Bab 2

Cinta itu anugerah yang Allah titipkan pada hati setiap hambanya. Cinta berada di dalam hati, tak perlu diungkapkan dengan rangkaian kata-kata indah agar orang lain tau, tak perlu juga sikap lembut menggoda jika hanya menimbulkan kebahagian yang semu, karena cinta itu diam. Tak mampu disuarakan dan menyuarakan. Hanya dengan diam saja cinta sedang diuji kekuatanya. ~ Keanu Surya Dirgantara.

Seluruh anggota keluarga telah berkumpul di meja makan, bibi Nur terlihat sibuk menyajikan beberapa menu masakan di atas meja. Momen seperti ini bisa dibilang cukup langka dalam keluaraga mereka, kesibukan semakin mengikis jarak masing-masing anggota keluarga. Apalagi semenjak Surya memilih untuk hidup mandiri.

"Gimana kondisi perusahaan kamu Ken?" ayah memulai obrolan dengan menanyakan kondisi perusahaan Surya, Ken atau keanu. Ayah lebih suka menggunakan nama itu dibanding dengan Surya, pasalnya nama keanu dalam beberapa bahasa memiliki arti tegas, disiplin serta cerdik. Sangat cocok dengan kepribadian yang dimiliki oleh Surya.

"Alhamdulillah semuanya baik Yah.." Surya mengulas senyum tipis.

Ayah tersenyum, "Alhamdulillah.. kalau butuh bantuan apapun jangan sungkan-sungkan bilang sama ayah ya Ken!"

"Iya Yah.."

"Yah, Binar kan uda lulus. Boleh ya Yah kalau Binar kerja di kantor kak Surya?"

Ayah menautkan kedua alisnya, seakan tidak setuju dengan permintaan Binar. "Terus yang bakal bantu ayah di kantor siapa? Ken nggak mau dan lebih milih membangun bisnisnya sendiri, eh sekarang Binar malah ikut-ikutan juga. Ayah jadi sedih, padahal ayah sudah ingin pensiun, menikmati hari tua ayah sama bunda."

Surya hanya diam sambil menundukkan pandanganya, melihat kearah piring yang masih kosong belum terisi makanan.

"Yahh.. Binar itu mau belajar dulu dari enol yah, Binar mau ngerasain jadi karyawan biasa dulu. Kalo Binar kerjanya di kantor ayah, sudah pasti Binar tidak akan bisa merasakan momen menjadi karyawan yang seutuhnya. Semua anak buah Ayah kenal sama Binar, mereka pasti bakal memperlakukan Binar sama kaha mereka memperlakukam Ayah dan kak Surya."

"Hemm oke. Ayah ngizinin kamu untuk kerja di perusahaan Kakakmu, tapi cuma satu tahun. Setelah itu kamu dan Ken harus membantu meneruskan perusahaan Ayah. Sepakat?"

"Deal!" Binar tersenyum lebar seraya mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan ayahnya.

"Deal..!"

Semua orang tersenyum kecuali Surya, pria itu tetap diam tanpa ekspresi sedikitpun.

"Gimana Kak, kamu setuju kan?" melihat putranya hanya diam, kini giliran bunda yang bertanya.

"Ya.. terpaksa Bun."

Sontak semua orang tertawa kecuali Binar, gadis itu memberengut kesal.

"Bodo amat! kakak mau terpaksa atau enggak, yang penting aku kerja di kantor kakak whekkkk..!" Binar menjulurkan lidah mengejek kakaknya.

"Besok ada interview, kamu harus berusaha sendiri untuk mendapatkan apa yang kamu mau, kakak tidak akan membantu apapun, kalo kamu lulus ya diterima, kalo enggak ya..kamu kerja di tempat lain."

"Oke, Deal!" Binar mengulurkan tanganya, namun Surya mengabaikan, pria itu memilih untuk membaca doa kemudian mulai menikmati makan siangnya.

Merasa diabaikan, Binar kembali menarik tangannya. Lagi-lagi gadis itu memberengut kesal. Membuat wajah cantiknya terlihat begitu menggemaskan.

"Bun, Yah. Surya balik dulu ya." Pamit Surya kepada ayah dan bunda ketika jam sudah menunjukkan pukul setengah lima sore. Jarak antara rumah dan apartemen Surya cukup jauh, membutuhkan waktu 45 menit sampai 1 jam perjalanan untuk bisa sampai di apartemen.

"Apa nggak sekalian habis Maghrib aja sayang?" ucap bunda.

"Sekarang aja Bun, Surya ada kerjaan nanti. Tidak apa-apa ya bun kalo Surya balik sekarang."

"Iya sudah.. kamu hati-hati di jalan ya nak, jaga pola makan dan tidur tepat waktu. Oke?"

"Iya Bun.. Insyaallah."

"Kakak.. tunggu!"

Binar berlarian menuruni tangga dengan membawa sebuah koper berukuran kecil di tanganya. Ayah, bunda serta Surya bahkan sampai dibuat keherana. Mau kemana anak itu, mau minggat?

"Dek.. kamu mau kemana?" bunda bertanya dengan ekspresi bingung.

Binar pun meringis memperlihatkan deretan giginya, "Hehe.. Binar malam ini nginep di apartemennya kak Surya ya Bun, besok kan Binar mau interview, jadi biar Binar gak telat, kan bisa bareng kak Surya berangkat ke kantor nya."

Ayah hanya mengangguk-angguk. Sedangkan bunda menggeleng sambil menepuk jidatnya. "Kirain kamu mau minggat, pake bawa-bawa koper segala."

"Ya udah.. tapi kamu tanya sama kakak kamu dulu tuh, boleh apa enggak kamu nginep disana."

"Boleh dong Bunn.. yuk kak kita berangkat!" Binar menyunggingkan senyum lebar sambil menggandeng tangan kakanya.

Untuk beberapa saat Surya hanya bengong dan tidak sedikitpun bergerak dari tempatnya, beberapa detik kemudian Surya melepas pegangan tangan adiknya kemudian bersiap untuk protes.

"Kapan kamu bilang sama kakak kalau mau nginep, dan sejak kapan juga kakak setuju?"

"Kakak ini ya, belum tua tapi uda pikun. Tadi kan kakak sendiri yang bilang kalo Binar boleh nginep, terus besok berangkat ke kantornya bareng sama kakak."

Surya mencoba untuk mengingat-ingat namun tidak sedikutpun ia mendapatkan ingatan saat dirinya mengizinkan Binar untuk menginap di apartemennya.

Surya belum tersadar dari lamunanya, namun Binar sudah menyalimi ayah serta bunda untuk berpamitan. Gadis itu kemudian berlari mendahului kakaknya.

Tidak lama kemudian Surya pun melakukan hal yang sama, menyalimi ayah serta bunda kemudia kembali berpamitan. "Hati-hati di jalan ya nak.." bunda menginterupsi.

Sadar kalau sudah dibohongi oleh adiknya, dengan penuh keterpaksaan Surya pun membawa Binar ke apartemenya.

Binar dan Surya sampai di apartemen tepat saat suara Adzan Magrib berkumandang di masjid.

"Kamar kamu yang di sebelah sana, dan ini kamar kakak." ucap Surya menunjukkan kamar milik Binar.

"Apartemen Kakak bagus ya, pantesan kakak betah tinggal di sini. Aku pikir kakak nyembunyiin perempuan loh, mangkanya kok kakak betah banget tinggal disini gak pulang-pulang."

Pletak!

"Kakak.. sakit ih!" Binar cemberut sambil mengusap jidadnya yang baru saja di sentil oleh Surya.

"Cepet siap-siap.Kakak tunggu di ruangan yang itu, kita shalat jamaah." Surya menunjuk sebuah ruangan, kemudin masuk ke dalam kamarnya, meninggalkan Binar.

Binar terdiam saat melihat seorang pemuda mengenakan sarung berwarna abu-abu dengan garis putih, serta mengenakan baju koko lengan pendek berwarna putih. Wajahnya masih basah, sesekali air sisa wudhu masih menetes dari rambutnya.

Plak!

" Ck Bisa-bisanya aku terpesona sama kakak aku sendiri." batin Binar.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!