Kedua orang tuanya tak mengatakan apa pun tentang pembatalan pernikahannya dengan Haris.
Raisa dan Adnan sama sekali tak menyinggung tentang undangan atau persiapan lain yang sudah malang melintang disiapkan.
Menurut Raisa tidak apa-apa malu untuk saat ini daripada nanti jika terlanjur sudah menikah.
Semua orang berharap menikah hanya sekali seumur hidup. Bisa saja orang akan bertahan dalam pernikahan yang tak bahagia hanya karena tak ingin dianggap gagal dalam menjalani rumah tangga.
Terkadang bagi sebagian masyarakat, status janda atau duda seringkali dianggap sebelah mata.
Amara tak pernah keluar rumah, terakhir kali hanya saat mereka mengantar Adnan ke bandara. Lalu setelah itu Amara hanya mengurung diri di rumah, bahkan dia menolak bertemu dengan teman-temannya yang datang menjenguk.
Di depan keluarga, Amara akan tersenyum seolah semuanya baik-baik saja, tetapi tiap malam Raisa selalu mendengar suara isak tangis pelan yang coba ditahan. Wanita paruh baya itu khawatir dengan keadaan mental putrinya jika terus tertekan seperti ini.
Waktu berlalu dengan cepat, hari ini adalah hari pernikahan yang seharusnya dilangsungkan bersama dengan Haris, tetapi satu jam yang lalu Amara mendapat kabar dari temannya bahwa Haris tengah melangsungkan pernikahan. Tak lupa disertai foto yang memperlihatkan senyum bahagia kedua mempelai.
Brak!
Prang!
Sebagai manusia biasa yang punya hati dan perasaan Amara kecewa, marah, dan tidak terima, dia melempar ponselnya menghantam meja rias, lalu menyapu bersih apa pun yang dilihatnya dengan kasar hingga berserakan.
Sisi kelam Amara yang hampir dua tahun redup seperti menyala kembali. “Kenapa kamu tega, Mas Haris!” teriaknya dengan linangan air mata. “Kenapa kamu memilih hari dan tanggal yang seharusnya jadi pernikahan kita, Mas! Gak adakah sedikit perasaan untuk menghargai diriku.”
Kerelaan yang selalu coba dilakukan, nyatanya belum mampu melapangkan semua perasaan yang ada di dada dan hatinya.
Setelah puas menumpahkan kemarahan, Amara terjatuh ke lantai dengan tubuh yang gemetar.
“Astaghfirullah,” pekik Raisa melihat keadaan kamar putrinya. “Mara! Istighfar, Nak.” Wanita paruh baya itu berjalan hati-hati, takut terkena serpihan kaca yang berserakan di lantai.
Amara tidak mengidahkan ucapan ibunya, dia terus terisak dengan bertekuk lutut, menyembunyikan wajahnya.
Sampai sepuluh menit kemudian Raisa menunggu tanpa berkata apa pun lagi, sampai tubuh Amara terkulai lemas dan jatuh tak sadarkan diri.
“Allah ... berikan kekuatan untuk Mara dalam menghadapi ujian darimu,” tangis Raisa memeluk putrinya.
♡
♡
♡
Seseorang hidup dengan banyak harapan, tetapi jika terlalu berharap pada manusia, maka kecewa adalah konsekuensinya.
Jalan hidup dan ujian setiap orang itu berbeda. Ada yang diuji melalui keluarga, ekonomi, pasangan, dan banyak macam lainnya. Begitulah kehidupan, tidak ada yang lurus-lurus saja tanpa masalah.
Amara diuji dengan rasa kecewanya, sementara kedua orang tuanya diuji melalui putrinya.
Setiap permasalahan selalu ada jalan keluarnya. Selalu ada hikmah yang bisa dijadikan pelajaran untuk ke depannya.
“Mara, nanti malam di kantor pusat ada acara peresmian kantor baru. Kamu ikut menemani ibu, ya. Ibu gak mau sendirian.” Raisa datang menghampiri sambil membawa sebuah paper bag dan meletakkannya di atas ranjang.
“Ibu sama ayah saja. Mara gak bisa,” jawab Amara tanpa menoleh. Wanita itu masih setia duduk dengan tenang sambil menatap ke balkon yang mengarah langsung ke halaman belakang.
Ini sudah dua bulan berlalu. Amara memang sudah mulai tenang dan jarang menangis, tetapi sikapnya berubah sangat dingin dan semakin tertutup.
Amara hanya sibuk meratap di dalam kamar setiap hari tanpa mau melakukan apa pun. Setiap kali orang tuanya mengajaknya pergi dia selalu menolak dengan banyak alasan. Lebih memilih diam di rumah dan mengurung diri di kamar.
“Ayolah, Mara. Ayah pasti sangat sibuk di sana, ibu gak mau sendirian.”
Amara tetap menggelengkan kepala, menolak ajakan ibunya.
“Mara!”
“Bu, jangan paksa aku!” tekan Amara dengan suara pelan, tetapi begitu tajam.
Raisa yang gagal membujuk putrinya segera menghubungi suaminya untuk segera pulang.
Tak sampai satu jam pria paruh baya itu datang dan segera menghampiri istrinya.
“Kita harus lakukan sesuatu, Mas. Mara gak bisa seperti ini terus, kita harus membawanya ke psikiater,” kata Raisa dengan bibir gemetar.
Adnan memikirkan ucapan istrinya. Namun, di sisi lain dia juga memikirkan perasaan putrinya. Jika Amara tahu dia dibawa ke psikiater dengan kondisi seperti ini, bisa jadi akan membuatnya tersinggung dan sakit hati.
“Aku takut akan membuat Mara lebih menjauh, Isa.”
“Tapi kita gak bisa membiarkan Mara seperti ini terus, Mas. Ini sudah dua bulan.”
Adnan terdiam beberapa saat sambil memejamkan mata. Amara putri satu-satunya yang dimiliki, dia pernah gagal menjadi orang tua saat mengetahui kehidupan putrinya di luar sana dan apa saja yang telah dilakukan.
“Aku tahu apa yang harus dilakukan. Semoga ini yang terbaik untuknya.”
“Kamu mau apa, Mas. Jangan aneh-aneh loh, dia anakku satu-satunya,” kata Raisa cemas.
Adnan terkekeh pelan, dia menatap istrinya lembut sambil mengusap punggung tangannya dan berkata, “Kita pernah gagal mendidik Mara hingga dia jatuh pada lubang yang salah. Semua yang telah terjadi ada andil kita di dalamnya, andai dulu kita gak membiarkan Mara jauh dari kita, masa lalu yang buruk gak akan ada dan Haris pasti akan tetap menikahi Mara.”
Raisa menggeleng tidak setuju dengan ucapan suaminya.
“Apa yang telah terjadi itu sudah tertulis dan telah jadi jalan ujian kita masing-masing. Meskipun gak ada masa lalu, jika memang Haris bukan jodoh Mara, sekuat apa mereka berusaha maka tetap akan ada jarak yang memisahkan.”
“Takdir memang gak bisa diubah, tapi manusia memiliki pilihan yang akan membawanya pada sesuatu yang baik atau buruk. Semua itu mengikuti pilihan yang telah diambil. Berusaha menjadi manusia baik untuk mendapatkan kebaikan Allah,” kata Adnan yang memiliki sudut pandang berbeda.
Melalui perbuatan baik, percaya atau tidak ternyata dapat mengubah takdir manusia.
Seperti yang tertulis di Al-Qur'an surah Ar-Ra’d ayat 11 : Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.
To Be Continue ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Fitri Nasution
kecewa itu hal biasa mara, tetap semangat menjalani hidup ini. mudah2an kedepannya lebih baik lagi
2022-11-16
2
Yen
Mara terlalu kecewa ya 😔
2022-11-04
0
manda_
lanjut thor semangat buat up lagi ya sabar amara kamu pasti bisa melewati semuanya haris bukan jodoh yg baik buat kamu
2022-10-26
0