berada di atas kuda hitamnya.
"Heh,"
Si pemuda terkejut melihat wajah si gadis untuk pertama kalinya.
Tubuh putih bening itu hanya di tutupi oleh handuk, wajah malunya terlihat menggoda, rambut cokelatnya yang basah tergeraj sambil di terbangkan oleh angin sepoi-sepoi, matanya juga sangat cantik. Gadis itu benar-benar cantik.
"Si... Siapa kau?" tanya pemuda itu dengan tegas.
"Li... Ren," jawab sang gadis sambil gemetaran.
Pemuda yang ada di seberangnya ini benar-benat terlihat menakutkan, wajahnya sangat tampan, rambut ungu panjang yang di kuncirnya dan mata birunya sangat tajam dan tegas, serta badan tegap yang benar-bebar sempurna. Apakah dia seseorang dari kerajaan?
Pemuda itu terlihat lengah sebentar menurunkan busur panahnya, ketika pemuda itu lengah Ren pun segera melarikan diri.
"Oi,"
Pemuda itu kehilangan gadis cantik yang berdiri di seberang sungai sana, meskipun mengejarnya itu akan mengambil jalan pintas yang jauh sedangkan di depannya adalah sungai.
"Tcih, akan ku ingat itu Li Ren," pemuda itu tersenyum sinis sambil menjilati bibirnya.
Pemuda itu adalah seorang jenderal dia bernama Xiu Ye yang baru saja pulang setelah bertempur dengan kerajaan musuh, ia adalah jenderal dari kerajaan Qing yang mana sekarang di pimpin oleh kaisar Zen.
Desa yang di mana dulu di tinggali oleh keluarga Li.
Ren akhirnya berhasil berlari sejauh mungkin dari orang asing itu, ia masih mengenakan handuk di badannya dan seember cucian yang ia bawa lari.
Sejauh ini jalan pintas terjauh menuju seberang ini tidak akan di lalui oleh pria itu.
Rin sedikit beristirahat di hutan dekat rumahnya, rumahnya ada di atas bukit sana dan perlu memakan waktu tiga puluh menit untuk mendaki.
"Huh, lelah sekali," ujar Ren merasa putus asa menaiki bukit itu untuk menuju rumahnya.
Ia pun berhenti sejenak, menikmati angin pagi yang begitu menenangkan. Kicauan burung, dan aroma khas pagi benar-benar membuat Ren tenang ketika ada di hutan ini.
"Pria itu tampan sekali, kenapa aku lari dan tidak menanyakan namanya?"
Pemuda itu terlintas di pikiran Ren, menurut Ren jenderal itu sangat tampan dan ingin sekali bisa mengenalnya.
Ren pun ingat sejak kecil ia tidak pernah punya teman atau pun rasa tertarik dengan lawan jenis.
"Seperti ini ya rasanya menyukai seseorang yang tampan, jantungku aneh sekali berdegup terus ketika ingat wajah dingin yang tampan itu,"
Ren pun kembali berjalan dan mulai mendaki bukit menuju rumahnya, ia merasa kalau ia harus segera tiba di rumah dan mengganti baju.
Ketika di perjalanan Ren melihat seekor burung kenari emas yang terluka, burung kecil itu mendapat luka di sayapnya seperti terkena panah seseorang apakah pemuda tadi yang memburu burung kecil cantik ini?
"Kau terluka, akan ku bawa kerumah dan mengobatimu," Ren pun memungut burung kenari emas kecil itu dan membawanya kerumahnya.
Setelah selesai membereskan rumah, berganti baju dan mengobati sayap burung itu dengan obat herbal yang di raciknya.
Meracik obat ini ia di ajarkan oleh ibunya, dari memasak sampai menjahit. Saat itu Ren bisa melakukan pekerjaan rumah sendiri dan membuat obat dengan tanaman sekitar.
Dua tahun yang lalu ibunya pergi kekota dan dengar-dengar dia menjadi pelayan di istana Qing.
Saat itu ibunya seringkali membuat surat dan membalas surat kepada Ren mengingatkan segala hal bahwa ia harus menjadi anak yang mandiri.
Ren sebenarnya sangat ingin ikut kekota dan membantu ibunya bekerja di istana, tapi ibunya tidak memperbolehkannya pergi dari gunung ini.
Setelah itu setahun berlalu balasan dari surat Ren tidak pernah ada lagi, ia mendengar ada banyak pelayan yang mati di istana itu karena keracunan.
Dan saat itu Ren menyimpulkan bahwa ibunya tidak akan pernah kembali kesini dan tidak akan membalas suratnya lagi.
Saat itu Ren hanya bisa menangis berhari-hari tidak makan dan sangat stres.
Pada saat itu datang seekor burung yang biasa mengantarkan surat ibunya.
Ren merasa senang ia berpikir bahwa ibunya masih baik-baik saja.
Tapi ternyata itu adalah surat terakhir darinya.
"Mulai sekarang hiduplah dengan baik, maafkan ibu tidak bisa kembali lagi menemuimu. Maafkan ibu yang tidak bisa menjagamu lagi, maafkan ibu. Waktu ibu sangat sedikit, Ren kamu adalah harta ibu yang paling berharga hiduplah dengan baik dan jangan pernah menjadi lemah akan sesuatu hal, ibu sangat menyayangimu,"
Rsn seketika menangis membaca surat terakhir dari ibunya, dan masih tidak percaya bahwa ibunya adalah salah satu kelinci uji coba racun itu dan telah meninggal.
Saat itu Ren sangat membenci kerajaan tapi ia sangat ingin bisa melihat kota, dan sejak saat itu Ren ingin sekali membalas dendam kepada kerajaan Qing atas kematian ibunya bukan itu saja bahkan ayahnya juga di bunuh karena tuduhan pemberontakan terhadap Kaisar.
Namun itu sudah berlalu dan akhirnya Ren bisa bertahan hidup sendirian di gunung perbatasan ini.
Ayahnha meninggal saat ia berusia empat tahun dan ibunya meninggal dua tahun lalu.
Ren saat itu mulai belajar bela diri sendiri menggunakan kendo peninggalan ayahnya. Ia bertekad menjadi kuat dan membalas dendam terhadap semua anggota kerajaan.
"Hei burung kecil apa luka mu sakit? Apa kau ingin makan sesuatu?" tanya Ren kepada burung kenari emas yang ia obati itu.
"A... Aku ingin kue," ujar burung itu.
"Oh kau mau kue, heh... Tunggu? A... Apa kau bis bicara?" tanya Ren terkejut mendengar ketika burung kecil itu bicara.
"Tentu saja aku bisa bicara," ujar burung itu sinis.
"Kyaaaaa, kau bicara, kau bicara pasti kau adalah siluman. Pergi, pergi jangan makan aku,"
Ren ketakutan sambil menjauh dari burung itu.
"Kejam sekali padahal kau sendiri yang membawaku kerumahmu," ujar burung itu terlihat santai dan memakan kue yang telab di sediakan oleh Ren.
Ren perlahan mendekat merasakan kalau burung ini tidak berbahaya hanya saja sedikit aneh dia bisa bicara.
"Jangan takut aku bukan siluman, aku adalah burung dewa. Aku adalah burung kenari emas yang tampan ngomong-ngomong kau boleh memanggilku Gulfan," ujar burung itu dengan santai memakan cemilannya.
"Gu... Gulfan burung dewa?"
"Jadi siapa namamu gadis muda?" tanya burung itu.
"A... Aku Li Ren,"
"Hah! Li Ren. Li Ren yang itu, kau Li Ren?" ujar burung itu terkejug setelah mengetahui bahwa gadis itu bernama Ren.
"Iya,"
"Jadi aku di utus kesini untuk mu,"
"Untuk ku?"
Next
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
it's me_Jaeminwife
numpang lewat 🤟
2023-03-02
0