Setelah mendengar penjelasan dari burung kenari emas itu, dan mengaku sebagai peliharaan dewa yang di utus datang untuknya.
"Jadi untuk apa kau datang mencariku?" tanya Ren datar.
"Datar sekali ekspresimu, kau ini terlahir menjadi dewi jadi aku harus menjagamu sekarang," ujar Gulfan.
"Hah! Dewi? Lalu bagaimana cara burung kecil mau menjagaku? Hahahah lelucon macam apa ini," ujar Ren tertawa lepas.
"Jahat sekali jika menertawakan takdirmu, artinya aku mulai sekarang akan terus berada di sisimu menjagamu di hutan ini agar kau tidak terlalu terlibat di dunia luar," jelas Gulfan seperti berbangga diri.
"Menjagaku, dan tidak pernah keluar dari hutan?"
Ekspresi Ren sedikit muram ketika lagi-lagi keinginannya untuk melihat dunia luar jadi sebatas mimpi.
Ia percaya kalau burung kenari emas ini adalah utusan dewa bahkan dia bisa bicara, jadi itu pasti akan berbahaya untuknya keluar dari hutan ini. Terlebih tadi pagi ia bertemu dengan seorang pria tampan namun menggunakan senjata, jika tadi ia tidak lari mungkin saja panah itu akan membunuhnya.
"Ren, kau terlihat sedih ada apa?" tanya Gulfan.
"Aku ingin sekali keluar dari hutan ini,"
Ren membuka tirai dan terlihat dinding yang telah ia lukis, dinding itu melihatkan lukisan seorang gadis di atas perahu sambil melihat ribuan cahaya yang terbang.
"Lampion?" Gulfan paham bahwa keinginan Ren untuk keluar dari hutan adalah melihat lampion-lampion itu terbang kelangit.
"Jadi namanya lampion, sudah ku kira itu bukan cahaya terbang," ujar Ren tersenyum manis ketika mengetahui nama benda yang ia lukis.
"Setiap ulang tahunku semua benda itu akan terbang meghiasi langit," ujar Rin sambil menatap jendela menatap keluar.
"Kaisar Xiaou Zen berulang tahun tiga hari lagi, yang kau lihat itu adalah lampion sebagai tanda bahagia bertambahnya satu tahun umur kaisar," jelas Gulfan.
"Tapi ulang tahunku juga bertepatan pada tanggal itu, kalau tidak salah dengar Kaisar Xiaou Zen adalah Kaisar kerajaan Qing baru-baru ini,"
"Iya, aku dengar dia sangat kejam dan selalu menyiksa pemberontak sebelum membunuhnya dia terkenal kejam saat umur 12 tahun lalu," jelas Gulfan lagi.
Sebuah ingatan terlintas di kepala Gulfan ketika sang dewa langit memberinya tugas untuk menjaga Ren. Tapi untuk misi tertentu.
Ia terlalu tidak ingat karen sayapnya terkena panah dan terjatuh, seingatnya ia hanya sudah sampai di rumah Ren dan ia lupa apa misi itu.
Dalam sehari Ren dan Gulfan sudah mulai akrab. Gulfan sangat jahil dan suka makan terlebih makanan manis.
Dan Ren sangat suka membuatkan Gulfan makanan dengan sepenuh hati dan menganggap Gulfan adalah keluarganya sendiri.
Malam hari Ren duduk di atas pohon dan mengamati kota dari kejauhan, bintang-bintang berkelap-kelip di langit sangat indah.
"Wah ternyata kau pandai memanjat," puji Gulfan.
"Tentu saja, aku suka mengamati kota dari sini sejak kecil aku selalu melatih kemampuan memanjatku, bukan itu saja aku juga melatih kekuatan fisik agar aku bisa kuat dan melawan orang jahat," ujar Ren tersenyum.
"Sejak kecil aku selalu ingin melihat kota dan cahaya terbang itu, kata ibu berbahaya jika aku pergi kekota dan akhirnya aku melatih kekuatan fisik ku sendiri, ketika aku merasa cukup kuat karena telah mengalahkan babi hutan dengan tangan kosong dan membawanya pulang kepada ibu kalau aku ini kuat dan bisa menjaga diri,"
"Tapi ibu tidak percaya dan terus mengurungku di sini, bahkan sejak ayah kerja di istana dia tidak pernah kembali lagi. Dan ibu juga di tawari bekerja di sana bahkan pengawak kerajaan menjemputnya dan jauh-jauh menyembunyikan ku dari orang-orang istana itu,"
"Setahun berlalu dan ternyata ibuku juga meninggal di sana, dan sekarang tinggal aku sendiri, di bayangi janji-janji mereka agar aku tidak pergi meninggalkan hutan ini,"
"Aku ingin membalas, membalas keluarga kerajaan itu,"
Ren menghela nafas terlihat hendak menangis. Gulfan yang mendengar itu juga merasa sedih ia juga mengerti perasaan itu.
Perasaan yang sangat ingin menjelajahi dunia luar, tetapi karena memiliki takdir yang tidak baik dia tumbuh di lingkungan jauh dari kata teman dan kota.
Kalau di lihat-lihat Ren sangat cantik dia terlihat seperti dewi yang di sinari oleh cahaya bulan.
Jika dia turun kekota maka para lelaki akan tergila-gila kepadanya karena terlalu cantik, bukan manusia saja Gulfan berpikir kalau dia bukan burung ia juga jatuh cinta pada Ren bahkan dewa sekalipun.
Kecantikan ini sangat luar biasa, ini bisa menimbulkan pertumpahan darah bagi laki-laki karena memperebutkannya.
"Ren jangan khawatir lagi aku ada untuk menjaga dan menjadi temanmu, bahkan jika kau ingin menikah kau bisa menikah denganku," ujar Gulfan berbangga diri sambil memakai kacamata hitam mirip burung mafia entah darimana ia dapat kacamata itu.
"Heh siapa yang tertarik menikah dengan burung hahhah,"
"Jahat sekali, jika aku memperlihatkan wujud tampanmu kau pasti tergila-gila padaku,"
"Aku tidak akan tergila-gila padamu," ujar Ren tertawa lepas.
"Gulfan tiga hari lagi adalah ulang tahunku, karena kau bilang kau pernah kekota apa kau mau membantuku untuk pergi kekota?" tanya Ren sambil menatap bintang.
"Ti... Tidak itu mustahil, nanti kau dalam bahaya," tolak Gulfan langsung mentah-mentah.
"Oh ayolah hanya melihat cahaya terbang itu saja lalu kembali secepatnya kegunung, aku akan menutup wajahku dengan kain nanti," ujar Ren meyakinkan.
"Tidak, tidak akan,"
"Oh ayolah nanti akan ku buatkan kue yang super enak dan manis,"
Gulfan terlihat menahan salah satu syarat tersebut namun ia ingat kalau membantah perintab dewa maka ia akan di cambuk sebanyak sepuluh kali.
Namun bukan itu saja, saat majikan mereka di dunia melakukan setiap kali kesalahan maka sang peliharaan akan menanggungnya.
Tapi melihat wajah Ren yang berseri-seri sambil menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca seperti mengharapkannya. Gulfan jadi tidak tega menolaknya.
"Kalau kau tidak mau maka pulanglah ke dewamu, atau kau mau ku goreng dan ku jadikan makan malamku," ujar Ren mengancam serta bercanda.
Mendengar itu Gulfan langsung ketar-ketir mendengat perkataan jahat Ren sambil menulan ludah.
"Baiklah, baiklah tapi ketika sudah melihat lampion iti kau berjanji untuk pulang cepat dan masak kan aku sepuluh kue manis," persyaratan Gulfam terlihat sangat santai mengatakan itu dengan mudah.
Ren terkejut mendengar syarat dari burung kecil ini, ingin kesal tapi itulah harapan satu-satunya untuk bisa kekota dan melihat cahaya terbang itu.
"Baiklah burung, jika kau terus makan kue nanti kau akan menjadi burung bulat yang lamban hahahha," ujar Ren kembali tertawa sambil mengejek Gulfan.
"Mulai besok kau harus membawaku kekota dengan secepatnya ya tuan burung," ujar Ren sambil mengejek.
"Huh dasar wanita,"
"Kau bilang apa! Apa kau ingin ku goreng?"
"Tidak, tidak Tuan Ren ampuni aku,"
Malam itu mereka berdua tertawa di atas pohon sambil mengamati langit berbintang dan kota yang jauh di seberang sana.
"Besok aku akan kekota, akhirnya aku akan melihat kota dan cahaya terbang itu,"
"Lampion,"
Next
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments